[caption id="attachment_144963" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS)"][/caption] Kebiasan orang-orang Jerman pada masa liburan adalah bepergian atau wisata ke luar negeri. Biasanya mereka memilih lokasi wisata berdasarkan informasi yang menarik tentang lokasi tujuan. Saya punya teman kantor di Jerman beberapa kali saya tawarkan Indonesia tapi dia memberengut seolah berat menjawab 'tidak'. Saya tawarkan Bali, dengan pesona alam dan tradisinya yang bagi saya tak ada duanya di dunia. Tetap saja dia tak tertarik. Barulah saya tahu setelah beberapa kali dia cerita mengenai beberapa hal di Indonesia. Dia bercerita begini: "Tahu tidak ada teman saya pernah ke Bali, saat itu  ditilang di tengah jalan karena melanggar lalu lintas, langsung teman saya dimintai duit oleh polisi Bali. teman saya bayar lalu bebas. " katanya  sambil tertawa renyah mencemooh budaya tilang yang bagi dia sangat lucu, apalagi hal itu tidak pernah didapati di Jerman dari dulu sampai kiamat. Saya cuma balik tertawa juga menertawakan negeri sendiri. Suatu waktu dia bertanya lagi, "eh tahu ya ada berita anggota DPR yang ketangkap kamera melihat gambar porno di ruang sidang?" Iyaa, jawabku, kami lalu tertwa, renyah dan pedih. Tahu tidak?saya pun  menimpali, itu adalah anggota dpr dari partai islam konservatif. Hah?? really? katanya lagi, wow. Ok lupakan itu. Saya ingin sekali menawarkan Jogya, tapi saya ,mulai ilfil ketika dia menanyakan lagi peristiwa perompak bajak laut di selat Malaka yang ditangkap tentara Malaysia. perompak itu adalah orang-orang Indonesia. Tidak ada kataku, belum pernah ada kejadian perompakan kapal di selat Malaka dilakukan oleh orang Indoensia, kataku. Tapi saya berjanji akan melihatnya di berita. Dia selalu berkunjung ke China dan berencana kuat ke Thailand untuk mengisi masa liburnya. Bagi dia China dan Thailand sangat mengagumkan. Saya pun lalu pura pura memuji China dan Thailand. Dan saya sama sekali tak mau lagi menawarkan Indonesia. Apalagi saat terakhir dia bilang ada kecelakaan pesawat di Indonesia. Oh iyyaa, kataku  tapi itu kejadian  dua bulan lalu, meski tetap saja itu kecelakaan pesawat, intinya. Belum lagi, saya teringat bagaimana dia mengingatkan saya pada peristiwa demo 1998 yang melanda Jakarta. Seluruh dunia menonton bagaimana orang orang Jakarta membopong telivisi dan elektronik dari toko toko yang dijarah. Hanya saja dia kaget saat sy bilang ada di sini professor di kampus ini yang selalu tiap bulan September wajib ke indonesia. Dan bahasa Indonesianya sangat lancar. Makanan dan kesukaannya adalah sudah Indonesia banget. Si professor itu bahkan beli rumah dan kebun di Indonesia dan memiliki keluarga angkat di sana. Dia, teman saya ini,  tak percaya, ada orang Jerman suka Indonesia. Tapi itulah, kesukaan kita pada suatu negeri lain, tergantung pada informasi dan pengalaman. Karena dia juga bercerita ada temannya yang melancong ke Indonesia dan tinggal di Jogya dalam waktu yang lama dan bisa bahasa Indoensia pula. Entahlah, mungkin pula informasi mengenai Indonesia yang aneh aneh didapatnya dari teman Jogya itu. Hanya saja aku tak pede lagi menawarkan Indonesia, ke siapapun, di sini. Malu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H