Mohon tunggu...
Salsabila TaufaniPutri
Salsabila TaufaniPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Saya adalah orang yang ceria

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Kecak dan Makna Spiritual di Balik Gerakan

17 Oktober 2024   08:20 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seni tari adalah hasil karya cipta manusia yang diungkapkan lewat media gerak yang memiliki keindahan. Masing-masing daerah memiliki khas tari yang berbeda-beda. Selain itu bentuk kesenian yang harus dijaga dan
dilestarikan dalam era globalisasi seperti
sekarang ini. Tari tradisional adalah suatu tarian yang pada dasarnya berkembang di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan berpijak pada adaptasi kebiasaan secara turun temurun yang dipeluk/dianut oleh masyarakat yang memiliki tari tersebut (Pak Mono, 2014), salah satu contoh dari tari tradisional yaitu Tari Kecak.

Tari Kecak adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Bali dan cukup terkenal dikalangan masyarakat Indonesia. Keunikan dari gerakan serta kemistikan dalam pertunjukan membuat tarian ini sangat istimewa bagi kalangan masyarakat, Tari Kecak memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, alat musik pengiring juga usaha untuk melestarikan kebudayaan. Jenis tari ini tercipta secara tidak sengaja yang diambil dari sebuah tarian adat pemujaan yang dikenal dengan sebutan Sanghyang. Sanghyang adalah jenis tarian tradisional Bali yang dilakukan dalam upacara religi seperti menolak bala serta mengusir suatu wabah penyakit. Tarian ini disajikan oleh para penari yang duduk secara melingkar dengan mengucapkan kata"cak-cak-cak-cak" secara serentak, oleh karena itu tarian ini diberi nama dengan sebutan "Tari Kecak". Pada Tari Kecak gerakan tangan yang disajikan dalam pertunjukan sebenarnya mengisahkan sebuah cerita Ramayana yakni pada peristiwa Dewi Shinta diculik oleh Rahwana. Hingga akhir pertunjukan biasanya tari ini menyajikan kisah pembebasan Dewi Sintha dari tangan Rahwana.

 Tari Kecak sering dimainkan oleh laki laki yang berjumlah 50 sampai 150 penari. Kostum yang kerap digunakan yaitu berupa kain sarung yang bermotif kotak-kotak yang memiliki warna hitam putih seperti catur yang diikatkan melingkar ke pinggang penari. Tari Kecak menggunakan alunan suara penari yang berupa suara  "cak-cak-cak-cak". Tari Kecak memiliki properti yaitu 1.) Gelang kemerincing, biasanya digunakan di pergelangan kaki pria yang berperan sebagai Ramayana untuk menghasilkan bunyi yang keras. 2.) Bara api, digunakan untuk diinjak dengan kaki telanjang, diyakini penari tidak mengalami kesakitan karena menggunakan bantuan mistis. 3.) Bunga Kamboja, digunakan sebagai simbol hubungan dengan alam. 4.) Selendang hitam putih, bermotif kotak kotak hitam putih memiliki makna konsep Rwa Bnineda. 5.) Topeng, dikenakan oleh penari utama yang berperan sebagai Hanoman, Sugriwa, dan Rahwana 6.) Tempat sesaji, dipercaya mampu menolak kesialan dan mendatangkan keberuntungan.

 Selain itu Tari Kecak memiliki beberapa keunikan dan makna simbol yang signifikan 1.) Gerakan Monoton, gerakan Tari Kecak yang monoton dari awal sampai akhir ini, menunjukkan keseriusan dan fokus pada cerita yang dibawakan 2.) Pada iringan Tari Kecak, menggunakan iringan suara "cak cak cak" oleh para penari dengan menciptakan suara yang unik. 3.) Gerakan tangan di atas kepala, menandakan simbol kekuatan spiritual. Dalam pertunjukan tari kecak ini umumnya dipimpin oleh seorang pemangku agama Hindu yang berperan sebagai pemimpin doa dan media komunikasi dengan roh para dewa. Prosesi sembahyang ini dilakukan dengan tujuan supaya memperoleh keselamatan dan kelancaran dari Sang Hyang Widhi                                                                                              
Pada Pementasan tari kecak dimulai dari pembakaran dupa. Kemudian para penari memasuki panggung pertunjukan sambil menyebut kata "cak cak cak" dan membentuk barisan melingkar.
                                                                                                                                                                            *Adegan Pertama
Pada adegan pertama dari tari kecak ini berisi mengenai cerita Dewi Sinta saat dirinya diculik oleh Rahwana. Ketika Dewi Sinta diculik, suami Dewi Sinta bernama Rama ini sedang berburu di hutan.

* Adegan Kedua
Lalu, pada adegan kedua ini mengisahkan mengenai seekor burung garuda yang mencoba untuk membantu Rama menyelamatkan Dewi Sinta. Akan tetapi, pada adegan ini burung garuda tidak berhasil menolong Dewi Sinta. Sayap burung garuda yang digunakan untuk menyelamatkan Dewi Sinta pun putus akibat terkena tembakan dari Rahwana.

* Adegan Ketiga
Pada adegan ketiga ini menceritakan kisah Rama dan Laksamana yang tersesat di hutan ketika mencari Dewi Sinta. Kemudian Rama meminta pertolongan pada Hanoman untuk menyelamatkan Dewi Sinta dari Rahwana.

*Adegan Keempat
Pada adegan keempat ini menceritakan tentang Hanoman yang membakar kerajaan Alengka Pura dan mengabarkan kepada Shinta untuk tetap tenang dan menunggu pertolongan dari Ramayana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun