Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menimbang Gaya Hidup: Apakah Konsumerisme atau Minimalisme yang Lebih Sehat dan Bermakna?

18 Agustus 2024   08:31 Diperbarui: 18 Agustus 2024   08:34 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: mreneyoo.com

Filsuf dan sosiolog Prancis yang terkenal Jean Baudrillard, dengan karyanya mengenai konsumerisme dan budaya material. Baudrillard berpendapat bahwa masyarakat konsumeris menciptakan ilusi kebahagiaan melalui akumulasi barang dan simbol sosial, yang sering kali mengaburkan pencarian makna sejati dalam hidup. 

Selain itu, Marie Kondo seorang penulis dan ahli kebersihan rumah asal Jepang, dikenal dengan metode "KonMari" yang mempromosikan gaya hidup minimalis. Kondo mengajarkan pentingnya menjaga hanya barang-barang yang "membuat hati bergetar," dengan tujuan menyederhanakan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Keterhubungan Jean Baudrillard dan Marie Kondo menawarkan pandangan yang kontras namun saling melengkapi mengenai gaya hidup konsumerisme dan minimalisme. Keduanya menunjukkan bagaimana konsumerisme dapat mengaburkan pencarian makna hidup, sementara minimalisme menawarkan cara untuk mengembalikan keseimbangan dan kepuasan yang lebih mendalam.

Konsumerisme adalah gaya hidup yang berfokus pada kepemilikan dan konsumsi barang-barang material sebagai tolok ukur kebahagiaan dan kesuksesan. Ciri-ciri konsumerisme meliputi dorongan untuk terus membeli barang baru, keinginan untuk memiliki barang-barang yang melebihi kebutuhan dasar, serta pengaruh besar dari iklan dan media sosial dalam menentukan gaya hidup seseorang.

Sebaliknya, minimalisme adalah gaya hidup yang mengutamakan kesederhanaan dan hanya memiliki barang-barang yang benar-benar esensial. Ciri-ciri minimalisme meliputi pengurangan barang-barang yang tidak perlu, fokus pada kualitas daripada kuantitas, dan penekanan pada pengalaman serta hubungan interpersonal daripada kepemilikan material. Kedua gaya hidup ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi kehidupan modern: konsumerisme mendorong konsumsi berlebihan, sementara minimalisme mengajak untuk hidup lebih sederhana dan bermakna.

Hubungan antara konsumerisme dan minimalisme menggambarkan dua kutub yang saling berlawanan dalam merespons kebutuhan dan aspirasi manusia dalam kehidupan modern. Konsumerisme dan minimalisme tidak hanya mencerminkan pilihan gaya hidup, tetapi juga filosofi hidup yang lebih dalam mengenai bagaimana seseorang memaknai kebahagiaan, kepuasan, dan keberadaan. Konsumerisme mewakili hasrat manusia untuk memiliki, yang sering kali didorong oleh tekanan eksternal seperti iklan dan norma sosial.

Di sisi lain, minimalisme muncul sebagai reaksi terhadap ekses konsumerisme, menawarkan pendekatan yang lebih sadar dan disengaja terhadap hidup. Minimalisme menekankan pentingnya membebaskan diri dari keterikatan material dan menumbuhkan apresiasi terhadap hal-hal yang sederhana namun bermakna. Hubungan kedua gaya hidup ini bisa dilihat sebagai dinamika tarik-menarik di mana satu pihak mendorong untuk terus memiliki lebih, sementara yang lain menarik untuk melepaskan dan menyederhanakan.

Perbandingan antara Konsumerisme dan Minimalisme

Perbandingan antara konsumerisme dan minimalisme mengungkapkan dua pendekatan hidup yang sangat berbeda, dengan dampak yang berlawanan pada kesejahteraan individu dan masyarakat. Konsumerisme, yang didorong oleh hasrat untuk memiliki lebih banyak, cenderung menciptakan siklus kepuasan sementara yang diikuti oleh keinginan untuk mendapatkan lebih banyak lagi.

Gaya hidup ini sering kali terkait dengan tekanan sosial untuk selalu mengikuti tren terbaru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan stres dan kecemasan. Banyak orang yang terjebak dalam pola ini mengalami ketidakpuasan yang terus-menerus, karena kebahagiaan mereka bergantung pada akumulasi barang-barang material yang pada akhirnya tidak pernah cukup.

Sebaliknya, minimalisme menawarkan solusi dengan mengajak individu untuk melepaskan diri dari kelebihan material dan fokus pada apa yang benar-benar penting. Dengan mengurangi kepemilikan, minimalisme menciptakan ruang untuk refleksi dan ketenangan batin, yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Minimalisme juga mendorong hubungan yang lebih dalam dengan orang lain dan pengalaman hidup, daripada bergantung pada barang-barang sebagai sumber kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun