Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Konflik di Lapangan PON 2024: Sepak Bola menjadi Arena Tinju, Olahraga atau Adu Jotos?

18 September 2024   04:35 Diperbarui: 18 September 2024   04:38 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: pikiranmerdeka.co

KONFLIK DI LAPANGAN PON 2024: SEPAK BOLA MENJADI ARENA TINJU, OLAHRAGA ATAU ADU JOTOS?

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Ajang Pekan Olahraga Nasional

Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 merupakan ajang olahraga terbesar di Indonesia yang mempertemukan atlet-atlet dari berbagai daerah untuk bersaing dalam berbagai cabang olahraga. Sebagai perhelatan nasional, PON menjadi simbol persatuan bangsa, sekaligus panggung bagi para atlet untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. 

Setiap empat tahun, ajang ini bukan hanya menjadi tempat kompetisi, tetapi juga menjadi momen kebanggaan bagi daerah dan negara, di mana semangat sportivitas, persahabatan, dan prestasi mengisi setiap pertandingan. Namun, di balik gemilangnya perhelatan ini, terkadang terjadi insiden yang dapat mencoreng nilai-nilai luhur olahraga.

Pada PON 2024, salah satu cabang olahraga yang menarik perhatian publik adalah sepak bola. Namun, di tengah semangat kompetisi yang tinggi, terjadi insiden kekerasan yang mencoreng citra pertandingan. Dalam salah satu laga, tensi antara pemain memuncak hingga memicu adu fisik yang tidak terhindarkan, mengubah lapangan sepak bola menjadi arena "tinju." 

Insiden ini mengejutkan penonton dan mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, mempertanyakan mengapa olahraga yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas justru berakhir dengan kekerasan. Kekacauan ini mencerminkan betapa mudahnya emosi tak terkendali merusak nilai-nilai positif dalam kompetisi olahraga.

Sepak bola, yang dikenal sebagai olahraga yang mengedepankan sportivitas, kerja sama tim, dan kompetisi sehat, terkadang justru berubah menjadi ajang konflik fisik. Pertanyaan utama yang muncul adalah: mengapa hal ini bisa terjadi? Faktor-faktor seperti tekanan untuk menang, emosi yang memuncak di tengah ketatnya persaingan, dan provokasi antar pemain sering kali memicu tindakan di luar kendali. 

Ditambah lagi, keputusan wasit yang dianggap kontroversial dan rivalitas antar tim semakin memperkeruh suasana. Akibatnya, pertandingan yang seharusnya menjadi sarana untuk menunjukkan keunggulan atletik dan jiwa sportif malah berakhir dengan bentrokan fisik yang merusak esensi olahraga itu sendiri.

Input sumber gambar: tribunbengkulu.com
Input sumber gambar: tribunbengkulu.com
Konflik dalam Sepak Bola pada PON 2024

Konflik dalam sepak bola bukanlah hal baru, dan PON 2024 tidak luput dari fenomena ini. Sepak bola sebagai olahraga kompetitif sering kali melibatkan ketegangan yang tinggi, terutama ketika persaingan antar tim mencapai puncaknya. Pada ajang PON 2024, atmosfer pertandingan semakin intens karena beban harapan dari daerah masing-masing serta ambisi untuk meraih prestasi. Di tengah tekanan tersebut, emosi pemain mudah tersulut, baik karena provokasi dari lawan, keputusan wasit yang kontroversial sehingga diperdebatkan, maupun sikap berlebihan dari penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun