Halo Bro, Sis, nama gue Halimah. Bukan Halimah tu'Sadiyah. Gue kelas 2 SMA unggul tapi swasta. Gue masuk dan harus berjuang menggunakan uang tabungan sendiri sedangkan teman-teman gue dibiayai orangtua. Gue harus keluar dari rumah karena perasaan sudah tak enak apalagi orangtua gue pekerja keras, pemarah, dan sedikit semena-mena waktu bareng gue.
Gue masuk ekstrakurikuler vocal group, satu kelas belum ada yang tahu bahwa gue anggota ekstrakurikuler itu. Alhamdulillah rapor gue waktu kelas 10 dengan jurusan IPS memuaskan semua ditambah semester 1 dan 2 memegang peringkat 1. Alhamdulillah lagi gue bisa mengatasi itu semua diselang kesibukan gue yang betul-betul tak diketahui pihak sekolah apalagi pihak keluarga. Bahkan pihak keluarga tak ada yang satupun bertanya perihal gue (hm... kok sedikit sedih dibawa drama ya).
Jadi begini, waktu kelas 3 SMP, gue punya perasaan bahwa hanya gue saja yang hidup kesusahan. Apalagi watak SMA di mata orangtua gue tuh pukulannya langsung ke gue. Dari segi ilmu sampai kehidupan sehari-hari pasti ada saja halangannya di SMA. Gue memang ingin jadi pribadi mandiri tapi masa iya ada sesuatu yang membuat gue sakit hati?
Dari kelas 2 SMP gue memutuskan untuk banyak jalan-jalan saat kelas 3 SMP. Ya... terkabul deh. Gue jalan-jalan ke seluruh wilayah tempat yang gue tinggal. Sebenarnya sudah satu wilayah provinsi gue jelajah. Tapi setiap pulang, gue berpikir, kok kesusahan itu dimulai dari gue masuk SMA? So, pendidikan dan hidup gue bagaimana? Ditambah orangtua hanya 'menganggap' gue sebagai anak.
Suatu hari gue melihat sekolah swasta yang bagus dan muridnya ada yang cerdas sampai kritis, ada murid yang bicaranya sampai pulang ke rumah ilmu semua dan itupun kelepasan. Murid disana cinta ilmu semua tapi gue lihatnya mereka manja. Masuk kesana dengan jalur tulis susah Bro, Sis, ada soal ilmu dari kampus pula. Hm... jauh sih letaknya dari rumah, akhirnya, gue bersikeras harus sekolah disana dan memutuskan...
Untuk pergi dari rumah tanpa seizin orangtua dan entah pulangnya kapan.
Gue harus kuat tak tahu kabar orangtua gue, demi masa depan yang dirasa akan didramakan. Gue tak mau itu terjadi. Jadi gue belajar lebih keras dari kelas 3 SMP. Alhamdulillah diterima di SMA itu dengan jurusan IPS dan kos dekat sekolah. Akhirnya gue punya kesibukkan berwirausaha dan kuliah dengan lulus durasi di luar dugaan waktu kelas 1 SMA. Sekarang? Gue kelas 2 SMA dan sibuk dengan ekstrakurikuler dan wirausaha? Sangat sibuk bukan.
Masuk SMA sana gue kira akan tenang karena guru dan murid sibuk dengan pendidikan. Ternyata guru dan murid punya masalah dan mendebatkan gue dengan kasus antara murid dan gue. Gue cantik, dibanggakan guru muda, ditunggu waktu ekstrakurikuler vokal group dan dibujuk pulang bareng guru muda dengan motornya, ditraktir guru muda, dan berakhir gue dibilang miskin.
So, itu penggencetan sekali!
Ya memang jarang sih, tapi gue rasa gue harus memilih diam walau tingkat penggencetan mereka sudah sampai level tinggi.
"Halimah, Sayang, sabar ya, Pak Guru tidak menyukaimu. Jadi jangan panik!" tuh, guru muda sampai bilang begitu.