Mohon tunggu...
Salsabila RatuBK
Salsabila RatuBK Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Student

Halooo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keterlibatan AS dan Rusia dalam Konflik Suriah: Akankah Suriah Baik-baik Saja?

18 April 2022   12:06 Diperbarui: 18 April 2022   14:05 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keterlibatan Amerika Serikat dan Rusia Dalam Konflik Suriah: Akankah Suriah Baik-baik Saja?

Timur Tengah merupakan lokasi yang menjadi perhatian internasional karena dinamika geopolitiknya yang sangat menarik terlebih sejak tercetusnya fenomena Arab Spring. Arab Spring sendiri merupakan gerakan dari masyarakat Arab untuk mendapatkan hak dan kebebasan serta untuk menggulingkan rezim otoriter yang sedang memerintah.

Gerakan tersebut awalnya terjadi di Tunisia hingga kemudian menjadi efek domino yang menyebar ke negara-negara Arab lainnya termasuk Suriah.

Gelombang protes masyarakat Suriah awalnya berupa demonstransi hingga kemudian berubah menjadi gerakan protes bersenjata seperti yang sering kita dengar, hal tersebut terjadi karena respon agresif pemerintah Suriah terhadap para demonstran. 

Pergolakan tersebut kemudian melahirkan konflik internal di Suriah yang terjadi kurang lebih selama sepuluh tahun, karena selain masalah antara pemerintah dan oposisi terdapat campur tangan dari berbagai kelompok maupun negara lain. Dengan masing-masing kepentingan politik para aktor tentu semakin memperumit dan menjadikan katastrofe tersendiri bagi Suriah.

Keterlibatan Amerika Serikat dan Rusia pada Konflik Suriah

Dalam pergaulan internasional sudah menjadi rahasia umum bahwa AS memiliki hubungan ketegangan dengan Rusia dikarenakan perbedaan ideologi mereka. Sering juga kita jumpai sikap heroik kedua negara tersebut pada sisi yang berseberangan dalam merespon fenomena internasional. Termasuk salah satunya yakni konflik Suriah ini.

Hubungan harmonis Rusia-Suriah terjalin sejak tahun 1946. Kepentingan nasional Rusia di Kawasan Timur Tengah serta kesamaan idelogi Sosialis yang dianut menjadikan hubungan kedua negara tersebut terjalin dengan baik. Walaupun sempat mengelami berbagai dinamika hubungan tersebut kembali dieratkan sejak tahun 2011 bertepatan dengan memanasnya Arab Spring untuk melindungi rezim Assad dari tekanan internasional.

Adapun hal-hal yang dilakukan Rusia dalam membantu pemerintah Suriah selain menolak resolusi-resolusi yang dipromosikan negara Barat untuk menghindari sanksi serta intervensi militer terhadap pemerintah Suriah menggunakan hak vetonya dalam Dewan Keamanan PBB, adalah memberikan bantuan berupa militer. 

Hal tersebut sesuai dengan kebijakan luar negeri Rusia untuk membantu perdamaian wilayah Timur Tengah khususnya Suriah. 

Bantuan-bantuan tersebut berupa pendirian pangkalan militer Rusia di beberapa kota Suriah, pengiriman pasukan perang, pengiriman pesawat tempur, suplai persenjataan, dan lain sebagainya. Tentu keputusan tersebut bukanlah hal sederhana yang diambil Suriah karena bersifat kontradiktif dengan negara super power AS.

Namun langkah tersebut tetap diambil Rusia selain untuk membantu sahabat terdekatnya Suriah, juga untuk mengimbangi dominasi rival terbesarnya Amerika Serikat di Kawasan Timur Tengah.

Tidak ingin kalah heroik, AS juga turut berkecimpung dalam konflik Suriah namun tentunya dalam pihak yang berbeda. AS berperan mendukung dan membantu oposisi pemerintahan Suriah. 

Bantuan tersebut selaras dengan kebijakan luar negeri democratic peace AS, yakni menyebarkan ideologi demokrasi atau demokratisasi karena anggapan bahwa negara demokrasi tidak akan berperang melawan negara demokrasi lainnya serta dianggap sebagai ideologi yang paling mampu menjamin hak masyarakatnya. 

Selain gagasan democratic peace, dukungan AS terhadap kelompok oposisi dalam konflik Suriah ini memiliki beberapa motif dibaliknya seperti adanya kepentingan politik serta ekonomi AS di wilayah tersebut. 

Dukungan AS terhadap kelompok oposisi tersebut berupa penggalangan dukungan internasional melalui PBB, dukungan secara langsung yang berupa bantuan konsultan strategi dari badan keamanan AS, dukungan militer, serta bantuan finansial. Adapun dukungan militer yang diberikan berupa suplai senjata, bantuan pesawat tempur, rudal, pesawat pengebom, kapal induk, kapal perusak, pasukan militer, dan lainnya.

Akankah Suriah Baik-baik Saja?

Keterlibatan AS serta Rusia dalam konflik Suriah tentunya memberikan pengaruh yang besar. Hal tersebut dikarenakan AS dan Rusia merupakan negara dengan militer terbesar di dunia. Pengaruh besar yang diberikan terbukti dengan lamanya konflik tersebut berlangsung serta hadirnya aktor-aktor lain selain AS dan Rusia. Dengan kerumitan yang ada, lantas akankah Suriah baik-baik saja?

Hadirnya dua aktor besar dalam konflik Suriah memang memperumit keadaan, namun di satu sisi hal tersebut menghadirkan sebuah kestabilan. Mengapa demikian? Dengan hadirnya Rusia di tengah perluasan hegemoni AS di wilayah Timur Tengah dapat menjadi sebuah stabilitas politik. 

Apabila Rusia angkat kaki dari konflik ini dikhawatirkan akan timbul destabilisasi kawasan, karena jatuhnya Suriah dapat membawa dampak besar bagi wilayah Timur Tengah. Selain itu hadirnya Rusia di konflik ini diharapkan dapat menjadi penyeimbang AS sebagai negara super power yang ingin memperluas hegemoninya di Kawasan Timur Tengah. 

Dengan tercapainya puncak hegemoni tentunya menjadi kekuatan yang menakutkan dan tak terkalahkan, sehingga diperlukan penyeimbang untuk menghindari kondisi tersebut.

Selain itu hadirnya Amerika Serikat juga tidak dapat disalahkan karena adanya legitimasi dari landasan yuridis berupa Humanitarian Intervention yang terjadi di Kawasan Suriah. Dengan adanya bantuan AS terhadap oposisi Suriah menunjukkan keinginan besar masyarakat untuk lepas dari jeratan rezim otoriter yang ada. 

Sehingga walaupun rezim al-Assad hingga saat ini masih memimpin di Suriah diharapkan dengan berbagai protes dan serangan yang ada dapat menjadi sebuah refleksi bagi rezim tersebut untuk menciptakan kebijakan-kebijakan baru yang bersifat memberi kebebasan dan hak bersuara bagi masyarakatnya

Hadirnya Rusia dan AS dalam merespon konflik Suriah menciptakan sebuah keseimbangan dalam dunia internasional. Dengan perginya Rusia dari konflik tersebut hanya akan memperbesar hegemoni AS di wilayah Timur Tengah atau bahkan di seluruh dunia, hingga akhirnya dapat melahirkan satu pusat kekuasaan besar yang mengerikkan. Dengan perginya AS dari konflik tersebut juga hanya akan membuat rezim pemerintahan bertindak seenaknya sendiri.

 Dan dengan hadirnya AS dalam menyuarakan isu kemanusiaan yang terjadi dapat menciptakan rasa simpati dari masyarakat internasional serta kesadaran untuk meraih haknya sebagai warga negara terlepas dari kepentingan politik serta ekonomi yang berperan dibalik masing-masing aktor.

Referensi 

Adhyatmika Nandanaardi Dhwani. "Kebijakan Luar Negeri Rusia Terhadap Suriah Dalam Konflik Suriah Tahun 2011-2012". Jurnal Analisis Hubungan Internasional. Vol. 3 No.1. hal 149-152.

Bahar Zulman. "Dukungan Amerika Serikat Terhadap Kelompok Oposisi

Dian Nursita Rizki dan Surwandono. "Gagasan Democratic Peace Dalam Politik Luar Negeri Amerika Serikat". Islamic World and Politics. Vol.1 No.1. hal 30-31.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun