Mohon tunggu...
salma tsarwa
salma tsarwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa bimbingan konseling Islam 2021 UIN SGD Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN SGD Turun Langsung ke Lapangan untuk Pemberian Layanan Psikososial Pada Korban Gempa di Kecamatan Kertasari

7 Oktober 2024   19:25 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pelaksanaan Layanan Psikososial/Dok pribadi

Layanan dukungan Psikososial (LDP) merupakan suatu Langkah yang diberikan untuk memulihkan korban pasca bencana. Gerakan pemulihan psikologis dan social ini diinisiasi oleh Kementrian Sosial. Selain dampak fisik, kondisi psikologis dan social seseorang yang mengalami bencana alam maupun kecelakaan juga rentan mengalami guncangan. Bukan hal mustahil bagi korban untuk mengalami trauma khususnya bagi kelompok rentan seperti Perempuan dan anak-anak.

LDP ini biasa dilakukan oleh tim pekerja social maupun psikolog yang berfokus pada penguatan resiliensi (aspek psikologis) serta interaksi social (aspek social) antar individu dengan lingkungannya.

Pada tanggal 28 -- 29 September 2024 mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung melakukan kegiatan Layanan Dukungan Psikososial ke Desa Kertasari sebagai Layanan BK Pasca Bencana berbentuk Trauma Healing yang diinisiasikan untuk korban bencana alam gempa bumi di desa tersebut.

Puluhan mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung ikut serta memberikan bantuan berupa layanan dukungan psiko-sosial kepada warga korban gempa khusunya di Kecamatan Kertasari dan Cibeureum. layanan dukungan psikososial yang diberikan bertujuan untuk membantu individu mengurangi beban emosinya, mengembalikan fungsi social individu di lingkungannya, serta meningkatkan kemampuan individu dalam memecahkan masalah.

Saat pelaksanaannya, layanan dibagi menjadi dua sasaran yakni pada dewasa dan anak-anak. Mahasiswa yang datang pun di pecah menjadi dua bagian yakni untuk memberikan pelayanan kepada kalangan dewasa, dan satu lagi memberi pelayanan pada kalangan anak-anak.

Layanan yang diberikan kepada anak-anak dilakukan dengan Teknik bermain. Semua anak dikumpulkan di lapangan dan membagi dalam 3 aktegori sesuai kelasnya di sekolah yakni kelas 1 dan 2, 3 dan 4, terakhir 5 dan 6. Pembagian kategori ini dilakukan agar permainan sesuai dengan kebutuhan usianya. Namun disela permainan, pada intinya mahasiswa harus  menggali dan membuat anak-anak bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan saat gempa, apa perspektif mereka mengenai bencana, dan bagaimana perasaan mereka saat ini setelah mampu mengeluarkan perasaannya.

Setelah dilakukan LDP ada beberapa kondisi yang bisa terlihat, ada yang masih takut dan cemas, ada juga yang sudah mulai menerima dan siap secara mental jika hal ini terjadi lagi. Terlihat dari turunnya rate angka kemcemasan saat ditanyakan kembali oleh relwan. Untungnya tidak ada yang mengalami trauma berat karena hamper setiap hari mereka mendapat dukungan secara materi dan moril dari berbagai relawan sehingga mereka merasa aman dan tidak merasa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun