Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Refleksi Iman: Menyendiri dan Menikmati Hadirat Tuhan Tanpa Sekat

5 Januari 2025   09:44 Diperbarui: 5 Januari 2025   09:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: ifgfpadang.id

SEBUAH REFLEKSI IMAN: MENYENDIRI DAN MENIKMATI HADIRAT TUHAN TANPA SEKAT

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Input gambar: donat.gepics.com
Input gambar: donat.gepics.com
Dalam kehidupan yang penuh dengan hiruk-pikuk, kesibukan, dan tuntutan dunia modern, momen untuk menyendiri sering kali menjadi sesuatu yang langka. Waktu kita tersita oleh pekerjaan, keluarga, dan teknologi yang terus-menerus menarik perhatian kita, sehingga ruang untuk merenung dan merasakan kehadiran Tuhan semakin sulit ditemukan. Namun, di tengah segala keramaian itu, terdapat sebuah kebutuhan mendalam yang sering kali terabaikan. Kebutuhan untuk berhenti sejenak, menarik diri dari kesibukan, dan merasakan hadirat Tuhan tanpa sekat menjadi bentuk keheningan mendalam pada Tuhan.

Menyendiri bukanlah tanda kesepian atau pelarian dari dunia, tetapi sebuah undangan untuk memasuki ruang batin yang hening, di mana kita dapat bertemu dengan Sang Pencipta secara pribadi. Dalam keheningan, suara Tuhan yang lembut dapat terdengar, memberikan kedamaian, kekuatan, dan pengertian yang baru. Kita diajak untuk merenungkan pentingnya momen-momen menyendiri sebagai cara untuk menikmati hadirat Tuhan tanpa gangguan, sebuah refleksi iman yang tidak hanya mendalam tetapi juga menyegarkan jiwa yang letih. Sebuah perjalanan spiritual ini adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membuka hati kita untuk mengalami kasih-Nya yang tanpa batas.

Mengambil sikap menyendiri merupakan ruang istimewa yang memungkinkan kita untuk bertemu dengan Tuhan tanpa gangguan. Penting memahami konsep menyendiri bukan berarti menjauh dari orang lain secara permanen, melainkan memberikan waktu khusus untuk mengintrospeksi diri dan mendalami hubungan rohani. Di ruang ini, kita dapat merenungkan Firman Tuhan, mendengar suara-Nya, dan menemukan kedamaian yang sulit dicapai di tengah kesibukan sehari-hari.

Selain itu, berupaya menikmati hadirat Tuhan tanpa sekat menjadi pengalaman spiritual di mana kita merasakan keintiman dengan Tuhan tanpa gangguan dari dunia sekitar. Kedekatan ini hanya bisa terjadi ketika kita bersedia menyingkirkan sekat-sekat yang sering kali menghalangi hubungan kita dengan-Nya, seperti kesibukan, kecemasan, atau distraksi teknologi. Dalam keheningan dan ketulusan hati, kita membuka diri sepenuhnya untuk merasakan kasih, penghiburan, dan bimbingan Tuhan.

Hadirat-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu; Ia hadir di mana saja ketika kita sungguh-sungguh mencari-Nya. Dalam momen ini, doa menjadi dialog yang hidup, Firman Tuhan menjadi suara yang menguatkan, dan hati yang tenang menjadi wadah untuk menerima kasih karunia-Nya. Melalui pengalaman ini, kita tidak hanya mengenal Tuhan lebih dalam, tetapi juga menemukan pengharapan dan kekuatan baru untuk menjalani hidup dengan iman yang teguh.

Dalam praktik refleksi iman dalam kesendirian maka perlu langkah konkret untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendalami hubungan spiritual. Pertama, mulailah dengan menyediakan waktu khusus setiap hari, jauh dari hiruk-pikuk dan gangguan. Pilihlah tempat yang tenang, seperti kamar pribadi atau sudut sunyi di alam, di mana kehadiran Tuhan bisa dirasakan lebih nyata.

Kedua, bacalah Firman Tuhan dengan hati yang terbuka, dan renungkan maknanya dalam hidup Anda. Doa yang khusyuk dan mendalam menjadi jembatan untuk berkomunikasi dengan-Nya, sementara keheningan memungkinkan kita mendengar suara Tuhan yang sering kali tersamar oleh kebisingan dunia.

Ketiga, menulis refleksi pribadi atau mengucap syukur dapat membantu kita menyadari karya Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam kesendirian ini, jiwa disegarkan, iman diperdalam, dan hati dikuatkan untuk menjalani panggilan hidup yang lebih bermakna.

Semoga melalui refleksi ini, kita dapat mengalami transformasi iman yang mendalam, menemukan kedamaian di tengah keheningan, dan merasakan hadirat Tuhan secara nyata. Dengan menyisihkan waktu untuk menyendiri bersama Tuhan, hati yang letih dapat dipulihkan, iman dikuatkan, dan hubungan dengan Sang Pencipta semakin erat. Kiranya pengalaman ini menjadi langkah awal untuk hidup yang lebih bermakna, penuh kasih, dan senantiasa dipimpin oleh hikmat-Nya.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun