Mohon tunggu...
Salsabila Azhar Aditra
Salsabila Azhar Aditra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Sekolah Kautamaan Istri untuk Memajukan Perempuan Sunda

2 Juli 2024   12:20 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjuangan perempuan pada masa pergerakan dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi kaum perempuan. Perjuangan hak perempuan timbul dari adanya kesadaran para kaum perempuan untuk memperjuangkan kesetaraan. Sebelum abad ke-20, perempuan Indonesia sering mengalami diskriminasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki di sekitar mereka. Diskriminasi ini umumnya dilakukan oleh laki-laki yang memiliki hubungan dekat dengan mereka. Hal ini dikarenakan oleh budaya patriarki yang kuat di Indonesia dan pandangan yang salah terhadap perempuan. Pada saat itu, pendidikan perempuan dianggap tidak penting dan tidak menguntungkan. Meskipun para perempuan bersekolah, pada akhirnya para perempuan tidak akan bekerja, tugas utama mereka adalah melayani suami dan mengurus kebutuhan rumah tangga, pendidikan yang mereka peroleh dianggap tidak memberi manfaat dan sia-sia.

            Pada masa kolonial Belanda politik etis diterapkan pada bidang pendidikan dengan lahirnya banyak sekolah-sekolah bagi masyarakat pribumi. Dampak positif dari politik etis di bidang pendidikan dengan munculnya kaum berpendidikan di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menghasilkan lahirnya sejumlah tokoh seperti Dewi Sartika yang merupakan perintis pendidikan bagi kaum perempuan. Munculnya sosok Dewi Sartika menunjukan bahwa perempuan mulai memahami nilai-nilai mereka sendiri. Dewi Sartika ingin memastikan bahwa rakyatnya diperlakukan dengan adil seperti kaum lelaki. Dewi Sartika lalu mendirikan sekolah "Kautamaan Istri" pada tanggal 16 Januari 1904, salah satu tujuan didirikannya sekolah kautamaan istri adalah untuk mencerdaskan kaum perempuan, lalu untuk memberikan mereka kemampuan membaca, menulis, memperoleh pengetahuan yang luas, dan memahami tanggung jawab sebagai seorang perempuan serta menuntut hak-haknya dengan adil di hadapan kaum laki-laki.

            Dewi Sartika tertarik untuk mengajar banyak orang, terutama perempuan. Dia yakin bahwa perempuan harus menjalani kehidupan dengan terhormat dan setara dengan laki-laki, dan tetap mempertahankan identitas juga tidak melupakan sifatnya sebagai seorang perempuan. Untuk dapat hidup dalam masyarakat tanpa bergantung pada kaum laki-laki, perempuan harus memperoleh pendidikan dan keterampilan di tengah kehidupan bermasyarakat. Perkembangan kesadaran tentang emansipasi perempuan telah menjadi momen penting bagi kaum perempuan di Indonesia untuk memperjuangkan kemajuan mereka. Dewi Sartika sangat yakin bahwa pendirian sekolah yang ia dirikan akan memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan status sosial dan martabat perempuan. Melalui pendidikan, perempuan dapat memperoleh pengetahuan yang beragam dan keterampilan praktis yang memungkinkan mereka untuk mempraktekkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih mudah dan efektif.

            Berdirinya sekolah khusus perempuan oleh Dewi Sartika dengan nama Sekolah Istri dan berganti nama menjadi Kautamaan Istri pada 1910, membuka peluang bagi para perempuan Sunda untuk mendapatkan pendidikan. Pada dasarnya sekolah ini memberikan pembelajaran kepada para perempuan mengenai keterampilan kewanitaan seperti menjahit, memasak, membatik dan lainnya. Tetapi, sekolah ini berkembang dan menambahkan keterampilan akademis, seperti menulis, membaca, berhitung dan belajar bahasa Belanda untuk para perempuan Sunda.

            Pada masa-masa awal berdirinya Sekolah Kautamaan Istri, sekolah ini bertempat di ruang Pasembayan Barat, Kabupaten Bandung dan hanya memiliki tiga guru, yakni Dewi Sartika, Nyi Oewid dan Nyi Poerwa. Sekolah Kautamaan Istri mengalami kesulitan mendapatkan murid dikarenakan adat istiadat lokal yang masih bersikap patriarki dengan beranggapan bahwa pendidikan bagi perempuan itu tidak berguna. Tetapi, Dewi Sartika tidak menyerah dan terus berusaha agar para perempuan juga bisa mendapat pendidikan yang sama dengan laki-laki. Karena usahanya tersebut, sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika semakin berkembang dengan bertambahnya murid sehingga ruang kelas yang dahulu berada di Pasembayan Barat sudah tidak cukup menampung murid dan memutuskan untuk pindah pada tahun 1910 ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau dan pada tahun yang sama, Sekolah Istri berganti nama menjadi Sekolah Kautamaan Istri. Perkembangan Sekolah ini juga, menambah pembelajaran lain seperti pelajaran agama, menghitung, bahasa Belanda, bahasa Inggris dan penambah ilmu lain seperti bidang kesehatan. Kemudian, Sekolah Kautamaan Istri berganti nama menjadi Sekolah Dewi Sartika pada tahun 1929.

            Nama Sekolah Kautamaan Istri ini beberapa kali mengalami pergantian nama yaitu terakhir diganti pada tahun 1963 menjadi sekolah Kejuruan Kepandaian Puteri, dan pada akhirnya saat ini menjadi SD dan SMP Dewi Sartika. Meskipun telah beberapa kali diubah nama sekolahnya tetapi masih tetap saja sekolah ini didirikan khusus pendidikan perempuan yang mempelajari dan mempraktikkan memasak,menjahit,membatik, dan membuat kerajinan. Dewi Sartika diberi penghargaan oleh pemerintah Belanda karena jasanya dalam memperjuangkan pendidikan khusus wanita, yang pada saat itu juga telah didirikan sekolah khusus wanita di beberapa wilayah yaitu seperti Purwakarta, Bogor, Garut, Tasikmalaya, bahkan sampai di Bukittinggi Sumatera Barat oleh Encik Rama Saleh dibawah yayasan Dewi Sartika yaitu sekolah kautamaan istri. Didirikan organisasi kautamaan istri yang terdapat di Tasikmalaya untuk menaungi pendidikan sekolah-sekolah khusus wanita yang dibangun oleh Dewi Sartika.

            Bangunan Sekolah Kautamaan Istri masih ada hingga saat ini tetapi adanya keruntuhan akibat peristiwa Bandung Lautan Api. Sekolah Kautamaan Istri berada di Jalan Kautamaan Istri, No.12, Kota Bandung. Pada saat bangunan sekolah kautamaan istri ini mengalami keruntuhan akibat kebakaran, Dewi Sartika mengungsi dan meninggalkan Kota Bandung. Kini cita-cita Dewi Sartika sudah terwujud dengan segala pengorbanannya yang berhasil mendirikan sekolah kautamaan istri dan menjadikan pendidikan para kaum perempuan menjadi maju bahkan sejajar dengan kaum laki-laki. Lulusan sekolah kautamaan istri pun berhasil mencetak pelajar yang lulusannya dapat menjahit, merenda, membuat kerajinan, dll. Sekolah Kautamaan Istri juga berhasil mengangkat derajat perempuan menjadi mempunyai harkat dan martabat di hadapan semuanya. Sekola Kautamaan Istri menjadi petanda yang sangat penting dalam sejarah pendidikan kaum wanita di Indonesia. Sekolah Kautamaan Istri ini dianggap sebagai perjalanan awal kesetaraan pendidikan bagi kaum wanita dan mendorong peran wanita dalam perkembangan kemajuan bangsa Indonesia.

Penulis : Rifqa Ayesha Raspiyasa
                   Dewi Nur Aida
                   Salsabila Azhar Aditra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun