Ayunindya Maharani, seorang gadis cantik yang cukup popoler di sekolahnya. Dengan bentuk tubuh yang body goals dan rambut hitamnya yang tergerai membuat semua gadis iri padanya dan para kaum adam ingin memilikinya.
Tidak hanya cantik, Ayu pun memiliki sikap yang sopan pada siapapun. Ia pun gadis yang pintar, tidak jarang ia mewakili sekolahnya untuk ikut lomba olimpiade hingga tingkat Nasional. Kedua orang tuanya berhasil membesarkan Ayu menjadi seorang yang pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Hingga dalam melawan penyakitnya pun Ayu tak pernah menyerah begitu saja.
Namun siapa sangka, seorang primadona sekolah yang dianggap memiliki kehidupan yang sempurna, memiliki kisah yang sangat menyedihkan. Ia harus berjuang melawan penyakit yang menyerang tubuhnya, demi mempertahankan kehidupannya yang bisa dibilang sempurna karena memiliki orang tua, sahabat, dan kekasih yang begitu menyayangi dan mengasihinya.
Ini adalah sebuah kisah dari seorang wanita cantik yang akan membuka mata kita bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini..
***
Kedua kaki yang beralaskan sepatu converse berwarna hitam itu baru saja menginjakan kakinya di sebuah sekolah  ternama di Kota Kembang, SMAN 5 Bandung. Badan si pemilik kaki itu masih tetap diam di tempat dan matanya terus mengamati ke sekeliling berusaha terbiasa dengan sekolah barunya.
Kemudian ia mulai melangkah sambil terus melihat ke sekeliling dan berharap bertemu teman dari SMP yang sama. Namun sayang, hingga ia sampai ke kelasnya, ia tidak bertemu dengan teman yang ia kenal di sana.
Ayu sangat bahagia bisa bersekolah di sekolah ternama itu, namun ia harus berpisah dengan teman-temannya di Padalarang. Walaupun memang tidak terlalu jauh jarak antara Bandung-Padalarang, tapi ia akan sulit bertemu karena akan sangat sibuk nantinya, begitu pun teman-temannya.
***
Bel berbunyi
Senin pagi itu seluruh warga sekolah mengikuti kegiatan upacara di lapangan sekolah. Dan setelah upacara selesai, saatnya pembagian kelas. Ayu masuk kelas mipa, tepatnya X Mipa 5. Namun Ayu tidak merasa bahagia ataupun sedih, karena mau masuk kelas mana pun, tetap saja tidak ada teman yang ia kenal.