Mohon tunggu...
Vee Anggraini
Vee Anggraini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang gadis biasa yang merangkap sebagai mahasiswi, agen muslimah, agen penggebrak bangsa, dan seorang pemimpi ulung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagai Jenis Kota di Pekalongan

24 Mei 2015   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kota batik di Pekalongan, bukan Jogja bukan Solo”

-Slank, Sosial Betawi Yoi

Siapa yang tidak mengenal kota Pekalongan?

Pilihan Slank rupanya tidak salah dalam memasukkan nama kota kecil ke dalam salah satu lagu hitsnya ini, mengingat nama kota Pekalongan ini kurang akrab di sebagian masyarakat Indonesia. Masih banyak yang belum mengetahui bahwa kota kecil ini merupakan sebuah kota yang sangat berkembang pesat, bahkan tidak mengetahui letak dan keunggulan kota ini. Kota Pekalongan merupakan sebuah kota kecil yang terletak di Jawa Tengah, tepatnya di pesisir pantai utara Jawa. Letaknya pun sangat strategis, yaitu tepat berada di tengah pulau Jawa dan di pinggir pantai, sehingga dijadikan sebagai salah satu rute utama dalam jalur kereta api, darat (jalur pantura) dan laut. Kota Pekalongan juga memiliki berbagai macam “kota” di dalamnya. Loh, kota kok di dalam kota? Ternyata, kota kecil ini memiliki berbagai jenis kota, mulai dari kota kreatif, kota digital, hingga kota peduli. Bahkan, saat ini kota Pekalongan juga ingin membentuk sebuah “kota” baru, yaitu kota cerdas, atau smart city. Mengapa kota yang bahkan bukan ibukota sebuah propinsi bisa menjadi sebuah kota yang memiliki banyak “kota”?

Kota Pekalongan, si Kota Kreatif

Ada apa dengan sebutan kota kreatif yang melekat di nama kota Pekalongan ini? Selain terkenal dengan embel-embel “Kota Batik”, rupanya kota Pekalongan sudah dianugerahi gelar kota kreatif dunia oleh UNESCO sejak akhir 2014 yang lalu dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 2015 yang lalu, tepatnya pada rangkaian HUT ke-109 kota Pekalongan, mengalahkan kota-kota besar seperti Bandung. Kota Pekalongan dapat masuk ke dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO bersama 27 kota lain dari berbagai negara, seperti Jacmel (Haiti), Jingdezhen (China), Nassau (Bahamas) dan Suzhou (Tiongkok) yang kesemuanya merupakan kota Kerajinan dan Kesenian Rakyat (Crafts and Folk Arts).Kesempatan yang besar ini dapat digunakan oleh kota Pekalongan untuk bisa bertukar pengalaman dengan kota-kota lain di dunia yang meraih predikat yang sama dan meningkatkan komitmen kerjasama internasional dengan sesama kota kreatif dunia untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Tentunya, ini juga menjadi kesempatan emas bagi kota Pekalongan untuk meningkatkan perekonomiannya.

Perkembangan ekonomi kota Pekalongan tentunya tidak terlepas dari salah satu budaya Indonesia yang sangat mendunia, yaitu batik. Produksi batik kota Pekalongan tidak hanya terkenal di dalam negeri, namun juga di luar negeri karena corak batik Pekalongan yang berwarna cerah dan khas. Saking banyaknya batik yang diproduksi dari kota Pekalongan, jangan heran jika sedang berkunjung ke kota Yogya, Solo, ataupun kota lainnya lalu membeli batik, maka akan ada tulisan “Made in Pekalongan” ataupun nuansa produksi khas Pekalongan, ataupun menemukan batik yang sama persis jika berkunjung ke kota Pekalongan dengan harga yang jauh lebih murah. Pemerintah kota Pekalongan rupanya juga tidak main-main dalam hal ini. Keseriusan jajaran pemerintah ini terbukti dari adanya berbagai inovasi yang telah tertata rapi. Semua hal yang dilakukan oleh pemerintah ini bertujuan agar budaya khas daerah ini dapat terekspos dengan maksimal.

Kota Pekalongan memiliki pusat sentra pemasaran batik sekaligus basis produksi batik yang telah tertata karena berada di sekitar, bahkan melewati rute utama para traveller. Sebagai pusat sentra pemasaran batik, grosir batik Pekalongan terletak sangat dekat dari terminal dan berada di pinggir jalur Pantura. Pusat grosir ini didirikan sejak tahun 90’an dan kepamorannya semakin meningkat dari hari ke hari. Pusat grosir ini tidak pernah sepi, apalagi ketika musim liburan datang. Tak heran, batik-batik yang berada di grosir ini memiliki harga yang jauh lebih murah dari harga batik yang berada di pasaran sehingga para pengunjung rela mengantre. Jika ingin mencari batik yang lebih murah, Kampung Batik merupakan jawaban yang tepat. Sebagai salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah kota untuk mendukung perkembangan batik ke depannya, Kampung Batik merupakan basis produksi batik yang dipasarkan di dalam maupun di luar negeri. Ada beberapa Kampung Batik di kota Pekalongan ini, seperti di Kampung Batik Kauman, Kampung Batik ATBM dan handicraft Medono, dan kampung batik Pesindon. Semua kampung batik ini juga dipasarkan sebagai salah satu wisata kota Pekalongan. Kampung Batik Pesindon, misalnya, sudah menata diri untuk menjadi sebuah tujuan wisata. Di sebelah kanan pintu gerbang Kampung Batik ini terdapat denah lokasi showroom dan workshop yang ada serta tanda petunjuk arah nama-nama pengrajin batik yang ada di setiap gang. Showroom dan workshop yang ada di kampung ini juga sangat nyaman untuk para pengunjung karena terdapat tempat istirahat, tempat singgah serta sercive yang ramah dari karyawan, bahkan oleh pemilik batik sekalipun yang biasanya mudah untuk ditemui. Secara khusus, kampung ini juga menyediakan Kantor Sekretariat, telecenter bahkan internet center yang dapat digunakan sebagai wadah promosi, komunikasi sekaligus transaksi baik ke dalam maupun ke luar negeri. Kampung unik lainnya yang ada di kota Pekalongan adalah Kampung Canting di daerah Landungsari. 90% penduduknya memproduksi canting yang merupakan alat utama dalam pembuatan batik tulis.

Selain pusat jual-beli dan produksi, pemerintah kota juga menyediakan Museum Batik yang didirikan pada 12 Juli 2006 oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Museum ini merupakan hasil jerih payah dari sebuah komunitas bernama PaguyubanPencinta Batik Pekalongan (PPBP) yang merindukan sebuah tempat yang memadai untuk melestarikan budaya membatik Pekalongan.Menggunakan peninggalan city hall zaman Belanda, museum ini memiliki beragam koleksi batik yang pemajangannya digilir agar pengunjung tidak merasa bosan. Karena museum ini terbilang baru, suasana yang ada masih sangat nyaman dan sangat terawat. Akan ada guide yang siap menjelaskan isi dari tiap-tiap ruangan dan menjawab berbagai pertanyaan dari pengunjung. Terdapat sebuah taman kecil di dalam area museum yang menambahkan rasa adem di tengah panasnya kota. Di museum ini juga terdapat workshop batik tulis dan cap sehingga pengunjung dapat menyaksikan dan mencoba langsung proses pembuatan batik. Jika tertarik, pengunjung pun dapat membawa pulang hasil kain batik yang dibuatnya.

Agar budaya batik ini tidak akan hilang di generasi berikutnya, pemerintah kota memiliki inisiatif untuk memasukkan pelajaran Batik sebagai muatan lokal dari SD hingga SMA. Penerapan ilmu batik ini juga beragam oleh masing-masing sekolah. Beberapa sekolah memiliki workshop batik tersendiri sehingga semua siswa dapat mempelajari mulai dari alat-alat yang digunakan, jenis batik yang akan dibuat, hingga mencoba seluruh proses pembuatan batik, baik batik tulis maupun batik cap. Ada juga yang berinisiatif merancang desain batik secara digital melalui program desain seperti Corel Draw, sehingga siswa dapat berkreasi menciptakan inovasi baru tanpa meninggalkan makna dari batik itu sendiri. Selain itu, salah satu SMK pun juga membuka jurusan yang berfokus terhadap pembuatan batik agar siswa memiliki kemampuan yang cukup sebelum terjun ke dunia kerja.

Promosi pemerintah kota tentang batik juga tidak main-main. Mungkin masih teringat ketika masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya klaim budaya asli Indonesia oleh negara tetangga. Pemerintah Kota Pekalongan menunjukkan aksi untuk mempertahankan budaya batik yang telah ada dengan menyelenggarakan Pekan Batik Nasional (PBN) dan Pekan Batik Internasional (PBI) pada tahun 2007 dan 2008 sebagai upaya promosi kepada Indonesia dan dunia. Upaya yang gencar ini rupanya membuahkan hasil yang luar biasa. Selain memberikan banyak keuntungan bagi perekonomian kota Pekalongan (baik selama perayaan maupun imbas naiknya permintaan), upaya ini menyebabkan ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Batik Nasional, dimana pada tanggal inilah masyarakat Indonesia memiliki kesempatan untuk berbondong-bondong untuk menggunakan batik kebanggan milik mereka.

Pekalongan si Kota Digital

Ah, mana mungkin kota sekecil ini bisa menjadi kota digital, mungkin ini hal yang pertama kali melintas di pikiran.

Di saat kota-kota lain saat ini mungkin sedang menggembor-gemborkan upaya menuju sebuah pemerintahan berbasis digital atau e-government, rupanya kota Pekalongan sudah menunjukkan terlebih dahulu bahwa hal ini ternyata bisa untuk dilakukan. Program paperless office merupakan program yang sudah lama dilakukan, yaitu semua disposisi dilakukan melalui ­e-mail. Selain dapat meningkatkan efisiensi tenaga, efisiensi juga terjadi untuk penghematan kertas serta penghematan anggaran untuk pembelian kertas dan tenaga kurir sehingga dapat dialokasikan ke sektor yang lain. Tenaga kurir juga bisa dialokasikan ke dalam sektor pelayanan masyarakat. E-learning pun juga sudah mulai diterapkan oleh pemerintah ke sekolah-sekolah di kota Pekalongan. Akses wifi di kota kecil ini juga akan semakin diperbanyak agar warga dapat mengakses internet dengan mudah.

Kota Pekalongan mungkin juga merupakan salah satu kota yang sudah terbebas dari jajahan perusahaan sistem operasi terbesar di dunia, yaitu Microsoft dengan OS Windows-nya. Sejak tahun 2011, pemerintah kota membuat kebijakan agar semua layanan di pemerintah, baik seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan badan non-SKPD, menggunakan layanan free open source system. Pemerintah kota tidak perlu pusing-pusing memikirkan biaya OS Windows asli yang cukup memakan biaya. Dengan menggunakan sistem Ubuntu, pemerintah kota berhasil menekan anggaran IT hingga 12 M, sehingga banyak kota-kota lain yang tertarik dan melirik kota Pekalongan sebagai contoh kota yang berhasil melakukan migrasi OS. Kota Pekalongan pun telah dicap sebagai sebuah barometer nasional dalam melakukan implementasi free open source system nya. Inovasi yang lainnya yaitu diluncurkannya program telecenter. Program telecenter merupakan program yang menyediakan fasilitas komputer dan jaringan internet di setiap RW di kota Pekalongan. Tujuannya sederhana, yaitu agar warga dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dalam perkembangan teknologi digital yang semakin canggih saja. Mengutip perkataan walikota Pekalongan, dr. H. Basyir Ahmad, “Biar masyarakat melihat dunia, dan dunia melihat masyarakat.”

Pekalongan si Kota Peduli

Rupanya kota Pekalongan juga tak lupa akan kepedulian terhadap warganya dalam berbagai bidang. Sebagai tokoh yang memiliki latar belakang dalam bidang kesehatan, yaitu berprofesi sebagai dokter, maka tentunya Walikota Pekalongan tidak segan-segan meningkatkan kualitas kesehatan di Pekalongan. Mungkin tak banyak yang menyadari bahwa rumah sakit umum daerah yang berada di wilayah kota, yaitu RSUD Kraton rupanya bukan milik pemerintah kota, melainkan milik pemerintah Kabupaten Pekalongan, sehingga dibangunlah RSUD Bendan yang berada di bawah kepemilikan pemerintah kota. Status RSUD Bendan pun berhasil ditingkatkan, dari status D menjadi status B. Selain rumah sakit, pusat pelayanan kesehatan yang lain seperti Puskesman pun juga ditingkatkan kualitasnya. Semua Puskesmas berada di dalam satu holding Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sehingga setiap Puskesmas dapat mengambil tindakan segera yang mendesak tanpa harus terbelit aturan seperti sebelumny seperti dalam pengadaan obat-obatan yang mendesak dan melakukan inovasi dalam mengembangkan program kerja yang ingin dilaksanakan. Dampaknya, kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan seperti posyandu pun juga masih hidup dan masih ramai. Selain itu, Kota Pekalongan juga melawan iklan rokok, kampanye yang baru dilakukan secara besar-besaran akhir-akhir ini oleh banyak pihak. Sudah tidak ada lagi iklan rokok di kota ini, meskipun sempat terkena keluhan besar dari pihak pembuat rokok.

Di bidang sosial, warga Pekalongan tentunya akan sangat ingat dengan program bedah rumah maupun program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) yang tentunya sangat menguntungkan masyarakat kota Pekalongan. Program bedah rumah bagi masyarakat yang kurang mampu masih rutin dilakukan hingga saat ini. Pihak yang berkontribusi pun tidak hanya dari pihak pemerintah kota saja, namun dari warga, BKM, bahkan kepolisian pun ikut turut serta merenovasi ulang rumah-rumah tak layak huni ini.

Pekalongan, si Kota Cerdas?

Tentunya dengan berbagai macam “kota di dalam kota” ini, kota Pekalongan juga ingin berkembang ke arah yang lebih baik, yaitu menjadi sebuah kota pintar atau smart city. Sebuah kota dapat dikatakan menjadi smart city apabila berhasil mengintergrasikan semua elemen yang ada, dan sejauh ini kota Pekalongan sudah berhasil melakukan semua hal tersebut.

Sejauh ini perkembangan kota Pekalongan pun menunjukkan hal yang positif. Sebagai salah satu kota yang dilewati oleh jalur pantai utara Jawa (Pantura), fasilitas jalan raya yang ada sangat baik dan besar sehingga mudah diakses oleh traveller darat. Alternatif lain seperti bis dan kereta api pun bisa digunakan karena kota Pekalongan pasti akan terlewati. Komunitas-komunitas kecil pun juga menjamur karena fasilitas yang ada di kota ini memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan milik komunitas mereka. Akhir-akhir ini pun, terjadi pembangunan hotel dalam jumlah yang banyak akibat efek meningkatkannya perekonomian kota juga sebagai kota yang bersebelahan dengan Kabupaten Batang yang akan dibangun PLTU ini.

Lalu apakah masih ada hal yang masih mengganjal pembentukan si kota cerdas di kota Pekalongan ini?

Rupanya ada satu masalah yang saat ini belum ditemukan solusi yang dapat menyelesaikan secara tuntas, yaitu masalah lingkungan. Kota Pekalongan rupanya tetap terkena imbas akibat produksi batik maupun akibat global warming yang terjadi. 2 masalah lingkungan yang masih belum teratasi saat ini yaitu limbah batik yang tak terolah dengan baik serta rob yang menimbulkan banjir. Tentu banyak yang mengetahui bahwa limbah batik mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia sehingga seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Namun, kebiasaan buruk warga sejak dulu menyebabkan limbah batik dibuang begitu saja ke dalam kali. Akibatnya, baik beberapa saluran pembuangan yang ada maupun Kali Loji, salah satu kali utama yang melintasi kota Pekalongan pun tidak berwarna jernih atau coklat lagi, melainkan sudah menjadi berwarna-warni bercampur warna hitam. Hal ini sangat berbahaya ketika sungai ataupun saluran pembuangan meluap akibat terjadi banjir, karena banjr yang ada akhirnya mengandung limbah kimia yang berwarna-warni dan sangat berbahaya bagi masyarakat. Masalah yang lainnya, yaitu rob merupakan masalah yang sudah sering terjadi di kota pinggir pantai ini dan justru semakin diperparah dengan efek cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Dengan berbagai banyak “kota di dalam kota” Pekalongan ini, serta dengan adanya keinginan untuk menambah kota lagi menjadi sebuah kota cerdas, pemerintah kota tetap harus bekerja keras untuk meningkatkan kualitas kota ke arah yang lebih baik. Tentunya, meskipun inovasi-inovasi yang muncul patut diapresiasi, perlu juga diingat bahwa program-program kerja tidak boleh dilupakan dan tidak terawat, namun harus tetap diperhatikan secara berkala. Apabila semua inovasi yang ada dapat berjalan dengan baik, serta masalah-masalah yang ada semakin teratasi, maka tidak mungkin lagi jika kota Pekalongan nantinya dapat bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia, menjadi satu dari sekian kota cerdas di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun