Pemerintah Kota Surabaya pada saat ini sedang melakukan upaya pengurangan sampah yang meliputi seluruh bagian Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya dengan Dinas Lingkungan Hidup menyadari bahwa Kota Surabaya masih belum sepenuhnya terbebas dengan sampah. Hal ini dikarenakan terdapat kepadatan penduduk yang terus-menerus memproduksi sampah setiap hari, terutama sampah rumah tangga.
Untuk menciptakan lingkungan Kota Surabaya bebas sampah, Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Lingkungan Hidup telah mengambil beberapa langkah penting dalam pengurangan sampah. Seperti subsidi pemberian alat komposter dan biopori, hal ini sebagai salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tercipta lingkungan bebas sampah dan menuju Kota berkelanjutan.
Komposter adalah alat berupa tong besar yang digunakan untuk mendaur ulang sampah organik, seperti sisa makanan, menjadi kompos yang kaya akan unsur hara. Pemerintah Kota Surabaya telah memasang komposter komunal di berbagai lokasi strategis, seperti pasar-pasar tradisional, sekolah, dan perumahan. Hal ini membantu mengurangi jumlah sampah organik yang mencemari lingkungan.
Selain itu, penggunaan biopori juga menjadi salah satu terobosan penting dalam pengelolaan sampah. Biopori adalah lubang berdiameter kecil yang digali di tanah untuk mempercepat proses penyerapan air hujan dan mengurai sampah organik. Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama dengan warga setempat untuk menggali biopori di sekitar permukiman. Hal ini membantu mengurangi genangan air dan mengoptimalkan penguraian sampah organik.
Upaya yang diberikan oleh Pemerintahan Kota Surabaya juga berlaku di RW03 Rungkut Barata, dibuktikan dengan setiap RT terdapat alat komposter yang berada di depan rumah, serta lubang biopori yang berada di teras warga. Selain itu, diperlukan kontribusi penting dari masyarakat setempat untuk menjalankan upaya-upaya yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya, seperti penghuni perumahan Rungkut Barata.
Namun sangat disayangkan sekali bahwa kenyataan nya banyak warga yang belum melek akan kepedulian terhadap alat-alat yang diberikan pemerintah untuk membantu mengurangi sampah. Banyak alat komposter dan biopori yang tidak digunakan dengan baik. Para warga masih mengumpulkan sampah menjadi satu kantong plastik dan dibuang ditempat sampah, hal ini menyebabkan tukang pengambil sampah kesulitan dalam melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik.
Alasan para warga tidak menggunakan alat komposter dengan baik adalah munculnya maggot atau cacing ke permukaan tong komposter setelah penimbunan sampah di dalam komposter, warga merasa jijik dan risih akan adanya maggot tersebut sehingga warga memutuskan untuk tidak menimbun sampah di alat komposter. Padahal, hal seperti ini adalah hal normal dikarenakan adanya penimbunan sampah organik, untuk mengatasi kejadian seperti ini hanya diperlukan sampah daun yang masih basah untuk menutup bagian atas alat komposter agar maggot tidak muncul di permukaan
Berbeda dengan lubang biopori, penggunaan biopori lebih mudah dibandingkan dengan komposter. Biopori sering digunakan warga untuk menimbun daun-daun kering yang berjatuhan di jalan, dianggap lebih mudah karena hanya dengan memasukkan daun-daun ke dalam lubang serta tidak menimbulkan adanya maggot.
Alat komposter maupun biopori sama-sama berperan penting dalam pengurangan sampah rumah tangga, sehingga diperlukan kontribusi dari warga untuk memaksimalkan dalam penggunaan komposter dan biopori. Selain warga, para pemangku kepentingan di Rungkut Barata juga harus turut andil untuk melakukan sosialisasi terhadap warga akan pentingnya dalam pengurangan sampah dengan menggunakan komposter dan biopori, sehingga alat-alat tersebut tidak mangkrak begitu saja karena warga lebih memiliki untuk membuang sampah di kantong plastik.
Upaya ini bukan hanya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan, tetapi juga mengurangi biaya pengelolaan sampah secara keseluruhan. Dengan lebih banyak warga yang terlibat dalam praktik-praktik pengurangan sampah ini, akan terciptanya kampung bebas sampah dan menjadikan Kota Surabaya menjadi kota yang lebih bersih dan berkelanjutan