Mohon tunggu...
Salsabila LailiRamadhanti
Salsabila LailiRamadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetaplah melakukan hal-hal baik!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nativisme: Hereditas sebagai Keunggulan dalam Proses Pendidikan

3 Januari 2022   20:55 Diperbarui: 3 Januari 2022   21:30 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan hal umum yang hakikatnya semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan sebagai penunjang potensi serta mewujudkan upaya dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa (Abd. Rouf, 2015).

Melansir dari gheroy.com, definisi pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang secara aktif mengembangkan potensi diri dan sesuai dengan tujuan manajemen peserta didik.

Definisi mengenai pendidikan tidak hanya diulas secara umum saja, namun juga secara religius. Dalam agama Islam, manusia berkewajiban untuk menuntut ilmu. Sesuai dengan yang termaktub dalam Al-Qur'an surah Al-Alaq ayat 1-5 yang memiliki makna mengenai pengetahuan dan anjuran menuntut ilmu (Masykur, 2021).

Sementara itu, dalam suatu pendidikan ada beragam bidang yang dapat ditekuni. Hal ini disesuaikan dengan potensi dan minat dari masing-masing individu, salah satunya ada bidang filsafat. Di sini kita akan mengulas mengenai filsafat dalam pemikirannya. Hubungan antara filsafat dan pendidikan seperti petunjuk arah dan pedoman dasar bagi usaha perbaikan, peningkat kemajuan, dan landasan kokoh bagi tegaknya pondasi dari sistem pendidikan itu sendiri (Lailatu Rohmah, 2019).

Implementasi Filsafat Nativisme pada Jenjang Pendidikan Dasar

Nativistik berasal dari bahasa Latin, "natus" yang artinya lahir atau "nativus" yang artinya kelahiran (pembawaan). Teori ini berpendapat bahwa filsafat terlahir sebagai bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak ditentukan oleh hereditas atau keturunan, pembawaan sifat yang dibawa sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.

Filsafat nativisme diterapkan pada jenjang pendidikan dasar karena berasaskan pada "Suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas atau keturunan, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati." Sehingga jika seseorang dapat mengenyam pendidikan dengan baik dan layak, maka akan lahir generasi yang berpendidikan pula (Indrya Mulyaningsih, 2017).

Pendidikan dasar menjadi landasan di mana seseorang dapat mencapai titik tertinggi dalam sebuah pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan memiliki kategori yang harus terus berkembang sesuai dengan kemampuan individunya.

Penganut nativisme memiliki afirmasi yang kuat terhadap pernyataan bahwa faktor yang memicu keunggulan dalam proses pendidikan dalam diri seorang anak berakar dari faktor keturunan atau hereditas. Secara otomatis faktor eksternal seperti lingkungan tidak mendapat akses penuh dalam pemikiran orang-orang penganut aliran filsafat ini.

Adapun cara-cara yang dapat kita lakukan sebagai tenaga pengajar sekaligus bentuk implementasi terhadap aliran nativisme agar dapat terus menunjang potensi anak, di antaranya sebagai berikut:

  1. Membimbing peserta didik agar dapat menentukan bakat dan minatnya sejak dini. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu mendapatkan pengarahan lebih fokus pada bidang yang sesuai dengan minat dan potensi yang ia miliki.
  2. Konsultasi dengan wali murid terkait penentuan minat dan bakat. Jika di usia pendidikan dasar peserta didik kerap kali masih memiliki kebimbangan terhadap minat bakatnya, solusinya adalah dukungan dari orang tuanya, karena sedikit banyak merekalah yang dapat memahami buah hatinya.
  3. Mengarahkan peserta didik agar fokus pada bidang yang sesuai dengan minat dan bakatnya, serta bersedia menjadi fasilitator dalam penunjang perkembangan peserta didiknya.

Dapat disimpulkan bahwasannya ilmu filsafat merupakan ilmu berpikir dan menguji secara kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang telah dikonfirmasi oleh kebenaran melalui penelitian dan analisis konsep dasar di bidang kegiatan intelektual, seperti prinsip, kepercayaan, konsep dan sikap umum seseorang atau kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun