Mohon tunggu...
salma ridwani
salma ridwani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, Saya adalah seorang Mahasiswa dari kampus LP3i Jakarta Pusat. Saya suka dengan hal-hal unik dan menarik dan selain itu saya juga suka menonton film dan membaca buku, mendengarkan musik, dan pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kini Indonesia Darurat Iklim dan Polusi yang Kian Memburuk

5 Oktober 2023   10:39 Diperbarui: 5 Oktober 2023   10:43 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, (04/10/2023) 

Pada saat ini Dunia bukan lagi menghadapi perubahan iklim, namun lebih berbahaya yakni krisis iklim atau bisa dibilang " The year of Global Boiling" atau era pendidihan (CNBC Indonesia). Dan bahkan Indonesia sendiri telah merasakan dampaknya akhir-akhir ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mencatat suhu terpanas di beberapa daerah salah satunya yaitu Aceh. Wilayah Indonesia pada Agustus hingga Oktober mengalami puncak pengaruh fenomena El Nino. Efeknya adalah panas dan kering buntut curah hujan yang menurun drastis. Dengan meningkatnya suhu di berbagai daerah, akan mempengaruhi beberapa sektor pertanian dan pangan yang akan dilanda kekeringan (HEAD TOPICS).

Akhir-akhir ini masyarakat mengeluh dengan panasnya suhu di Indonesia, di setiap daerah memiliki temperatur suhu yang berbeda-beda yaitu berkisar diantara terkhususnya di Kepulauan Jawa 34-44 Derajat celcius. Dan yang lebih membahayakannya lagi, dikala suhu panas menyengat tidak hanya bisa membuat tubuh menjadi lemas dan tidak nyaman, tapi bisa menyebabkan beberapa penyakit Heat stroke atau tubuh yang tidak dapat mengontrol suhu badan.

Tak hanya Iklim yang meningkat, kini kadar udara di Indonesia juga kian memburuk karena faktor kendaraan bermotor yang kian membludak, kendaraan bermotor paling banyak menyubang karbon emisi terbanyak.


Mengutip paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, terkait peningkatan kualitas udara Jabodetabek, yang disampaikan pada Rapat Terbatas Kabinet di Istana Negara, Jakarta Senin (14/8/2023), sektor transportasi merupakan pengguna bahan bakar paling besar di Jakarta.

Data itu menunjukkan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.

Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar, disebutkan disumbang dari sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76% 5.252 ton per tahun dan industri 1,25% mencapai 3.738 ton per tahun. (CNBC Indonesia)

Terlebih lagi kadar udara di Indonesia, khususnya kota Jakarta membahayakan para penduduk, terutama anak-anak kecil yang rentan terkena penyakit saluran pernafasan akut (ISPA).

Tetaplah menjaga kesehatan, memperbanyak minum air putih, gunakan masker, berpergian keluar secukupnya, tutup pintu dan jendela, dan pastikan ada ventilasi udara untuk perputaran udara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun