Mohon tunggu...
Salsabila Naili Aulia Putri
Salsabila Naili Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Saya adalah mahasiswa prodi Hubungan Internasional, Universitas Jember. Saya tertarik dengan dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

VOC Sebagai Jembatan Antara Asia dan Eropa

8 Maret 2024   09:31 Diperbarui: 8 Maret 2024   09:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan multinasional pertama di dunia. Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1602. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk menguasai dan memperdagangkan rempah-rempah dari Asia menuju ke Eropa. Sebagai perusahaan yang didirikan oleh Belanda, VOC mempunyai banyak privilege salah satunya adalah mempunyai pasukan bersenjata untuk melancarkan mereka dalam perdagangan. Dalam perkembangannya, VOC menjadi perusahaan yang memiliki pengaruh luar biasa terhadap perkembangan ekonomi dan politik Belanda.

Keuntungan dari perdagangan rempah yang sangat besar menjadikan Belanda memunculkan rasa ingin memonopoli perdagangan rempah. Permasalahannya, perusahaan-perusahaan dagang dari Belanda yang menjual rempah dari Indonesia saat itu masih berdiri sendiri-sendiri. Hal ini pada akhirnya menimbulkan persaingan bisnis antara satu perusahaan dengan yang lain. Hingga akhirnya, parlemen Belanda pada saat itu meminta agar perusahaan-perusahaan tersebut bersatu dan terbentuklah VOC. Perserikatan ini diwakili oleh tujuh belas orang kamer yang pada akhirnya orang-orang menyebutnya Heeren XVII atau "Tuan-tuan Tujuh Belas" (M. C. Ricklefs, 2007: 71-72).

Cara kerja VOC ini dengan memonopoli perdagangan rempah yang ada di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). VOC berusaha semaksimal mungkin untuk mengeksploitasi sumber daya (rempah) di wilayah-wilayah koloninya. Rempah-rempah yang diperdagangkan oleh VOC seperti cengkih, lada, kayu manis, dan lain sebagainya. Beberapa jenis rempah tersebut sangat mahal waktu itu di Eropa. Bahkan harga rempah saat itu hampir sama dengan emas. Terdapat dua cara yang VOC lakukan untuk memperlancar permainan monopoli perdagangannya. Pertama, dengan mendekatkan diri dengan penduduk lokal agar mendapatkan izin untuk berdagang. Kedua, dengan memaksa penguasa lokal menandatangani suatu perjanjian atau melakukan intervensi militer agar memperlancar kepentingannya. Dengan memonopoli perdagangan rempah yang ada VOC memperoleh keuntungan yang sangat besar. Sebaliknya, petani-petani lokal hanya memperoleh sedikit keuntungan.

Sebenarnya, tujuan dari dibentuknya VOC tidak hanya untuk menguasai perdagangan rempah saja. Tujuan lain dibentuknya VOC seperti untuk mengamankan kepentingan Belanda di wilayah jajahannya. Perusahaan yang dilengkapi armada militer ini menggunakan kekuatan militernya untuk mempertahankan wilayah jajahan negaranya. Tujuan kedua adalah untuk melakukan penjelajahan dan eksplorasi. Dalam hal ini, VOC bertugas untuk mencari wilayah baru agar daerah jajahan Belanda semakin luas. Beberapa wilayah baru yang ditemukan oleh VOC seperti Australia, Selandia Baru, dan beberapa wilayah lain di sekitar Samudra Hindia.

Teori Merkatilisme

Teori merkantilisme muncul pada abad ke-18 dengan penerapannya yang sudah dimulai sejak lama. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1763 oleh Victor de Riqueti dan pada tahun 1776 oleh Marquis de Mirabeau. Tetapi, teori ini populer karena Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya The Wealth of Nations. Teori ini banyak dianut oleh negara-negara di Eropa, seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Portugis, dan Perancis.

Teori merkantilisme berpandangan bahwa suatu negara jika ingin maju maka harus menjalin kerjasama perdagangan dengan negara lain. Menurut teori ini, negara sejahtera hanya dapat diukur dari banyaknya aset (emas atau perak) atau modal yang disimpan. Artinya semakin banyak aset atau modal yang disimpan, maka semakin sejahtera negara tersebut. Agar dapat menghasilkan keuntungan yang besar maka negara harus meningkatkan ekspor dan meminimalisir adanya impor. Hal ini dilakukan agar neraca perdagangan dapat selalu positif. Teori ini juga mengatakan bahwa ekonomi adalah permainan zero-sum. Dimana keuntungan suatu negara merupakan kerugian untuk negara lain.

Secara historis, suatu negara yang menerapkan merkantilisme cenderung untuk melakukan perang dan kolonialisme. Hal ini dikarenakan, adanya merkantilisme yang menekankan sebuah kekayaan bagi suatu negara memberikan peluang untuk mencari sumber kekayaan di wilayah lain. Akhirnya, dengan adanya kolonialisme ini memungkinkan mother country (negara penjajah) untuk bisa mengumpulkan kekayaan dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di wilayah negara jajahannya. Lalu, kolonialisme juga memberikan peluang untuk melakukan monopoli perdagangan agar memaksimalkan keuntungan yang didapat. Hal ini sesuai dengan ajaran merkatilisme yaitu 'ide perdagangan terpusat' dengan kendali di tangan negara penjajah. Selain itu, merkantilisme juga mengusung konsep proteksionisme dengan melakukan pembatasan perdagangan kepada negara yang dijajah untuk hanya boleh berdagang dengan negara penjajah. Hal ini dilakukan untuk memastikan keuntungan ekonomi yang ada kembali ke mother country.

Hubungan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan Merkantilisme

Lalu apa kaitan antara VOC dengan merkantilisme itu sendiri? Kaitan antara VOC dan merkantilisme sama dengan kaitan antara VOC dengan Belanda. Belanda merupakan negara penjajah yang mencari dan megumpulkan kekayaan dari negara yang dijajahnya (penganut merkantilisme). Tetapi, Belanda tidak melakukannya secara langsung, melainkan menyerahkan tugas itu kepada VOC. Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dapat dikatakan sebagai tangan kanan Belanda untuk mengelola daerah jajahannya. VOC bertugas untuk menjalankan, memantau, dan, menjaga perdagangan rempah di wilayah Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun