Stunting merupakan keadaan dimana ketika anak mengalami  gizi buruk sehingga terjadinya pertumbuhan yang terhambat. Ciri yang paling khas ialah tinggi badan anak yang berada di bawah standar deviasi (<-2 SD). Stunting sendiri adalah akibat berkepanjangan yang mana terjadi akibat buruknya kuantitas juga kualitas makanan yang anak konsumsi sehingga anak sering terinfeksi. Namun, selain terkait dengan masalah gizi pada makanan, stunting sendiri juga dipengaruhi oleh morbiditas serta kondisi lingkungan.
   Kejadian stunting sebanyak 15% dikarenakan faktor dari orang tua. Pada masa kritis  seorang anak atau seratus hari setelah kelahiranlah merupakan waktu krusial bagi pertumbuhan anak sehingga sangat memengaruhi kejadian stunting pada anak. Bagi anak ASI eksklusif sangatlah penting yang mana menurut (Torlesse,. dkk, 2016) apabila ASI ekslusif tidak terpenuhi dapat menyebabkan stunting. Tak kalah penting ialah status sosial ekonomi keluarga karena dengan status ekonomi dan sosial yang tinggi memungkinkan terpenuhinya kebutuhan konsumsi gizi.
  Stunting menjadi masalah yang berlarut dan berkepanjangan terutama pada negara-negara berkembang yang mana masyarakatnya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Prevalensi stunting di dunia mencapao hingga 22,9% dengan perkiraan sekitar 154,8 juta anak berumur kurang dari 5 tahun mengalami stunting.
   Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima dari prevalensi penderita stunting di dunia. Berdasarkan riset dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2010, angka kejadian dari stunting pada balita mencapai 35,6% yang terdiri dari kejadian sangat pendek (18,5%) dan pendek (17,1%). Hal ini menjadi mengkhawatirkan karena angka kejadian dari gizi kurang, yaitu 17,9%, gizi buruk yaitu 13,3% dan gizi lebih (14% lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kejadian stunting.
   Stunting sangat berbahaya karena stunting tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik dari anak, tetapi juga mempengaruhi pada rendahnya tingkat kecerdasan serta perkembangan motorik. Lebih spesifik, stunting dapat menyebabkan metabolik yang berubah, menurunnya fungsi imun, rendahnya nilai kognitif serta kecerdasan akademik. Kedepannya, penderita stunting akan mudah menderita beberapa penyakit seperti diabetes melitus, jantung koroner, glucose tolerance, hipertensi, osteoporosis, serta penurunan pada produktivitas, performa diri, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H