Mohon tunggu...
salsabilanuzulla
salsabilanuzulla Mohon Tunggu... Ilmuwan - firdausy

bismillah:v

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting di Indonesia beserta faktor-faktor penyebabnya

30 Juni 2022   07:30 Diperbarui: 30 Juni 2022   15:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

     Stunting merupakan keadaan dimana ketika anak mengalami  gizi buruk sehingga terjadinya pertumbuhan yang terhambat. Ciri yang paling khas ialah tinggi badan anak yang berada di bawah standar deviasi (<-2 SD). Stunting sendiri adalah akibat berkepanjangan yang mana terjadi akibat buruknya kuantitas juga kualitas makanan yang anak konsumsi sehingga anak sering terinfeksi. Namun, selain terkait dengan masalah gizi pada makanan, stunting sendiri juga dipengaruhi oleh morbiditas serta kondisi lingkungan.

     Kejadian stunting sebanyak 15% dikarenakan faktor dari orang tua. Pada masa kritis  seorang anak atau seratus hari setelah kelahiranlah merupakan waktu krusial bagi pertumbuhan anak sehingga sangat memengaruhi kejadian stunting pada anak. Bagi anak ASI eksklusif sangatlah penting yang mana menurut (Torlesse,. dkk, 2016) apabila ASI ekslusif tidak terpenuhi dapat menyebabkan stunting. Tak kalah penting ialah status sosial ekonomi keluarga karena dengan status ekonomi dan sosial yang tinggi memungkinkan terpenuhinya kebutuhan konsumsi gizi.

    Stunting menjadi masalah yang berlarut dan berkepanjangan terutama pada negara-negara berkembang yang mana masyarakatnya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Prevalensi stunting di dunia mencapao hingga 22,9% dengan perkiraan sekitar 154,8 juta anak berumur kurang dari 5 tahun mengalami stunting.

     Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima dari prevalensi penderita stunting di dunia. Berdasarkan riset dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2010, angka kejadian dari stunting pada balita mencapai 35,6% yang terdiri dari kejadian sangat pendek (18,5%) dan pendek (17,1%). Hal ini menjadi mengkhawatirkan karena angka kejadian dari gizi kurang, yaitu 17,9%, gizi buruk yaitu 13,3% dan gizi lebih (14% lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kejadian stunting.

     Stunting sangat berbahaya karena stunting tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik dari anak, tetapi juga mempengaruhi pada rendahnya tingkat kecerdasan serta perkembangan motorik. Lebih spesifik, stunting dapat menyebabkan metabolik yang berubah, menurunnya fungsi imun, rendahnya nilai kognitif serta kecerdasan akademik. Kedepannya, penderita stunting akan mudah menderita beberapa penyakit seperti diabetes melitus, jantung koroner, glucose tolerance, hipertensi, osteoporosis, serta penurunan pada produktivitas, performa diri, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun