Negosiasi antara Rusia dan Ukraina berlangsung di Turki sebagai tempat netral untuk mencapai kesepakatan yang akan mengurangi ketegangan dan mendorong perdamaian antara kedua negara.Â
Turki dipilih sebagai tempat untuk negosiasi karena hubunganya yang dekat dengan kedua negara, tujuan utama dari negosiasi ini adalah untuk mencapai kesepakatan yang dapat menghentikan pertumpahan darah dan meredakan ketegangan antara kedua negara tersebut.Â
Turki juga menyediakan infrastruktur serta keamanan yang diperlukan untuk kelancaran pertemuan ini. Peran Turki sebagai mediator dalam negosiasi ini berhasil karena menunjukkan pentingnya diplomasi dan perundingan dalam menyelesaikan konflik. Turki mampu membangun hubungan baik dengan kedua belah pihak dan menjaga netralitasnya agar negosiasi ini berjalan dengan baik.
- Pembahasan Selama Lobby dan Negosiasi Berjalan
Lobbying dilakukan melalui berbagai cara seperti, pertemuan dengan pejabat pemerintah, kampanye public, penulisan opini di media massa, dan penggunaan jaringan dan hubungan pribadi, lobbying juga merupakan aktivitas yang umum dilakukan oleh banyak negara di seluruh dunia, dan lobbying biasanya dilakukan secara transparan dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dalam hal ini Rusia melakukan lobbying kepada Turki agar tidak mendukung Ukraina dalam konflik tersebut, sedangkan di sisi lain, Ukraina juga melakukan lobbying kepada Turki supaya tidak berpengaruh kepada Rusia.Â
Dengan adanya lobbying yang dilakukan oleh kedua negara tersebut, Turki berinisiatif  untuk membuat pertemuan antara kedua negara, dengan tujuan ingin melihat kedua negara tersebut damai.Â
Turki mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan untuk bernegosiasi dalam menghentikan invasi. Menurut Liputan6.com, Jakarta Pada selasa 29 Maret 2022, Rusia dan Ukraina telah menyelesaikan negosiasi damai di Istanbul, Turki. Perundingan tersebut berjalan selama kurang lebih 3 jam dan menghasilakn sejumlah kesepakatan.
Dari penjelasan di atas  terdapat beberapa hasil kesepkatan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, yang dihimpun dari CNNIndonesia.com dari berbagai sumber:
- Rusia Akan Setop Operasi Militer di Kyiv dan Chernihiv
- Dalam hal ini Kepala negosiator Rusia, Vladimir Medinsky mengatakan Moskow akan mengambil langkah untuk eskalasi militer dan politik serta ingin menghentikan aktivitas militer mereka di dua kota yaitu Kyiv dan Chernihiv.
- Ukraina Berstatus Netral
- Dalam pembahasan ini Ukraina memang sudah menyatakan tidak akan gabung dengan aliansi militer manapun termasuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
- Masa Depan Crimea Masih Dibicarakan
- Ukraina menawarkan bahwa masalah yang berkaitan dengan Crimea dan kota Sevastopol akan dibahas melalui negosiasi bilateral antar kepala negara, dikutip oleh Bloomberg.
- Kemungkinan Pertemuan Putin-Zelensky
- Dalam ini dibahas setelah pertemuan di Turki, mungkin terdapat putaran negosiasi berlanjut yang akan menghadirkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Preside Ukraina Volodymyr Zelensky.
- Gagal Gencatan Senjata
- Rusia-Ukraina gagal dalam menyepakati gencatan senjata, padahal tujuan yang diharapkan banyak pihak yaitu agar perang di Ukraina segera dihentikan.
- Jaminan Keamanan
- Dalam hal ini, Ukraina menyampaikan bahwa ia ingin ada jaminan keamanan negaranya. Â
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa Turki mempunyai hubungan yang kompleks dengan Rusia dan Ukraina, dalam mengahadapi konflik ini Turki mempunyai peran yang unik, setelah Turki mengambil pendekatan seimbang yang berupaya memainkan peran mediasi melalui dialog dan diplomasi untuk mendamaikan kedua negara tersebut.Â
Peran Turki untuk mencapai resolusi damai berkelanjutan dan mengurangi ketegangan dari kedua negara tersebut. Bukan hanya itu saja Turki tidak lupa dengan langkah koonkret dalam mengatasi krisis kemanusiaan akibat konflik ini.Â