Cerita rakyat sebagai salah satu warisan budaya yang monumental, tentunya penting akan adanya upaya pelestarian yang digalakkan agar tetap relevan di tengah masifnya teknologi. Baru-baru ini, Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) mendobrak inovasi berupa pengadaptasian cerita rakyat menjadi sebuah Video Animasi 360 Rara Janitra. Clara Evi C. Citraningtyas, Ph.D., selaku Project Director, menjelaskan upaya tersebut dilakukan sebagai revitalisasi cerita rakyat Rara Jonggrang dengan penulisan ulang cerita dalam versi modern yang disesuaikan dengan nilai-nilai masa kini yang relevan.Â
Upaya pelestarian cerita rakyat dengan memanfaatkan teknologi ini sejalan dengan proyek yang pernah saya lakukan dengan mengemas cerita rakyat melalui podcast yang lebih interaktif. Era digital saat ini telah mendorong masyarakat untuk menghidupkan kembali warisan budaya cerita rakyat ini dengan versi modern yang lebih relevan dengan perkembangan zaman. Tentunya berbagai inovasi pengadapasian cerita rakyat baik dalam bentuk animasi maupun podcast keduanya telah sama-sama menyuarakan pentingnya pelestarian terhadap cerita rakyat.
Pemaknaan dalam sebuah cerita rakyat akan terus berubah seiring waktu dengan munculnya berbagai pandangan baru bagaimana masyarakat dipengaruhi oleh budaya yang hidup di masanya. Sejalan dengan teori semiotika budaya yang dikemukakan oleh Yuri Lotman dan Sekolah Tartu--Moskow, bagaimana sebuah teks sebagai ruang interaksi dapat terhubung dengan budaya secara luas yang menciptakan makna baru dari proses dialogis.Â
Teori ini mengungkapkan bagaimana teks sebagai sistem tanda dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya. Hal ini sejalan dengan upaya rekonstruksi cerita rakyat Rara Jonggrang dalam versi modern Rara Janitra--menunjukan warna baru tokoh Rara Janira menjadi simbol keberanian, kejujuran, dan kolaborasi bukan sebagai tokoh yang dikutuk menjadi batu atau memanipulasi fajar palsu. Dengan demikian, sebuah teks dalam konteks cerita rakyat tidak dapat terhindarkan pengaruhnya dari budaya yang ada sehingga dapat terus disesuaikan dengan relevansi budaya di zamannya tanpa mengindahkan nilai-nilai murni didalam cerita tersebut.Â
Selain teori semiotika budaya, pemanfaatan teknologi dalam pengadaptasian cerita rakyat sejalan dengan teori semiotika digital. Yang menjelaskan bagaimana cerita rakyat sebagai bentuk teks dapat dikemas dengan menarik melalui representasi visual yang dihasilkan oleh teknologi digital--seperti video animasi 360 Rara Janitra. Ini melibatkan sebuah teks atau cerita rakyat ke dalam bentuk digital yang membangun adanya interaktivitas serta simbolisme tanda-tanda di dalamnya.Â
Pengadaptasian animasi Rara Janitra telah membuka celah inovasi yang patut diapresiasi--dengan apik memadukan peran serta teknologi, seni, dan budaya. Masyarakat sebagai pelaku budaya sekaligus peran sentral dalam menjaga pelestarian warisan budaya termasuk cerita rakyat perlu dengan sigap merespons berbagai tanda yang muncul--dengan melahirkan inovasi sebagai pondasi di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Adaptasi cerita rakyat dengan pendekatan modern menjadi langkah tepat agar cerita rakyat tetap hidup relevan--menyajikan nilai inspiratif dan edukatif di era digital.Â
Referensi:
The 360 Animation Video of Rara Janitra [Daring]. Tautan: https://www.aifis.org/lectures-and-workshops/2024/12/11/the-360-animation-video-of-rara-janitra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H