Cuaca ekstrim yang mematikan disebabkan oleh perubahan iklim telah berdampak serius pada berbagai aspek kehidupan di India. Gelombang panas mengancam pembangunan dan mengancam memperlambat upaya India untuk memberantas kemiskinan, masalah kesehatan dan pertumbuhan ekonomi, kata sebuah studi baru.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Climate, para peneliti dari University of Cambridge mengatakan gelombang panas di India menyebabkan pemadaman listrik, peningkatan debu dan polusi udara, serta mempercepat pencairan gletser India utara. Studi tersebut juga menemukan bahwa lebih dari 24.000 orang telah meninggal akibat gelombang panas di India sejak tahun 1992. Dengan meningkatnya jumlah gelombang panas yang intens dan mematikan akibat krisis iklim, dampaknya diperkirakan akan semakin parah. "India saat ini menghadapi risiko iklim kumulatif. Proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa gelombang panas di India dapat melampaui kelangsungan hidup manusia pada tahun 2050," kata peneliti studi tersebut, dikutip dalam https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230502180653-113-944429/cuaca-panas-ekstrem-masyarakat-india-terancam-makin-melarat
Studi University of Cambridge juga menunjukkan bahwa jutaan orang lain di India juga lebih rentan terhadap perubahan iklim daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Tahun lalu, India mengalami gelombang panas yang parah, dengan suhu melebihi 49 derajat Celcius di sebagian besar negara bagian. Pada bulan April 2022 cuaca di India akan menjadi yang terpanas dalam 122 tahun. Negara Asia Selatan itu juga mengalami kondisi cuaca ekstrem selama 242 hari dari 273 hari sejak Januari hingga Oktober 2022. Meskipun Departemen Meteorologi India melaporkan untuk tahun 2023, 48 stasiun cuacanya mencatat suhu melebihi 42 derajat Celcius, dengan suhu tertinggi 44,2 derajat Celcius di negara bagian timur Odisha.
Anggy Eka Pratiwi sebagai warga negara indonesia yang tinggal di India, mengatakan suhu yang biasanya naik hingga 41-42 derajat di musim panas, kini naik menjadi 46-47 derajat. Warga India disarankan untuk menghindari sengatan matahari dengan mengenakan mantel atau jaket,pakaian tertutup. Anggy mengatakan kulitnya gatal dan merah akibat sengatan matahari yang terlalu panas.“Kita disuruh pakai baju tertutup untuk mengurangi pemakaian luar karena kulit bisa gatal,” kata Anggy yang dikutip dalam https://www.ayojakarta.com/news/768600768/memprihatinkan-stok-air-terbatas-hingga-jalan-aspal-mengelupas-akibat-panas-ekstrim-di-india?page=2&_gl=1*1sch2uc*_ga*ZlRSZURINENzRDBzaXk3RlVDNmZlYjRWMzVweF9NQ0E4QWRRSlpNQXpCUHg0WXJqZ0hMaXdLQTQ0bWIwcWlvWQ.
Temperatur yang sangat tinggi telah menyebabkan kekeringan di banyak bagian India. Banyak daerah harus menghemat air untuk mengatasi krisis air akibat cuaca yang sangat panas. Sementara itu, warga India diharapkan tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari dampak buruk dari panas yang ekstrim. Sangat disarankan untuk mengenakan pakaian tertutup dan minum air yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat suhu yang sangat tinggi. Sudah di pertengahan April 2023, saat gelombang panas pertama melanda, Gujarat di India mengalami fenomena unik dimana aspal di jalan raya terkelupas.
Sementara itu, warga India diharapkan tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari dampak buruk dari panas yang ekstrim. Sangat disarankan untuk mengenakan pakaian tertutup dan minum air yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat suhu yang sangat tingg Sudah di pertengahan April 2023, saat gelombang panas pertama melanda, Gujarat di India mengalami fenomena unik dimana aspal di jalan raya terkelupas.
Jadi faktor yang mempengaruhi krisis air di india yaitu Musim kemarau yang panjang,pencemaran air,penggudulan hutan,kurangnya infrastruktur air,dan perubahan iklim.
Bagaimana cara mengatasi krisis air di India ?
Dengan cara Konservasi air yaitu Meningkatkan pentingnya konservasi air dalam masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui kampanye , pendidikan dan teknologi yang efektif untuk mengurangi limbah air di rumah tangga, pertanian dan industri. Pengelolaan sumber daya air dengan Pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berkelanjutan. Ini termasuk meningkatkan infrastruktur irigasi yang efisien, pemanenan dan penyimpanan air hujan, manajemen drainase yang baik, dan menggunakan teknologi modern untuk mengurangi limpasan dan limbah. Pembangunan infrastruktur dengan Meningkatkan investasi infrastruktur air, seperti pembangunan bendungan, waduk, dan saluran distribusi air. Pembangunan infrastruktur yang tepat dapat membantu meningkatkan penyimpanan dan distribusi air. Pengelolaan Wilayah Perairan dengan Meningkatkan pengelolaan air dengan melibatkan masyarakat lokal, lembaga pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk memastikan penggunaan sumber daya air yang berkelanjutan dan adil. Dan yang terakhir adalah Kerjasama antar Negara dengan Mempromosikan kerja sama antar negara dalam pengelolaan dan distribusi air yang adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H