Mohon tunggu...
Salma Nur Auliyya
Salma Nur Auliyya Mohon Tunggu... Lainnya - Student

Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Masyarakat dan Pencegahan Infertilitas

17 Juni 2024   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2024   02:00 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemandulan (Freepik)

Stigma Masyarakat

Kehamilan dan kelahiran bayi merupakan salah satu anugerah terindah dalam sebuah keluarga. Namun, tak jarang beberapa keluarga harus menunggu bertahun-tahun lamanya agar bisa merasakan kehadiran buah hatinya. Perceraian juga kerap terjadi karena istri dianggap tidak bisa memberikan keturunan untuk suaminya. Budaya patriarki yang berkembang di masyarakat lebih banyak menyudutkan perempuan dalam hal infertilitas atau kemandulan. Faktanya, penyebab terkendalanya kehamilan tidak bisa dititikberatkan kepada perempuan saja. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, perempuan memiliki peran sebesar 40-50% pada kasus infertilitas, laki-laki sebesar 30%, dan penyebab lainnya sekitar 20-30% dari masing-masing pasangan tersebut. Maka dari itu, stigma masyarakat bahwa kemandulan disebabkan oleh perempuan adalah kesalahan besar karena laki-laki juga punya andil dalam masalah infertilitas itu sendiri.

Pencegahan Infertilitas

Perubahan gaya hidup modern menjadi salah satu penyebab permasalahan infertilitas. Meskipun demikian, masih banyak orang yang mengabaikan pola dan gaya hidup mereka. Banyak juga orang yang tidak begitu peduli terkait topik tentang kesuburan dan kesehatan reproduksi yang dianggap masih tabu. Penting bagi kita semua untuk mencatat, bahwa stigma tentang infertilitas dapat memengaruhi tingginya angka infertilitas dan aksesnya terhadap perawatan medis. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah infertilitas bagi perempuan maupun laki-laki merupakan langkah penting dalam mengatasi tingginya angka tersebut. Bentuk pencegahan infertilitas sangat beragam, beberapa hal yang dapat diterapkan yaitu:

1. Menghindari paparan sinar radioaktif

Unsur radioaktif sangat berbahaya bagi tubuh makhluk hidup. Paparan sinarnya dapat menyebabkan infertilitas, bahkan kanker. Pada laki-laki, paparan sinar radioaktif tingkat rendah akan menyebabkan penurunan motilitas dan kualitas sperma, sementara tingkat tingginya akan menyebabkan infertilitas.

2. Tidak merokok

Rokok mengandung berbagai macam bahan adiktif seperti nikotin, karbon monoksida, tar, dan lain sebagainya. Bahan-bahan ini menimbulkan dampak buruk pada kesuburan. Pada laki-laki, merokok akan menyebabkan penurunan motilitas dan jumlah sperma. Sementara pada perempuan, merokok akan menyebabkan penurunan cadangan ovarium dan menurunkan kemungkinan kehamilan. Parahnya, janin bisa mengalami lahir prematur atau kerusakan jaringan karena asap rokok dari ibunya.

3. Tidak meminum alkohol atau minuman keras lainnya

Alkohol memiliki kandungan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya yaitu penurunan kesuburan. Alkohol dapat menurunkan produksi sperma dan hormon testosterone serta meningkatkan kadar hormon estrogen pada laki-laki. Pada perempuan, alkohol menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi dan perubahan kadar hormon steroid reproduksi.

4. Menjaga pola makan dan diet seimbang

Pola makan dan diet seimbang sangat penting untuk menjaga proporsi tubuh yang ideal. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat menurunkan jumlah dan kualitas sperma pada laki-laki. Terlalu kurus juga berisiko mengalami gangguan kesuburan terutama pada perempuan.

Dengan menerapkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, diharapkan angka infertilitas di masyarakat tidak mengalami peningkatan. Pola pencegahan infertilitas ini dapat diterapkan sejak dini agar lebih efektif mencegah kenaikan angka infertilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun