Siapa itu Daniel Goleman ?
Daniel Goleman adalah seorang jurnalis asal Amerika, yang juga bekerja sebagai seorang penulis dan psikolog. Goleman lahir pada tanggal 7 Maret 1946 di Stockton, California, Amerika Serikat. Orang tuanya adalah seorang profesor di perguruan tinggi, ayahnya mengajar humaniora dan kursus sastra dunia di tempat yang bernama San Joaquin Delta Community College. Ibunya bekerja di departemen sosiologi sebagai pengajar sosial di Universitas of the Pacific. Goleman mendapatkan Penghargaan Pulitzer sebanyak dua kali atas karyanya di The New York Times. Selama di sana, Goleman menulis buku berjudul Emotional Intelligence, buku ini sangat laris dan bertahan selama lebih dari setengah tahun di daftar buku terlaris The New York Times. Goleman menempuh pendidikan tinggi di Amherst College dan University of California di, Berkeley melalui program Independent Scholar di Amherst.
Teori Emotional Intelligence Daniel Goleman
Daniel Goleman dalam karyanya yang berjudul Emotional intelligence (Kecerdasan Emosional) menekankan bahwa kecerdasan emosional (EQ) memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan profesional seseorang, bahkan lebih dari sekadar IQ (kecerdasan intelektual). Goleman mengungkapkan bahwa kemampuan untuk mengelola emosi, berempati, dan menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Koordinasi suasana hati, yang dimaksud oleh Goleman, adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan emosinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Misalnya, seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan perasaan orang lain atau yang mampu menunjukkan empati akan lebih mudah berinteraksi dan menjalin hubungan yang sehat, baik da. Aisslam kehidupan pribadi maupun profesional. Kecerdasan emosional ini memungkinkan individu untuk tidak hanya mengelola perasaan mereka sendiri tetapi juga untuk merespons secara tepat terhadap perasaan orang lain. Lebih lanjut, Goleman mengidentifikasi lima komponen utama dalam kecerdasan emosional:
1. Kesadaran Diri: Kemampuan ini adalah kemampuan dasar dalam kecerdasan emosional, yang dimana berfungsi untuk mengenali dam memahami emosi diri sendiri. Jika kita bisa mengenali dan memahami emosi  diri, maka kita dapat lebih waspada akan suasana hati dan pikiran yang membuat kita tidak tenggelam kedalam emosi. Dengan adanya kesadaran diri bukan berarti kita dapat menguasai emosi, namun kesadaran diri dapat menjadi prasyarat agar individu lebih mudah dalam menguasai emosi nya.
2. Pengelolaan Diri: Kemampuan untuk mengendalikan emosi, tetap tenang dalam situasi yang penuh tekanan, menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Menjaga agar emosi yang tidak baik tetap terkendali merupakan kunci dari kesejahteraan diri.
3. Motivasi: Kemampuan untuk termotivasi oleh tujuan internal dan tidak mudah teralihkan oleh kesulitan atau kegagalan. Orang yang sudah berada pada tahap ini sudah tidak lagi terlalu peduli dengan kesuksesan ataupun kegagalan, karena diri individu tersebut menikmati proses yang dilakukannya. Motivasi diri dapat menumbuhkan sikap antusiasme, gairah, optimisme, dan keyakinan diri.
4. Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, serta merespon dengan cara yang sesuai. individu yang memiliki sifat empati lebih mampu melihat sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain, dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.
5. Keterampilan Sosial: Banyak individu yang kesulitan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan memahami keinginan dan kemauan orang lain. Maka dari itu, keterampilan sosial  menjadi tolak ukur dalam menangani hal tersebut, yaitu dengan membina hubungan, berkomunikasi dengan baik, dan bekerja sama dalam suatu tim.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan, dari kepemimpinan, manajemen tim, hingga kemampuan untuk menghadapi tekanan dan tantangan. Dalam dunia kerja, seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi akan lebih mudah untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan orang lain, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan keberhasilan dalam karier. Kecerdasan emosional, dengan kata lain, dapat menjadi pembeda utama dalam menentukan kesuksesan seseorang, lebih dari sekadar kemampuan kognitif atau teknis yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengelola emosi, berempati, dan berinteraksi dengan baik dalam konteks sosial sangat penting untuk mencapai tujuan dan membangun hubungan yang sehat dan produktif.