Dadang Solihin adalah seorang Penjual Tahu yang bisa memiliki pabrik tahu sendiri dengan kerja keras, ia lahir di Bandung tanggal 30 Agustus Tahun 1880, menjadi seorang pebisnis merupakan salah satu bentuk pilihan hidup. Banyak orang berpikir bahwa menjadi pebisnis itu adalah jalan menuju kesuksesan, ditambah dengan jam kerja yang cenderung fleksibel. Selain itu orang cenderung berpikir bahwa sebuah usaha yang dibangun dapat memperoleh jumlah penghasilan yang cukup besar dibandingkan jika menjadi seorang pegawai. Kenyataannya, pebisnis merupakan seseorang yang ahli dalam mengatur, mampu bekerjasama dan mampu menghadapi ketidakpastian dalam mengelola usaha. Seorang Pebisnis harus memiliki banyak kesabaran, lika-liku yang dihadapi bukanlah hal yang sepele atau kecil melainkan hal yang besar dan ia bisa mengambil hikmah perjalanan hidup dan menjadikan pedoman atau pelajaran untuk bisa seperti sekarang, inilah kisah perjalan seorang pejuang yang bisa mempunyai Pabrik Tahu walau dulunya seorang pedagang keliling Tahu.
Dimulai dari ia SD yang bersekolah di SD Al-Furqon Bandung, seperti pada pelajar pada umumnya ia mengawali paginya dengan bersekolah, lalu pulang ke rumah setelah pelajaran selesai, mengaji dan bermain, namun pada saat kelas 3 SD ia harus pindah ke Garut untuk ikut bersama neneknya, ia bersekolah di SD Nanjung Jaya sehari-harinya ia selalu membantu neneknya ke kebun untuk mencari kayu karena pada saat itu penduduk sekitar masih menggunakan tungku kayu atau minyak tanah, tidak hanya mencari kayu ia pun sering mencari rumput untuk domba peliharaan. Pada zaman Sepak Bola sangat di gemari oleh masyarakat Desa bahkan menjadi permainan wajib bagi anak-anak desa tersebut untuk menghabiskan waktu. Ia mempunya kakak laki-laki yang berbeda 5 Tahun dengannya, Kakak laki-lakinya itu dikenal masyarakat sekitar dengan wajah yang sangat Tampan dan baik hati, selalu membantu orang lain, namun suatu kejadian harus menimpa kakaknya dengan sangat tragis, kakak laki-lakinya meninggal dunia karena tertabrak truck yang sedang melintas di depan gang desanya, terpukul dan merasa kehilangan sudah pasti namun tetap ia harus tegar dan ikhlas dengan semua kejadian yang menimpa keluarganya.
Setelah beberapa tahun kemudian saat ia memasuki SMP di Pasundan 9, selama 3 tahun bersekolah ia hanya pergi ke sekolah, belajar, makan, bermain bersama teman sebayanya, datar tidak ada hal yang menarik dari SMP, namun saat ia memasuki SMA di Pasundan 7 hal yang tidak pernah ia bayangkan akan memasuki fase itu di mana rasa penasaran akan hal baru ia coba, ia mulai terbuka dengan dengan segala kepenasaranan hidup dan ia mulai mengenal pergaulan bebas, sampai akhirnya mengenal yang namanya obat-obatan terlarang, narkoba dan kenal beberapa komunitas. Narkoba membuat ia sangat mencintai obat tersebut atau disebut juga dengan kecanduan selama beberapa tahun yang mengakibatkan ia harus seperti mayat hidup. Selain itu, ia juga senang dengan musik ia mempunya band saat SMA yang diberi nama The Done ia sebagai Gitaris yang aktif ikut manggung di SMA-SMA Bandung, dan pencapaian terbesarnya adalah saat ikut audisi Festival Musik di Saparua walaupun tidak menang namun dia bisa menambah pengalaman.
Setelah lulus SMA ia mencoba bekerja ikut dengan neneknya di sebuah perusahaan percetakan terbesar sekabupaten Bandung PT Sarana Panca Karya, namun tidak berjalan mulus selama kerja karena efek obat-obatan itu ia jadi orang yang pemalas, tidak ada energi dan tidak disiplin akan waktu perusahaan, ia hanya bertahan 1 tahun dengan keluar masuk perusahaan.
Efek dari mengonsumsi obat-obatan adalah kesadaran yang menurun, daya tangkap yang kurang, menjadi pelupa, memicu perubahan suasana hati yang drastis, depresi, gangguan kecemasan, dengan mengonsumsi obat-obatan seperti itu ia menjadi banyak kehilangan momen dan pekerjaan yang banyak diimpikan orang lain, namun ketika ia bertemu dan memulai band ia sedikit demi sedikit terlepas dari obat terlarang itu, puncaknya saat ia menikah dan mempunyai keluarga kecil, ia baru bisa terlepas dari obat tersebut.
Memasuki usia 26 tahun ia menikah dengan perempuan yang ia kenal dari 4 tahun lalu, perempuan itu bernama Runi Ratna M, setelah 2 bulan menikah ia dan istrinya dikaruniai seorang anak yang di nantikan keluarga besarnya karena kelahiran anak ini adalah cucu dan buyut pertama di keluarga beliau, anak itu berjenis kelamin laki-laki yang bernama Qyesa Ibnu Ramadhan, setalah beberapa bulan kelahiran anak pertamanya kondisi keuangan keluarganya masih belum stabil karena ia belum bisa mendapatkan pekerjaan, jalannya tidak mulus ia harus jatuh bangun untuk mencukupi kehidupan keluarga kecilnya, lalu sebuah ide muncul dan masukan dari ibu mertuanya untuk memulai berjualan tahu, namun ia agak sedikit tidak percaya diri karena saat itu ia tidak memiliki pengalaman tentang bejualan. Â Akhirnya ia memulai berjualan tahu keliling ke komplek perumahan yang ada di Cimahi, awalnya ia hanya membawa 100-150 bungkus tahu perharinya, sembari ia berjualan Istrinya juga berjualan aneka Jus untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup apalagi ia memiliki bayi yang harus ia rawat begitupun dengan memebeli susu dan popok yang tidak murah saat itu ditambah ia harus mempunyai simpanan untuk biaya hidup sehari-hari, karena istrinya jualan Jus yang harus menyesuaikan dengan alam kadang kala hujan dan tidak akhirnya istrinya memutuskan untuk tidak melanjutkannya istrinya beralih berjualan kerupuk yang pada saat itu hasil yang didapatkan tidak begitu banyak namun itu bisa membantu mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, seiring berjalannya waktu pembeli yang ada di kompleks tersebut mulai bertambah karena selain ia berkeliling jualan ia juga ramah terhadap pembeli ia sering mengajak ngobrol pembeli untuk menjadi pelanggan tetap kalau ia berjualan karena keramahan penjual adalah nomor satu yang dilihat oleh pembeli, mebuahkan hasil yang memuaskan ia akhirnya bisa membawa begitu banyak lagi tahu bahkan ia bisa membawa tahu dari sebelumya yaitu yang hanya bisa membawa ratusan tahu kini ia bisa membawa 2-3x lipat dari itu.
Walau ia sempat menjual lebih banyak tahu tetap saja yang namanya musibah tidak ada yang tahu ia sempat mengalami jatuh bangun dengan berjualan keliling karena anak pertamanya sakit yang mengharuskan anaknya dirawat jalan untuk beberapa bulan, ia harus lebih giat untuk berjualan, sempat terbesit di pikirannya untuk tidak melanjutkan jualan tahu namun sang istri mencoba memberi arahan dan motivasi kepadanya untuk tetap berjualan, tidak mudah menjadi seorang pedagang tahu keliling karena hasil yang didapatkan tidak menentu kadang kala bisa habis dan juga bisa sisa banyak, namun semua itu tidak mematahkan semangat dari seorang Dadang Solihin untuk bisa terus mencapai titik sekarang. Ia mulai belajar membuat tahu dari tempat ia mengambil tahu untuk dijual, memilih bahan-bahan yang diguanakan untuk tahu, ia juga mulai belajar memilih kedelai yang bagus untuk tahu dan tempe, ia juga sempat mengobrol dengan pemilik pabrik tahu yang sering ia ambil tahunya untuk dijual tentang kesuksesan seseorang, ia juga sempat bertanya kepada pemilik pabrik itu bagaimana ia bisa tetap konsisten dengan pabriknya yang sekarang walau memang tidak se besar dulu, pemilik pun menjawab "ia bisa sukses karena selalu ikhlas dalam berbuat, konsisten dalam pembuatan tahu tidak berubah rubah akan bahan yang digunakan, memiliki support dari keluarga, punya bisnis tidaklah mudah namun kita tetap harus bisa ngimbanginya dengan amalan dan solat, ikhlas dengan penjualan tiap harinya yang kadang laku keras ataupun sebaliknya, ia bisa seperti sekarang juga bukan semata-mata karena dirinya sendiri namun ia bisa seperti sekarang karena banyak orang dibelakang dia yang selalu membantunya".
Ia dan istri sempat berdiskusi tentang memproduksi tahu sendiri namun hal itu sempat tertunda karena ada hal lain yang membuat itu tertunda di mana sang nenek tercinta dari Dadang Solihin berpulang ke rahmatullah, ingatannya kembali terulang akan kejadian pada saat ia kecil di mana ia harus kehilangan kakaknya yang membuat ia sedikit trauma dan takut, namun ia tetap harus tegar dengan semua cobaan dari sang Maha Kuasa, setalah beberapa tahun kemudian ia dan istrinya kembali mencoba berdiskusi tentang memproduksi tahu sendiri dengan niat yang sudah kuat untuk mempunyai pabrik tahu sendiri, seiring berjalannya waktu dengan modal yang sedikit sudah terkumpul ia dan istrinya mencoba memproduksi tahu sendiri, tidak mudah memang karena memproduksi tahu sendiri membutuhkan modal yang lumayan karena tempat, bahan-bahan, alat untuk bikin tahu dan lainnya tidaklah murah.
Pada saat itu karena modal yang pas-pasan ia hanya mampu membeli satu alat saja, ia membuat tahu selalu dibantu istrinya karena belum mampu mempekerjakan karyawan, ia memulai pembuatan tahu pertama untuk menjadi tester, dimulai dari peredaman kedelai proses ini dilakukan guna memperlunak struktur sel kedelai sehingga dapat mengurangi energi yang dibutuhkan selama proses penggilingan. Selain itu, struktur sel yang lunak dapat mempermudah pengekstrakan sari dari ampas. Peredaman ini membutuhkan waktubsekitar 3-4 jam untuk import jika untuk yang lokal diperlukan waktu sekitar 2-5 jam. Setalah itu, ada proses penggilingan pada proses ini biji kedelai akan digiling dengan tujuan supaya dapat memperkecil partikel kedelai sehingga nantinya dapat secara mudah pengekstrakan protein ke dalam susu kedelai, proses ini membutuhkan penambahan air dengan debit 1,8 liter tiap menitnya sesuai dengan seberapa banyak kedelai yang digunakan. Lalu proses pemasakan bubur yang dihasulkan dari penggilingan tadi dimasukan kedalam bak masak dengan menambahkan air sehingga bubur kedelai menjadi encer, proses ini sangat mempengaruhi terhadap kualitas tahi yang dihasilkan, jika suhunya terlalu tingga maka bubur akan mengerak dan itu akan meninggalkan bau yang sengit dan bau itu akan terbawa hingga proses percetakan. Maka dari itu dibutuhkan pengalaman dan ilmu yang sesuai untuk bisa membuat tahu dengan kualitas yang bagus, begitupun dengan Dadang ia belajar untuk bisa membuat tahu tidak sebentar karena ia harus mengerti setiap prosesnya jika ingin menghasilkan tahu yang berkualitas. Proses penyaringan bubur yang sudah dimasak disaring untuk mendapatkan sari kedelai, proses ini dilakukan dengan cara bubur kedelai diletakan diatas kain belacu maupun kain sifon yang telah diletakan di atas bak penampungan. Kemudian, bubur kedelai diperas untuk mendapatkan sari kedelainnya. Proses pengumpalan proses ini dilkakukan untuk menggumpalkan sari kedelai dengan cara menambahkan bahan asam yang ditnamkan bibit. Dimana bibit adalah bahan asam sisa proses penggumpalan sebelumnya. Dan yang terakhir adalah proses pencetakan dan pembungkusan pada proses ini bubur kedelai yang telah menggumpal akan dicetak menjadi tahu memakai teknik cetak bungkus dengan bantuan alat pres yang memiliki cetakan, tahu yang akan dicetak terlebih dahulu dibungkus oleh kain belacu yang dipotong menjadi bentuk segiempat kecil-kecil.
Awal ia memproduksi tahu hanya mampu sebanyak 25kg di bagi 2 jadi 12,5kg atau 1 jirangan yaitu sekitar 500 tahu dalam istilah produksi tahu, ia hanya menjual tahu kepada penduduk sekitar untuk memperkenalkan tahu yang ia buat, setelah tahunya lumayan dikenal oleh banyak orang selang beberapa waktu kemudian ia mulai menjual tahu kepada pedagang keliling diawali dari kenalan atau teman sendiri, kenalan yang diajak untuk mencoba dan alhamdullilah ia punya beberapa orang pedagang keliling, temannya memberi saran kepada Dadang untuk mencoba memasukan tahunya ke pasar-pasar dan akhirnya ia pun mulai memasukan tahu ke pasar dari situlah usaha produksi tahu ia mulai meningkat, dalam perputaran modal itu ia mulai bisa mempekerjakan pegawai karena produksinya sudah ada kemajuan yang biasanya hanya bisa 25kg sekarang sudah hampir 75-100kg mau tidak mau harus dibantu pegawai karena jika berdua yang mengerjakan tidak akan ke target produksi yang dibutuhkan.
Hampir sebagian orang memimpikan menjadi seorang pebisnis besar dan sukses. Tapi, hanya sebagian kecil yang benar-benar hidup menjalani mimpi tersebut, tidak terbayangkan oleh seorang Dadang Solihin ia akan bisa mencapai titik dari sebuah kesuksesan, dulu itu semua hanya angan-angan yang ia pikir tidak akan tercapai namun ia membuktikan dengan kerja keras, tidak pernah putus asa untuk terus maju, inilah kisah dari seorang pejuang yang bernama Dadang Solihin.