Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tiktok Mengantar Cinta dan Luka: Refleksi dari Kisah Pemuda NTT Ismail Langga di Dunia Maya

15 September 2024   04:24 Diperbarui: 15 September 2024   04:35 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: blogspot.com

Dunia maya, termasuk platform seperti TikTok, telah mengubah cara orang menjalin hubungan dan mengelola emosi. Di satu sisi, teknologi digital memungkinkan interaksi sosial yang cepat dan luas, memberi kesempatan kepada orang untuk terhubung tanpa batas geografis. Hubungan dapat berkembang melalui percakapan singkat atau konten yang viral, dan perasaan emosional yang mendalam dapat muncul hanya melalui interaksi di balik layar. Namun, hubungan yang terjalin di dunia maya sering kali bersifat dangkal dan rentan terhadap masalah yang lebih kompleks.

Salah satu dampak terbesar dari dunia maya terhadap emosi adalah ilusi keterhubungan. Orang merasa terikat karena seringnya komunikasi, padahal hubungan ini seringkali dibangun di atas representasi diri yang tidak sepenuhnya autentik. Ketika harapan-harapan tinggi yang terbangun dalam hubungan maya bertemu dengan kenyataan kadang tidak berkesesuaian.

Selain itu, ketergantungan pada dunia maya juga memengaruhi cara orang memproses perasaan dalam hubungan. Dalam banyak kasus, ketidakmampuan untuk bertatap muka atau berkomunikasi secara langsung mempersulit penyelesaian konflik. Perasaan-perasaan negatif, seperti kecemburuan, kesalahpahaman, atau rasa tidak aman, bisa membesar di dunia maya karena kurangnya interaksi fisik dan emosional yang nyata. Meskipun dunia digital memberikan kemudahan dalam menjalin hubungan, ia juga memperbesar risiko munculnya luka emosional karena hubungan ini sering kali rapuh dan tidak dibangun di atas pondasi yang kuat. Dalam konteks ini, dunia maya tak hanya mengantar cinta, tetapi juga membawa luka bagi mereka yang tidak hati-hati dalam menavigasi hubungan di era digital.

Pelajaran dari Kisah Ismail

Dari kisah cinta Ismail di TikTok, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil tentang cinta di era digital. Pertama, pentingnya memahami bahwa hubungan yang dibangun di dunia maya tidak selalu mencerminkan realitas yang utuh. Interaksi melalui layar seringkali terbatas pada aspek-aspek positif, sementara kompleksitas emosional dan keseharian yang nyata sering kali tersembunyi. Kedua, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap hubungan virtual bisa berujung pada kekecewaan. Ismail menunjukkan bahwa cinta yang cepat tumbuh di dunia maya harus diimbangi dengan komunikasi yang jujur dan realistis. Ketiga, pentingnya mengenal seseorang secara mendalam di luar dunia digital sebelum membangun komitmen emosional yang serius. Kisah Ismail mengingatkan kita bahwa cinta di era digital memerlukan kehati-hatian dan kesadaran, agar tidak terjebak dalam ilusi yang bisa berakhir dengan luka.

Pesan bhawa cinta di dunia maya, meski menawarkan keterhubungan instan dan kemudahan berinteraksi, perlu dilandasi dengan kehati-hatian dan pengenalan diri yang mendalam. Di balik layar, orang sering kali hanya menampilkan versi terbaik dari diri mereka, yang bisa menutupi sifat-sifat asli atau masalah yang sebenarnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak terburu-buru dalam membangun harapan yang terlalu tinggi tanpa mengenal seseorang secara utuh.

Selain itu, penting pengenalan diri dalam menjaga kestabilan emosi saat menjalin hubungan virtual. Dengan memahami batasan, keinginan, dan nilai-nilai pribadi, seseorang dapat lebih bijak dalam menilai apakah hubungan yang terjalin di dunia maya benar-benar sehat dan layak dipertahankan. Hubungan yang dibangun harus didasari oleh kejujuran, komunikasi yang terbuka, dan pengenalan diri yang kuat agar tidak terjebak dalam ekspektasi yang bisa berujung pada luka. Sebagaimana kisah Ismail mengajarkan, cinta digital memerlukan kewaspadaan, kebijaksanaan dan kesabaran agar tidak terjebak dalam ilusi yang bisa berakhir dengan kekecewaan.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun