Desa Cipicung, Rabu 21 Agustus 2024 --- Mahasiswa KKN Fakultas Ilmu Pangan Halal (FIPHAL) ) Prodi Teknologi Pangan dengan dosen pembimbing Ibu Arti Hastuti, S.TP., M.TP Universitas Djuanda melakukan penyuluhan dan pengenalan terkait produk inovasi pangan yang dilakukan di daerah Balakang RW 07, Desa Cipicung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Komoditas utama yang berasal dari desa Cipicung adalah umbi-umbian, seperti ubi jalar, talas, dan singkong.Â
Keberagaman hasil pertanian berupa umbi ini telah mendasari munculnya beberapa UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) seperti keripik. Di daerah Balakang sendiri terdapat dua pelaku udaha yang memproduksi produk keripik dan sudah dijual secara umum. Meskipun demikian pemanfaatan umbi menjadi olahan pangan dinilai masih belum banyak dan hanya terfokus pada umbi singkong saja.
Hal ini telah mendasari mahasiswa KKN FIPHAL Universitas Djuanda melakukan sebuah inovasi guna memanfaatkan umbi khusunya di wilayah Balakang RW 07. Hasil inovasi yang dibuat adalah produk sistik berbahan ubi jalar yang dikenal dengan nama "Sis-Lar" (Sistik Ubi Jalar) yang unik, gurih, dan memiliki cita rasa khas. Sistik umumnya dibuat dengan bahan baku tepung terigu, margarin, telur, garan, dan penyedap rasa. Berbeda dengan produk Sis-lar, dimana produk ini memanfaatkan potensi bahan lokal berupa ubi jalar yang direbus, dihaluskan menjadi puree dan diberi tambahan kacang hijau.
Penambahan ubi jalan pada adonan sistik ini mendukung program pemerintah berkenaan dengan diversifikasi pangan lolal khas Cipicung yaitu umbi (ubi jalar) dan penambahan kacang hijau bertujuan untuk memberikan hasil sensori yang baik dan berdampak pada peningkatan nilai gizi yang nantinya dapat dijadikan sebagai camilan sehat kaya gizi guna mengurangi angka stunting khsususnya di wilayah Kabupaten Bogor.
Mahasiswa KKN, Agung mengatakan bahwa program inovasi pangan berbahan lokal ini dapat membantu warga dalam pembuatan inovasi pangan yang memiliki nilai jual. "Inovasi pangan ini tentunya dapat diterapkan oleh masyarakat khususnya di wilayah Balakang RW 07 dan akan berdampak pada peningkatan nilai ekonomi jika nantinya akan dijadikan sebagai produk usaha", ujar Agung.
Warga Balakang RW 07 menyambut baik kegiatan penyuluhan dan pengenalan produk sistik ini, salah satu warga Ibu Ai menyatakan bahwa produk sistik ini memiliki rasa unik dan enak meskipun tekstur sistik sedikit kerasa. "baru tahu kalo ubi jalar bisa dibuat jadi sistik, setelag dicoba rasanya enak dan unik tapi kalo buat saya teksturnya masih aga keras sedikit" ujar Bu Ai.
Respon baik dari warga ini pun dijadikan saran dan masukan oleh mahasiswa KKN terutama pada pengembangan produk sistik ini kedepannya. Selanjutnya mahasiswa KKN berharap supaya pengenalan terkait produk olahan sistik berbahan ubi jalar maupun umbi lainnya ini dapat dijadikan sebagai ide usaha warga desa khsususnya di wilayah Balakang RW 07.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H