Mohon tunggu...
Salsa Alicia Saputra
Salsa Alicia Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Political Science Student

Political Science Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prediksi dan Pencegahan Resesi Ekonomi Indonesia 2023 Mendatang

26 Oktober 2022   17:13 Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:18 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

International Monetary Fund (IMF) mengeluarkan peringatan yang menyatakan adanya kemungkinan resesi ekonomi pada tahun 2023 yang dapat menimpa banyak negara. Faktor-faktor seperti inflasi yang tinggi dan tidak didampingi oleh naiknya ekonomi serta daya beli masyarakat, kenaikan suku bunga signifikan yang menurunkan permintaan masyarakat, pengetatan likuiditas, hingga konflik geopolitik Ukraina dan Rusia yang membuat harga energi semakin tinggi turut memberikan dampak kepada ekonomi dunia yang kian memasuki lubang kehancuran. Selain itu, krisis ekonomi yang telah terjadi di beberapa negara saat ini menjadi salah satu gejala nyata terhadap munculnya resesi tersebut.

Memang benar adanya bahwa IMF memperkirakan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh hingga 5,3% pada tahun ini dan 5% pada tahun 2023. Namun, beberapa data juga menunjukkan bahwa belakangan ini prospek ekonomi Indonesia cukup bergantung kepada batu bara, minyak kelapa sawit, nikel, dan berbagai gas alam lainnya di mana hal ini dapat menjadi sesuatu yang tidak terlalu baik dikarenakan penurunan harga dan turunnya tingkat permintaan. Sebagai contoh, harga batu bara yang sedang melejit pada kontrak Newcastle sudah mulai menurun dari puncak tertingginya pada September lalu. Kemudian harga minyak sawit juga berada pada tren penurunan tajam dari level tertinggi ke hampir tinggal setengahnya.

Dengan hiruk pikuk ancaman resesi ekonomi 2023 yang tengah terjadi, nyatanya masih ada pihak-pihak yang berpendapat bahwa Indonesia akan menghadapi situasi ini dengan cukup baik dan berada di titik aman. Beberapa dari pihak-pihak tersebut adalah Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Priyono menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada pada tingkat yang relatif baik. Menurutnya hal ini mengacu kepada hasil laporan International Monetary Fund (IMF) mengenai World Economic Outlook 2022 dan 2023 yang menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap Priyono masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan. Selain itu, IMF juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara G20 seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Jepang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memiliki opini bahwa Indonesia tidak akan sampai kepada titik terpuruk pada resesi ekonomi 2023 meskipun Ia terus mengingatkan akan perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja. Menurut Sri Mulyani, kondisi perekonomian global memang akan berdampak kepada negara berkembang, namun situasi tersebut masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara maju. Menteri Keuangan RI ini memprediksi Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko akan aman dari ancaman resesi ekonomi pada tahun 2023 mendatang. Di dalam seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI beliau mengatakan, "Negara emerging juga mengalami kondisi relatif tertekan. Meskipun dalam situasi saat ini, emerging country seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik."

Dengan adanya prediksi resesi ekonomi 2023 yang akan mencekam banyak negara, dapat dilihat bahwa sudah sepatutnya setiap negara di dunia tetap bersiap akan kemungkinan terburuk meskipun data dan situasi perekonomiannya menunjukkan keberadaan di level aman. Namun jika dilihat dari prediksi para pengamat ekonomi, sepertinya Indonesia tidak akan mengalami keterpurukan ekonomi yang terlalu mendalam dan bahkan akan lebih bersinar di tengah-tengah perekonomian negara-negara maju yang melandai. Tetapi alangkah baiknya jika Indonesia tetap bersiap guna menghindari skenario terburuk dari resesi ekonomi tersebut yang juga dapat mempengaruhi masyarakat seperti banyaknya kasus PHK dan peningkatan angka kemiskinan. Selain itu perlu diingat bahwa terlepas dari berbagai prediksi baik maupun buruk terhadap sebuah negara, kondisi dunia sangat tidak dapat dikira-kira secara tepat. Sebagai contoh, krisis Covid-19 yang menyerang dunia beberapa tahun lalu secara tidak disangka-sangka turut merusak perekonomian negara dengan penurunan permintaan rata-rata masyarakat dan merusak supply chain dunia sebagai dampak dari kebijakan lockdown.

Dalam hal pencegahan terhadap berbagai hal yang merugikan sebuah negara, tentunya pemerintah memainkan peran penting. Peran ini dapat dimainkan dengan berbagai cara, namun salah satu yang paling penting dan berpengaruh adalah pengeluaran kebijakan dalam mengatasi atau mencegah suatu kasus tertentu. Dalam hal mengatasi ancaman resesi 2023 di Indonesia, kebijakan yang dapat dijadikan solusi adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal dilakukan guna mempertahankan stabilitas ekonomi. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan menaikkan efektivitas serta efisiensi pengeluaran negara. Terdapat pula harapan dari diterapkannya kebijakan fiskal, yakni menurunkan tingkat inflasi, meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi tingkat pengangguran, dan mensejahterakan rakyat. 

Namun, negara juga harus hati-hati di dalam menerapkan kebijakan fiskal. Melihat kembali kepada kritik Milton Friedman terhadap kebijakan fiskal yang ekspansif dengan defisit anggaran yang tinggi, justru malah berakibat kepada kegagalan dan semakin parahnya inflasi di Amerika Serikat tahun 1970-an. Kritik ini pun telah mengubah pola pikir ekonom di dalam melihat sebuah krisis dan kebijakan fiskal sebagai penawarnya. Kemudian dari sisi monetaris dianggap bahwa kontrol terhadap uang beredar harus sangat diperhatikan guna tetap terkendalinya inflasi. 

Selain itu, depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 1929 juga memperlihatkan bahwa ekonomi pasar bebas bukanlah sistem yang tepat, melainkan perlu adanya campur tangan dari pemerintah guna memulihkan perekonomian di sebuah negara. Ide dasar dari teori ekonomi politik keynesian dilihat dapat membawa negara keluar dari jeratan keterpurukan ekonomi akibat resesi dengan meningkatkan defisit anggaran negara untuk mendorong investasi dan konsumsi. Teori yang dibawa oleh Keynes ini menjelaskan bahwa konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian merupakan pendapatan bagi individu lain. Namun dengan siklus seperti ini, ketika sebuah depresi ekonomi terjadi, akan merugikan bagi sebagian orang karena para konsumen secara alami akan memilih untuk menyimpan uangnya. 

Melihat hal tersebut Keyness memberikan jalan keluar, yakni dengan campur tangan pemerintah dan sektor publik. Keyness beropini bahwa pemerintah harus terjun langsung ke dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan suplai uang ataupun dengan membeli barang jasa oleh pemerintah itu sendiri. Keynesian juga mengutamakan kebijakan fiskal seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi resesi 2023 dengan mengacu kepada kebijakan fiskal, pemerintah harus fokus kepada pengembangan ekonomi yang dapat membawa keuntungan kepada negara dan masyarakat. Salah satu contoh penerapan kebijakan ini adalah relaksasi pajak yang berlangsung selama tahun 2020 hingga 2021 guna meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini dapat berdampak baik bagi perekonomian sehingga mampu mengambil andil sebagai langkah prevensi resesi ekonomi. Selain itu, dapat pula diterapkan penggunaan skala prioritas dalam mengurangi insentif dengan meng konsiderasi kontinuitas dari dampak kepada sektor perpajakan.

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa Indonesia diprediksi akan berada di zona aman ketika resesi ekonomi 2023 melanda. Namun hal tersebut tidak boleh dijadikan patokan untuk hanya bersantai dan enggan mempersiapkan langkah pencegahan. Teori keynesian yang menekankan kepada beberapa solusi yang salah satunya adalah kebijakan fiskal rasanya cukup tepat untuk terus diambil. Kalau kebijakan ini berjalan secara lancar sudah tentu akan berdampak kepada pendapatan nasional, inflasi, hingga membaiknya perekonomian Indonesia. Oleh karena itu diharapkan berbagai kebijakan yang diambil pemerintah mampu menanggulangi fenomena ekonomi yang akan mendatang sehingga Indonesia tetap bisa mencari titik terang di tengah-tengah kegelapan ekonomi global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun