KURIKULUM CINTA ALA KEMENAG: MENANAMKAN NILAI KASIH SAYANG, EMPATI, DAN MENGHARGAI PERBEDAAN
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Dalam upaya membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan humanis, Kementerian Agama (Kemenag) akan mengkaji dan bakal memperkenalkan konsep Kurikulum Cinta, sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan nilai kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Konsep ini muncul sebagai respons terhadap berbagai tantangan sosial, seperti meningkatnya intoleransi, konflik berbasis perbedaan, serta kurangnya kepedulian di kalangan generasi muda.
Kurikulum Cinta diharapkan dapat menjadi fondasi bagi pembentukan karakter siswa yang lebih berakhlak, toleran, dan penuh kepedulian terhadap sesama. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam sistem pendidikan, diharapkan sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga ruang bagi siswa untuk mengembangkan kepekaan sosial dan memperkuat harmoni dalam keberagaman.

Kurikulum Cinta yang diperkenalkan oleh Kemenag merupakan pendekatan pendidikan berbasis nilai-nilai kemanusiaan. Kurikulum Cinta adalah seperangkat sistem dan pondasi hidup bersama dalam keragaman untuk kerukunan umat beragama, baik internal maupun antarsesama umat beragama. Menurut dia, cinta merupakan inti dari segala tindakan kebaikan.
Konsep ini lahir dari kebutuhan untuk membangun sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter peserta didik agar lebih peduli, toleran, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Ada nilai yang harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan kita, baik di lembaga formal maupun lingkungan sosial dan keluarga, termasuk kehidupan di pondok pesantren (ponpes).
Bahwa dalam Kurikulum Cinta, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai proses membangun relasi yang harmonis di antara individu dengan latar belakang yang berbeda. Prinsip utama dari kurikulum ini mencakup penguatan nilai kasih sayang, di mana siswa diajarkan untuk saling menghargai dan membangun hubungan yang sehat dengan sesama; penanaman empati, yang bertujuan agar siswa memiliki kepedulian terhadap kondisi sosial di sekitarnya; serta penghargaan terhadap perbedaan, yang mengajarkan pentingnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam implementasinya, Kurikulum Cinta tidak hanya diterapkan dalam mata pelajaran agama, tetapi juga diintegrasikan dalam berbagai aspek pendidikan, mulai dari interaksi sehari-hari di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hingga metode pembelajaran yang lebih interaktif dan reflektif. Misalnya, dalam mata pelajaran agama, siswa tidak hanya diajak untuk memahami ajaran agama mereka sendiri, tetapi juga diajak untuk mengenal dan menghormati keyakinan lain, sehingga tercipta pemahaman yang lebih luas tentang keberagaman. Dengan pendekatan ini, diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi serta mampu hidup berdampingan dalam masyarakat yang beragam.

Tujuan utama Kurikulum Cinta yang diperkenalkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) adalah membangun sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada pencapaian akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki kesadaran sosial tinggi, mampu menghargai keberagaman, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam berinteraksi dengan sesama.