Dung! Dung! Dung!
"Tidak bisa, Ardha! Aku tak bisa berhenti!"
Suara tifa yang Adi tabuh makin cepat. Mendadak tangan dan kaki Ardha bergerak sendiri, mengikuti tabuhan irama tifa tua itu. Irama yang aneh. Serasa mencekam hati.Â
Di atas adalah sepenggal cuplikan dialog dari cerita Djokolelono di dalam buku 'Weird and Wicked' series bagian 6.
 Cerita tersebut menceritakan tentang kisah dua sahabat yaitu Adi dan Ardha yang tiba tiba tidak sengaja ditarik ke masa lalu oleh sebuah tifa gaib dan harus dihadapkan dengan teka-teki yang diberikan tifa gaib tersebut.Â
Dalam series ini eyang Djokolelono ingin mengajak pergi kita ke Papua. Penulis senior satu ini mengangkat ceritanya berdasarkan bahwa masih ada beberapa benda antik atau tradisional yang dipercaya memiliki pengaruh gaib kepada orang-orang disekitarnya. Misalnya Tifa yang menjadi center dalam series dari 'Weird and Wicked' ini.Â
Berawal dari Adi yang harus meneduh di rumah Ardha sepulang sekolah sebab hujan mengguyur mereka berdua. Keisengan mereka dimulai ketika mereka bosan menunggu hujan reda dan mengisi waktu dengan bermain ke gudang, Â membongkar isi didalam ruangan tersebut. Mereka banyak menemukan barang peninggalan antik dari Papua yang dititipkan menir Niko kepada ayah Ardha yang akan di museumkan. Menir Niko sendiri sempat tinggal beberapa tahun di Wamena, Papua. Sebuah Tifa tua salah satu barang antik tersebut menarik perhatian keduanya. Entah apa yang dipikirkan Adi pada saat itu, Adi pun menabuh tifa tersebut dan entah kenapa, tiba-tiba Adi tidak bisa mengendalikan tabuhannya dengan tangan dan disusul dengan kaki Ardha yang bergerak sendiri, menari mengikuti tabuhan tifa tua itu. Mereka berdua seakan kerasukan.Â
Beberapa detik kemudian asap yang entah muncul dari mana mulai menutupi seisi gudang tersebut. Remang-remang di gudang pun telah berganti dan kedua sahabat tersebut mendapati diri mereka disebuah hutan semak belukar yang ternyata hutan tersebut adalah hutan di daerah Papua tahun 1800-an. Mereka takut dan tak percaya apa yang mereka lihat.Â
Ketakutan dan kegelisahan mereka bertambah ketika mereka mendapati bahwa mereka tidak hanya berdua saja. Sosok bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam membuat Ardha dan Adi bergidik ngeri. Ditambah sosok itu membawa sebuah parang runcing panjang ditangannya dan mukanya dicoreng moreng dengan cat warna merah dan putih.Â
Ketika Ardha dan Adi masih mengamati sosok tersebut. Semak-semak terkuak lagi. Kini muncul empat orang kulit putih. Mereka memakai pakaian dari bahan dril cokelat, membawa senapan. Seorang dari empat orang kulit putih tadi berbicara pada orang yang pertama kali muncul. Tidak lama setelah itu sekolompok orang kulit hitam dan orang kulit putih yang ternyata adalah salah satu tim ekspidisi ilmiah yang ditugaskan disana, sedang bertengkar tentang tifa gaib, yang ternyata tifa yang ditabuh mereka berdua tadi.Â