Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Guru Sertifikasi: Perjuangan Mencari 24 Jam Efektif Pemenuhan Tugas Mengajar

14 Januari 2025   05:42 Diperbarui: 14 Januari 2025   05:42 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: asnri.com

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun tujuan dari aturan 24 jam mengajar adalah untuk memastikan keberlanjutan pendidikan, pelaksanaannya justru dapat menciptakan paradoks. Guru yang seharusnya berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran menjadi terjebak dalam rutinitas mengejar angka dan jarak. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh guru itu sendiri, tetapi juga oleh siswa dan sekolah, sehingga memunculkan kebutuhan mendesak akan evaluasi dan reformasi kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan dan profesionalisme guru.

Menghadapi tantangan pemenuhan jam mengajar 24 jam, guru sertifikasi tidak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi, baik secara individu maupun kolektif. Pertama, menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah sekitar. Guru biasanya mengajukan diri untuk mengisi kekurangan jam pelajaran di sekolah lain yang membutuhkan tambahan tenaga pengajar. Upaya ini tidak hanya membantu memenuhi kewajiban administratif, tetapi juga mendukung kolaborasi antar sekolah, meskipun hal ini sering kali membutuhkan penyesuaian jadwal yang rumit.

Kedua, banyak guru berinovasi dalam mengatur waktu dan strategi pengajaran mereka. Beberapa guru memilih untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, seperti menggunakan platform daring untuk melengkapi kehadiran fisik mereka di sekolah tambahan. Dengan pendekatan ini, guru dapat tetap menjangkau siswa di berbagai lokasi tanpa harus terlalu sering berpindah tempat. Guru juga berusaha meningkatkan efisiensi dengan membuat rencana pembelajaran yang seragam namun tetap relevan bagi sekolah-sekolah tempat mereka mengajar, sehingga persiapan materi dapat dilakukan lebih efektif tanpa mengurangi kualitas pengajaran.

Tidak jarang juga guru mengupayakan dialog langsung dengan kepala sekolah dan pengelola pendidikan untuk mencari penyesuaian aturan yang lebih fleksibel. Misalnya, mereka mengajukan agar jam mengajar dihitung tidak hanya berdasarkan kehadiran fisik, tetapi juga kontribusi dalam kegiatan pendidikan. Upaya ini bertujuan agar guru dapat memenuhi kewajiban mengajar tanpa harus mengorbankan kualitas pengajaran.

Dengan berbagai upaya ini, para guru membuktikan bahwa mereka tidak hanya bekerja untuk memenuhi kewajiban administratif, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga kualitas pendidikan. Namun, upaya individu ini tetap memerlukan dukungan sistemik dari pemerintah dan pihak-pihak terkait agar perjuangan guru tidak menjadi beban yang memberatkan, melainkan jalan untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi guru sertifikasi dalam memenuhi kewajiban 24 jam mengajar, diperlukan kebijakan yang lebih fleksibel dan mendukung. Salah satu rekomendasi utama adalah mengevaluasi aturan jam mengajar dengan mempertimbangkan kondisi geografis, jumlah siswa, dan ketersediaan sekolah di suatu wilayah. Pemerintah dapat mempertimbangkan bentuk pengakuan tambahan bagi guru yang aktif terlibat dalam menjalankan kegiatan pendidikan.

Selain itu, pengintegrasian teknologi dalam pendidikan juga perlu didorong, sehingga guru dapat memanfaatkan pembelajaran daring untuk melengkapi jam mengajar tanpa harus berpindah-pindah tempat. Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk menyusun kebijakan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan lokal. Dengan langkah-langkah ini, guru sertifikasi dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif, tanpa mengorbankan kualitas pengajaran maupun kesejahteraan mereka.

Diharapkan pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang lebih mendukung dan humanis bagi guru sertifikasi, dengan mempertimbangkan tantangan nyata yang mereka hadapi di lapangan. Kebijakan tersebut harus fleksibel, memberikan solusi atas hambatan geografis dan administratif, serta berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan, bukan sekadar pemenuhan angka. Dengan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan guru, diharapkan mereka dapat mengajar dengan optimal, menjaga semangat profesionalisme, dan memberikan dampak positif yang nyata bagi para siswa.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun