Mahasiswa, sebuah gelar yang pernah tercanangkan pada pribadi setiap pemimpin yang saat ini tampil ditengah publik. Mulai dari Guru hingga Presiden pasti pernah memikul julukan ini di pundaknya.
Secara etimologis, kata mahasiswa merupakan gabungan dari dua kata, yaitu maha dan siswa. "Maha" berarti pihak yang paling besar dan "Siswa" merupakan orang yang belajar di tingkat pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Menjadi siswa besar sudah tentu harus kuat tahan banting. Harus tekun dalam mengikuti pembelajaran (perkuliahan) di Perguruan Tinggi serta harus mampu membagi waktu dengan kegiatan-kegiatan penunjang potensi yang tersedia di kampus.
Sejarah mencatat tidak sedikit perubahan yang kemudian terlaksana dengan sukses serta mencapai hasil gemilang karena adanya campur tangan mahasiswa.
Misalnya, Ir. Soekarno Presiden pertama Republik Indoensia yang selama masa studinya berkat jatah Politik Balas Budi Hindia Belanda, sukses menggaet para akademisi-akademisi muda bangsa untuk bergabung dalam barisannya ke meja diplomasi menuju kemerdekaan.
Selin itu, Moh. Hatta sang sosok Cendikiawan bangsa yang dikenal sebagai sosok teladan berbangsa dan bernegera, taat beribadah, demokratis, pandai berorganisasi, penuh etika dan etiket, ilmuwan, ahli ekonomi, bapak koperasi, tertib, disiplin, tepat waktu, rapi, bersahaja, jujur, bersih, cerdas, pemikir, tenang, konsekuen, santun.
Indische Vergining (Pemuda Indonesia) yang kemudian bergant nama menjadi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) atau juga dengan nama Persatuan Pelajar merupakan salah satu wadah yang sukses dibentuk olehnya untuk mahasiswa yang berada diluar negeri dan kemudian melahirkan beberapa tokoh intelektual bangsa yang sukses mengambil peranan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Jika kita menyadari akan kehebatan para sosok pahlawan bangsa diatas maka semestinya mahasiswa Indonesia wajib hukumnya menjadikan sosok ini sebagai inspirator dan mood booster dalam peranannya untuk pembangunan bangsa.
Tapi sayang, mahasiswa seolah-olah kehilangan kehormatan pasca reformasi yang digulirkan pasca kudeta Presiden Soeharto tak memberikan hasil yang memuaskan. Harusnya kita menjadi mahasiswa sutuhnya. Mahasiswa yang berdiri dengan kokoh, dengan tekat bersama dan niat tulus membangun bangsa yang gemah ripa loh jinawi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H