Sifat news media adalah cair (fluids), konektifitas individual dan menjadi sarana untuk membagi peran kontrol dan kebebasan. Menurut Mondry (Sugiyono, 2020) media online memiliki kelebihan tersendiri, Â informasinya lebih "personal" yang dapat di akses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tentu dengan syarat; ada besarannya, berupa seperangkat komputer/perangkat digital dan jaringan internetnya.
Kelebihan lain, informasi yang di sebarkan dapat di-update setiap saat, bila perlu setiap detik. Lebih dari itu, media online juga melengkapi fasilitas pencarian berita dan persiapan berita yang dapat diakses dengan mudah. Untuk memaksimalkan kelebihan media online tersebut diperlukan keahlian khusus guna mengelolanya.
Pengelolaan media yang baik tentu akan dapat memastikan kontinuitas terbitan dan publikasinya. Untuk mendukung eksistensi media online tersebut diperlukan pendampingan yang berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari output kegiatan tahun sebelumnya. Untuk membentuk pengelola media yang baik diperlukan pendampingan dengan berbagai pelatihan sesuai dengan kebutuhan pada tata kelola tim pengelolanya. Oleh karenanya sasaran kegiatan adalah pengelola mediakita.info secara khusus. Dengan harapan melalui pendampingan dan edukasi berkelanjutan ini diharapkan dapat memastikan kualitas dan kuantias terbitan pada media tersebut, seperti detik.com dan Tempo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka dan pencarian informasi tambahan di internet. Metode penelitian kualitatif dapat kita pahami sebai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah dimana peneliti sebagai instrumen, teknik pengumpulan data secara analisis dam lebih menekan pada makna.
 Teknik analisis data deskriptif bertujuan untuk mencari dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi masyarakat tanpa bermaksud mencari hubungan antara variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono, 2009: 35).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Detik.com
Berdasarkan sejarah dari detik.com diketahui bahwa sejarah detik.com tak lepas dari kisah sukses seorang milyarder lokal yang lahir dari bisnis dotcom yakni Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo). Jauh sebelum Detik.com lahir, Abdul Rahman yang hobi mengutak-atik komputer membuka perusahaan pendesain situs bersama dua temannya, Budiono Darsono (eks wartawan DeTik) dan Didi Nugrahadi yakni pada September 1995 yang diberi nama Agranet Multicitra Siberkom atau disingkat Agrakom dengan modal awal seratus juta atau setara 40 ribu dolar AS saat itu.Â
Berkantor di Jakarta Selatan, klien pertama yang berhasil Agrakom adalah harian Kompas untuk memperbaiki desain situs yang sudah ada. Sukses ini kemudian diikuti dengan klien lain seperti Grup Astra, United Tractor, PT Timah, BCA, Satelindo yang mulai mengalir deras dan hanya dalam dua tahun, Agrakom sudah mengeruk pendapatan sebesar 800 ribu dolar AS. Karyawan pun bertambah banyak dari awalnya hanya 8 menjadi 30 orang. Namun sukses Agrakom dihajar badai krisis moneter yang menerpa banyak negara Asia tak terkecuali Indonesia pada tahun 1997. Ini lantaran sewa server di Amerika Serikat dan jasa Agrakom memakai kurs dolar AS. Klien-klien mulai banyak yang mengeluh karena nilai dolar terus membumbung. Biaya operasi yang membengkak karena depresiasi rupiah serta penurunan order sempat membuat Abdul Rahman was-was karena banyak perusahaan dotcom mulai bertumbangan. Sepi order yang lantas membuat banyak karyawannya menganggur, membuat Abdul Rahman kepikiran untuk membuat situs sendiri, meniru Yahoo.com sebagai search engine global. Namun pada saat itu Budiono mengusulkan untuk membuat situs berita dengan konsep breaking news yang terus menerus diupdate. Dan akhirnya pada 9 Juli 1998 dengan tenaga awal tiga orang reporter dengan Budiono sendiri bertugas sebagai gatekeeper di depan komputer untuk menerima laporan berita dari reporter, Detik.com online untuk pertama kalinya.
Situasi dalam negeri yang panas setelah turunnya Suharto dan suasana reformasi sangat menguntungkan bagi Agrakom karena banyak yang mengakses Detik.com untuk mencari tahu tentang perkembangan politik terakhir. Selain berhasil mencatatkan diri sebagai portal lokal pertama, Detik.com juga berhasil menjadi situs terpopuler. Fasilitasnya kemudian semakin bertambah lengkap seperti email gratis, berita hiburan, olahraga dan lain-lain yang masih terus online hingga saat ini.