masjid. Masjid di Indonseia beberapa ada yang  mengandung unsur akulturalisasi dengan corak budaya lain, sehingga memberikan keunikan serta ciri khas tersendiri. Arsitektur masjid di Indonesia kebanyakan memiliki akulturalisasi budaya yang terinsipirasi dari budaya Jawa, Hindu, Budha, Tionghoa dengan gaya aristektur tradisional, gaya arstiketur Timur Tengah serta arsiteksur yang terpengaruh dengan kolonial.
Jember- Indonesia terkenal akan berbagai macam corak kebudayaan, salah satunya corak dari tempat ibadah umat muslim yakni,Berikut merupakan beberapa contoh masjid di Indonesia yang memiliki akulturalisasi dari berbagai budaya dengan gaya arsitektur yang bervariasi.
Masjid dengan Gaya Arsitektur Tradisional
Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias, dan cara pembuatannya diwariskan dari generasi ke generasi dan dapat digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Dalam rumusan arsitektur, sebuah bangunan didefinisikan sebagai tempat yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas, dan lain-lain. Ada beberapa komponen yang membuat bangunan ini ideal untuk aktivitas kehidupan manusia. Bentuk, struktur, fungsi, ragam artistik, dan metode pembuatan turun temurun adalah komponennya. Conrtoh dari masjid dengan gaya arsitektur tradisional adalah Masjid Agung demak serta Masjid Menara Kudus.
- Masjid Agung Demak, Jawa Tengah
Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. (Sumber: https://pariwisata.demakkab.go.id/?p=25310)
Masjid Agung Demak adalah peninggalan sejarah Islam yang ada di Kota Demak. Masjid Agung Demak dianggap sebagai pusakata tanah Jawa sejak awal masuknya islam, terutama untuk kerajaan islam berikutnya. Salah satu peninggalan kebudayaan Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang masih lengkap dan utuh. Masjid ini selesia pada tahun 1403 Caka atay 1481 Masehi. Berfungsei sebagai masjid Jami', yang dulunya merupakan masjid negara Kesultanan Demak, berjarak sekitar 1,5 km dari pusat kota.
Arsitektur dari masjid Agung Demak sendiri mengandung akulturalisasi budaya tradisonal lokal Jawa, Hindu serta islam-arab. Gaya lokal Jawa didapatkan dari bentuk bangunan khas Majapahit. Akulturalisasi dengan corak agama Hindu terlihat dari bentuk atap masjid yang berbentuk tajuk tumpang tiga segi empat, membuat masjid ini semakin terlihat seperti tempat peribadatan agama hindu. Hal ini tidak lain dan tidak bukan sebagai bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu.
- Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah
Dibangun oleh Qodhi Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus pada tahun 956 H atau 1549 M, Masjid Menara Kudus adalah salah satu masjid kuno yang paling terkenal karena ciri khas menara yang berbentuk seperti candi. Bentuk arsitekturnya selalu dikaitkan dengan arsitektur Budha atau Hindu. Bentuk atap tajuk dan gapura juga menunjukkan pengaruh budaya. Ornamen di Masjid Menara Kudus menunjukkan kesinambungan seni hias pra-Islam.
Tertulis pada prasasti di atas mihrab, Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq adalah tokoh utama yang memainkan peran penting dalam Arsitektur Masjid Menara Kudus. Kyai Telingsing, yang dianggap sebagai sahabat dan guru Sunan Kudus, juga memberikan kontribusi besar dalam pembuatan ornamen arsitektur di masjid dan rumah. Tidak adanya ornamen berbentuk makhluk hidup adalah salah satu karakteristik arsitektur Islam. Agama Islam memang melarang penciptaan gambar makhluk hidup yang sempurna. Berbeda dengan relief Candi Budha-Hindu yang biasanya menampilkan manusia dan binatang secara lengkap.
Masjid dengan Gaya Arsitektur Timur Tengah