Mohon tunggu...
Salsa SabilaNurul
Salsa SabilaNurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallow

Saya adalah seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Dilan 1990 Romansa Remaja yang Bersemi di Tengah Kenangan

16 Oktober 2024   23:36 Diperbarui: 17 Oktober 2024   00:08 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film " Dilan 1990 " ini dalah novel karya Pidi Baiq yang mengusung genre teenlit yang mengisahkan tentang percintaan remaja tahun 1990. Ceritanya berfokus pada karakter Dilan, seorang siswa SMA yang pemberani dan eksentrik.

karakter utama dari film ini menceritakan anak kota bandung yang dilahirkan dari ibu rumah tangga dan bapa seorang TNI yang bertugas di perbatasan Indonesia. Dilan adalah seorang remaja yang sedang mencari jati diri dan dia juga ikut komunitas bersama teman teman nya, dilan seorang badboy yang bisa dibilang banyak wanita yang menyukainya.

Milea, seorang gadis pindahan dari Jakarta, bertemu dengan Dilan, seorang pemuda unik dan misterius yang terkenal di sekolahnya. Dari awal pertemuan, Dilan langsung menunjukkan ketertarikan pada Milea dengan cara yang berbeda dari kebanyakan pemuda lain. Dia memberikan perhatian yang tidak biasa, seperti mengirimkan ramalan dan surat cinta melalui cara-cara yang aneh, namun mengesankan Milea.

Tiba-tiba, seorang siswa baru dari luar kota pindah ke sekolahnya. Mendengar hal tersebut, Dilan mengetahui tentang anak yang dipindahkan ke sekolahnya. Dan ternyata anak tersebut bernama Milea. Milea adalah seorang gadis muda yang berasal dari Jakarta dan pindah ke Kota Bandung, dimana orang tuanya juga pindah ke Kota Bandung untuk mengikuti kegiatan sekolah biasa. Dilan mendengar ini dan dengan mudah mendapatkan semua informasi yang ingin dia ketahui. Pada akhirnya, Milea mulai menyadari perasaannya yang semakin kuat kepada Dilan, meski hubungan mereka penuh dengan tantangan, baik dari keluarga, lingkungan sekolah, hingga geng motor yang melibatkan Dilan. 

Singkat cerita, di sinilah Milea membuka diri terhadap Dilan dan mengarahkan pandangannya kepada Milea. Milea tahu Dilan tidak sendirian. Dilan merupakan salah satu anggota geng motor Kota Bandung yang dikenal sangat penakut dan jarang menimbulkan masalah. Karena itulah saat Milea dalam keadaan darurat, Dilan selalu melindunginya. Lalu ga lama kemudia mereka saling dekat dan saling suka. Di akhir cerita, dilan dan Milea memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius yaitu pacaran. Dilan dan Milea menulis kata-kata di selembar kertas untuk meyakinkan mereka bahwa mereka telah menyetujui hubungan asmara.

Review dalam film Dilan 1990" ini adalah sebuah film drama romantis yang menonjol dengan kesederhanaan dan kekuatan nostalgia. Film ini sangat berhasil menangkap nuansa cinta remaja yang polos, khas, dan sering kali terasa begitu dekat dengan kehidupan nyata. Kisah cinta antara Dilan dan Milea menjadi pusat dari cerita, dan meskipun alurnya sederhana, film ini berhasil membuat banyak penonton terpikat dengan pesona karakternya.

Kelebihan dari Film ini berhasil menghadirkan kembali suasana tahun 1990-an dengan sangat detail. Mulai dari pakaian, alat komunikasi seperti telepon rumah, motor klasik, hingga gaya hidup remaja kala itu, semuanya digambarkan dengan baik. Bagi penonton yang hidup di masa tersebut, film ini membawa mereka pada kenangan indah, sementara penonton muda mendapatkan gambaran yang otentik tentang masa itu. 

Kekurangan dari film lebih berfokus pada pengembangan hubungan antara Dilan dan Milea, dengan konflik-konflik yang cenderung minimal. Bagi sebagian penonton, hal ini membuat alur cerita terasa monoton dan kurang menantang. Meski cocok untuk penonton yang menikmati kisah cinta sederhana, mereka yang mengharapkan drama dengan konflik lebih tajam mungkin akan merasa kurang terpuaskan. Film ini lebih berfokus pada pengembangan hubungan antara Dilan dan Milea, dengan konflik-konflik yang cenderung minimal. Bagi sebagian penonton, hal ini membuat alur cerita terasa monoton dan kurang menantang. Meski cocok untuk penonton yang menikmati kisah cinta sederhana, mereka yang mengharapkan drama dengan konflik lebih tajam mungkin akan merasa kurang terpuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun