Mohon tunggu...
Salsabila Nasywa Laksono
Salsabila Nasywa Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Love

Toxic Relationship dalam Hubungan

19 November 2023   22:15 Diperbarui: 19 November 2023   22:24 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini kita sering melihat di media sosial mengenai kekerasan dalam hubungan atau disebut dengan toxic relationship. Entah itu dari seorang pacar, orang tua terhadap anaknya atau sesama teman seperti yang sering kita sebut bullying. Melihat semakin maraknya kasus kekerasan dalam hubungan yang membuat kami tertarik untuk menulis esai yang  membahas lebih rinci mengenai ciri-ciri, sebab, cara mengatasi dan opini kita terkait kasus tersebut. Dalam esai ini kita akan lebih fokus untuk membahas tentang toxic relationship.

Ketika mendengar kata toxic relationship maka dipikiran kita akan tergambar tentang hubungan yang tidak sehat (hubungan yang membawa masalah dalam kehidupan kita). Tapi sebenarnya apasih arti sebenarnya dari toxic relationship itu? Melansir dari Alodokter bahwasanya toxic relationship adalah  hubungan yang salah satu individu di dalamnya merasa direndahkan, diperlakukan tidak adil, atau menjadi sasaran amarah. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik. Nah, akhir-akhir ini kita dikagetkan dengan sebuah kasus dari anak seorang DPR yang menyiksa pacarnya sampai tewas.

Kronologi kejadiannya berawal pada Selasa, 3 Oktober 2023. GR dan Dini diundang datang ke karaoke Blackhole KTV kamar nomor 7 bersama lima rekannya sampai dini hari. Ketika pulang menuju lift  terjadi pertengkaran diantara mereka. "GR mengaku menedang kaki kanan korban hingga jatuh terduduk. Selanjutnya GR memukul dua kali kepala Dini menggunakan botol miras Tequilla," kata kapolrestabes. Korban yang dalam keadaan lemas selanjutnya dibawa ke apartemennya. Pelaku mencoba memberikan napas buatan sambil menekan dada korban. "Namun tak ada respon," ujar Pasma. GR selanjutnya membawa Dini ke Rumah Sakit National Hospital untuk dilakukan tindakan medis. Namun jiwa Dini tak tertolong. Pukul 02.30 dia meninggal. Polisi kemudian mengotopsi jenazah Dini ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. "Atas fakta-fakta yang ditemukan polisi, kami menetapkan status GR, tinggal di Pakuwon City Surabaya, sebagai tersangka. Pasal yang disangkakan Pasal 351 ayat 3 KUHP dan atau Pasal 359 KUHP dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara," kata Pasma.

Dari kasus di atas sudah jelas sekali termasuk kedalam ciri-ciri toxic relationship karena merugikan salah satu pihak, bahkan menyebabkan kematian. Hubungan yang seharusnya diliputi oleh cinta dan kasih malah berakhir dengan tragis dan menakutkan. Kasus seperti ini bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja, akan tetapi sudah berkali-kali. Banyak sekali kasus kejahatan yang awalnya dimulai oleh hubungan asmara dan berakhir dengan malapetaka. Dilansir dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia bahwasanya terdapat 10.847 pelaku kekerasan dimana 2.090 pelaku adalah pacar, 42,7% perempuan yang belum menikan pernah mengalami kekerasan dalam pacaran, 34,4% kekerasan seksual, 19,6% kekerasan fisik.

Sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang, alangkah lebih baiknya kita untuk mengenal sifat dan karakter dari orang yang akan kita jadikan pasangan, seperti latar belakang keluarga dan lingkungan pergaulan. Karena akan banyak sekali kerugian yang akan kita dapatkan. Dalam kasus seperti  ini seseorang menerima atau melakukan perilaku toxic tersebut bisa saja karena faktor pengalaman buruk di masa lalu sehingga mengakibatkan orang tersebut tidak mampu untuk membangun hubungan yang baik. Selain itu, berpengaruh juga terhadap self esteem seseorang, sehingga dalam hal ini membuat seseorang tidak bisa lepas dari hubungan yang tidak sehat tersebut.

Diantara ciri-ciri dari toxic relationship yaitu adanya controlling (posesif dan over cemburuan) yang berlebihan, merasa punya power, perilaku agresif seperti marah dengan meluap-luap dan mengeluarkan kata-kata cacian dan hinaan kepada pasangan, adanya kekerasan nonverbal seperti pukulan, tamparan, cubitan, dan segala bentuk kekerasan fisik lain yang melukai.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi toxic relationship diantaranya adalah lebih mengenal pasangan kita sebelum ke jenjang yang lebih serius,  memberitahu orang terdekat tentang pasangan kita dan memastikan bahwasannya mereka kenal betul sifat dan karakter pasangan kita, luangkan waktu untuk diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan kita terhadap pasangan, mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater ketika merasa sudah tidak bisa mengatasi masalah dalam hubungan tersebut, mengakui permasalahan yang terjadidalam hubungan, berpegang teguh terhadap keputusan yang diambil diawal hubungan

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya sangat penting sekali untuk memperhatikan sifat dan karakter dari pasangan kita karena banyak sekali kerugian yang akan kita dapatkan jika salah dalam memilih pasangan. Namun, kita juga harus bisa menjadi pribadi dan pasangan yang baik untuk orang lain, jangan sampai berbalik kita yang menjadi red flag kalau kata anak jaman sekarang atau disebut pelaku toxic relationship tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun