Kebencian di media sosial (cyberbullying) menjadi masalah yang semakin sering ditemukan dalam kehidupan digital sehari-hari. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi frekuensi, dampak emosional, serta cara-cara yang ditempuh individu dalam menghadapi kebencian tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa responden, sebagian besar merasa cemas dan kehilangan kepercayaan diri setelah menghadapi atau melihat kebencian di media sosial. Tindakan yang umum diambil untuk mengatasi pengalaman tersebut meliputi pembatasan penggunaan media sosial, mencari dukungan dari teman atau keluarga, dan melaporkan akun yang terlibat dalam kebencian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun dampaknya bervariasi, kebencian di media sosial secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental penggunanya. Artikel ini juga membahas pendekatan yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif tersebut.
Kebencian di media sosial, atau yang dikenal sebagai cyberbullying, kini menjadi fenomena yang semakin meluas. Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin banyak individu yang menjadi korban atau bahkan pelaku kebencian dalam dunia maya. Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa responden merasa kesehatan mental mereka terganggu, lebih dari 50% responden merasa cemas dan kehilangan kepercayaan diri akibat kebencian di media sosial, frekuensi kebencian di media sosial cukup tinggi, dengan sebagian besar merasakan dampak negatif secara emosional, seperti rasa cemas dan kehilangan kepercayaan diri.
Dampak psikologis yang dirasakan tidak bisa dianggap remeh. Banyak dari responden yang melaporkan perasaan cemas setelah melihat atau menjadi korban kebencian. Perasaan ini seringkali disertai dengan penurunan kepercayaan diri. Dampak lainnya yang juga cukup dirasakan adalah perasaan depresi, yang muncul ketika kebencian yang diterima terasa sangat menyakitkan dan berlarut-larut. Royal Society for Public Health (RSPH) (dalam laporan #StatusOfMind): "Kebencian di media sosial dapat menyebabkan dampak emosional yang berat, seperti kecemasan, depresi, dan penurunan kepercayaan diri. Media sosial memiliki kekuatan untuk membentuk opini, tetapi juga dapat menghancurkan kesehatan mental penggunanya."
Untuk mengatasi dampak kebencian di media sosial, sebagian besar responden memilih untuk membatasi penggunaan media sosial mereka. Pembatasan ini dianggap sebagai cara efektif untuk menghindari konten yang berpotensi merugikan kesehatan mental mereka. Selain itu, banyak yang memilih untuk melaporkan akun yang terlibat dalam kebencian, sebagai bentuk tindakan terhadap perilaku negatif tersebut. Tidak jarang pula, dukungan dari teman dan keluarga menjadi salah satu cara untuk meredakan perasaan negatif yang muncul setelah mengalami kebencian.
Meskipun beberapa individu memilih untuk mengabaikan kebencian yang mereka terima, tetap ada kelompok yang merasa perlu untuk mencari bantuan atau melaporkan perilaku tersebut kepada pihak yang berwenang. Pendekatan ini menjadi salah satu upaya untuk menjaga kesehatan mental dan menciptakan lingkungan yang lebih aman di dunia maya.
Dalam kesimpulannya, kebencian di media sosial jelas memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental penggunanya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki cara yang efektif dalam menghadapi dan mengurangi dampak negatif dari kebencian di media sosial, agar dapat menciptakan pengalaman digital yang lebih positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H