Sejarah Tempo.coÂ
Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliputberita politik. Tempo merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada 6 Maret 1971 dengan Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin Redaksi. Terbitnya Tempo tersebut tidak bisa lepas dari peran Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Bur Rasuarto yang kemudian dianggap sebagai pendiri. Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994 dan kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah edisi bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo English Edition dan pada 2 April 2001.
Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan Majalah Edition dan Tabloid Detik, tidak pernah jelas penyebabnya. Tapi banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan majalah ini tentang impor kapal perang dari Jerman. Laporan ini dianggap membahayakan "stabilitas negara".Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh Menristek BJ.Habibie. Sekelompok wartawan yang kecewa pada sikap Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) yang menyetujui pembredelan Tempo, Editor dan Detik, kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).Â
Tempo diterbitkan oleh PT Tempo Inti Media Tbk. PT Tempo Inti Media Tbk sudah berstatus perusahaan terbuka. Perseroan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2001. Meski masih tergolong pemain baru dalam bursa Tempo mempunyai sejarah yang panjang. Dalam perjalanannya, ada pasang surut yang dialami untuk mencapai kejayaan. Pemberitaan yang disuguhkan Tempo yang sangat kritis sehingga 36 Dokumen resmi Tempo.co, memunculkan rasa yang tidak nyaman bagi penguasa Orde Baru saat itu. Akibatnya Tempo dibredel dua kali pada masa orde baru. Tahun 1982, Tempo pertamakalinya mengalami pembredelan karena dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu, tengah dilangsungkannya kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tempo akhirnya diperbolehkan kembali dengan syarat menandatangani sebuah perjanjian diatas kertas yang bersegel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Depertemen Peerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers). Kemudian pada Juni 1994, untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto mengenai pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur.Â
Tempo kembali beredar pada Oktober 1998. Kantor pertama Tempo di kawasan Pecinan, Senen, Jakarta Pusat. Sekumpulan anak muda dengan umur yang masih 20-an berkeinginan untuk menerbitkan sebuah majalah berita mingguan. Diantaranya Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan Putu Wijaya. Maka dari salah satu blok gedung di Jl. Senen Raya 83, Jakarta pada 6 Maret 1971, Majalah Tempo untuk pertama kalinya terbit dengan Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin Redaksi. Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang memiliki wawasan yang begitu luas, mulai pemain sepak bola, ekonomi, politik, seni dan budaya, musik, dan dunia perfilman. Paradigmanya yang sangat liberal dan terbuka sehingga ia pernah dievakuasi kepolisian saat acara diskusi peluncuran buku
dengan judul "Allah, Liberty and Love" karya Irshad Manji di komunitas Salihara, Jakarta Selatan. Acara ini dituding mendukung Homeseks, Lesbian, dan perkawinan sesama jenis. Awalnya portal berita Tempo.co ini lahir dengan nama Tempo Interaktif (www.tempointeraktif.com). Portal merupakan pionir portal berita sejak 1995 mampu menyajikan informasi yang "enak dibaca dan bisa dipercaya". Ika Suci Agustin, Analisis Semiotika Soal Pemberitaan Pernikahan Beda Agama Pada.
Dalam perjalanannya, portal Tempo Interaktif banyak mengalami pembenahan. Pada 2008, Tempo Interaktif tampil dengan wajah baru dan sajian berita yang berkualitas. Sepanjang 2009 dan 2010, Tempo Interaktif telah berkembang lebih jauh. Dari sisi jumlah berita yang ditampilkan, misalnya kini rata-rata jumlahnya sehari telah mencapai 300 berita. Jumlah pengunjung meningkat pesat. Catatan Google Analytic menyebutkan bahwa sepanjang 2010 terjadi peningkatan jumlah pengunjung Tempo Interaktif sebesar 190 persen, yaitu dari rata-rata 1 juta pengunjung naik menjadi 3,5 juta pengunjung per bulan.
Sementara itu, jumlah halaman yang dibuka oleh satu pengunjung juga mengalami peningkatan menjadi 11 juta halaman per bulan. Yang menarik pendapatan iklan Tempo Interaktif pada 2010 ikut mengalami peningkatan sebesar 26%. Seiring dengan meningkatnya tren akses mobile, Tempo Interaktif kinijuga telah mengembangkan aplikasi yang bisa diakses via telephone seluler,
BlackBarry, iPhone, iPed, dan tablet Android. Jumlah pengakses Tempo Interaktif via mobile meningkat lebih dari 500 persen. Tempo Interaktif juga mengembangkan aplikasi iPed dan Android untuk majalah-majalah Group Tempo,Seperti Tempo Edisi Bahasa Inggris, dan prodek Tempo lainnya. Di kuartal akhir 2011, manajemen Tempo setuju untuk mengubah nama portal Tempo Interaktif menjadi Tempo.co.Â
Langkah perubahan ini merupakan bagian dari upaya Tempo meningkatkan kualitas dan menyempurnakan sajian produk. Lebih dari itu, pengubahan ini juga mengindikasikan langkah serius Tempo untuk mengembangkan sebuah produk media yang mempu mencerdaskan pembacanya. Pengubahan nama portal menjadi Tempo.co ini sekaligus menandai bahwa Tempo Media memulai langkah untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai konvergensi media. Memadukan semua bentuk media. Semua peningkatan itu adalah hasil kerja keras semua ini. Namun perjuangan untuk mencapai penyempurnaan tak pernah berhenti. Alasan  nama Tempo di ambil karena pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak di ucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama itu terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama itu bukan simbol atau golongan. Artinya Tempo sama saja dengan waktu, sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik diseluruh dunia.