Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Rasi Art Production

IG: @rasiartproduction YT: rap8185

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjelang subuh

11 April 2025   00:36 Diperbarui: 11 April 2025   00:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Suasana dinihari sepi, seorang lelaki agak tua yang entah masih lembur atau baru memulai pekerjaannya di pinggir jalan, terlihat mengayunkan tangannya pada gagang sapu yang digenggamnya. Digesernya perlahan-lahan dedaunan yang bercerai-berai dari rantingnya menjadi sekumpulan daun dan pasir jalan. Matanya tajam mencari serpihan yang tersisa di selipan trotoar. Sesekali angin berhembus.

Terlihat mobil mendekat dengan sorot lampunya yang menyilaukan. Lelaki itu menutupi mata dengan tangannya, seraya spontan gerakannya. Mobil sedan berwarna merah itu melaju lalu tersendat dan sebentar kemudian berhenti tepat di depan penyapu itu. Kemudian seorang perempuan memakai heals cokelat, rok pendek dan ketat, kaus hitam tipis membentuk tubuhnya yang lampai, lengkungannya bagai gitar sepanyol. Ia keluar dengan gerak tubuh yang sedikit sempoyongan.

"ah., mobil goblok. Dasar barang rongsok" sambil membuka bagian depan mobil, ia memaki.

Setelah itu ia diam. Ia mengangkat lengan kananya dan memfokuskan jari dan matanya pada gawainya. Kemudian mencoba menelpon seseorang. Berharap cemas sembari menyimak suara sejeda dua jeda dari berderingnya sebuah panggilan. Telinganya menyimak hatinya pun berharap. Sayangnya tidak diangkat. Panggilan yang gagal.

"Sial, ga diangkat sok sibuk banget" bibir merah memaki gawainya yang terlihat  hanya cahaya ditengah gelap.

Lelaki penyapu jalan itu menghampiri perempuan di hadapannya.

"kenapa mba..ada yang bisa dibantu?" menawarkan bantuan sambil memperhatikan mobil di hadapannya. Diamatinya sebuah benda bermesin serba canggih apalagi disbanding sapunya yang hanya kayu. Tapi biarpun begitu benda merah padam itu tidak sempat hadir ke benaknya untuk dimiliki.

Perempuan itu tiba-tiba duduk di jalan dan meluruskan kakinya. Melihat tingkah perempuan itu, penyapu menelan ludah sambil curi pandang pada bagian tubuh perempuan itu yang bergetar.

Dengan wajah dongkol perempuan itu memaki "ini mogok mobil rongsok" menjawab penyapu tanpa melihatnya.

Penyapu itu memberanikan diri mengecek keadaan mesin mobil merah itu. Diperhatikannya dengan teliti hingga setiap sudut. Beberapa saat ia memeriksa bagian mesinnya, ketika menengok ke sampingnya tiba-tiba si perempuan sudah tergeletak dan memejamkan matanya posenya lurus bagai mayat di dalam peti, untungnya perutnya masih menggelembung dan mengempis secara bergantian. Si penyapu tersentak dan bingung. Melihat sepintas dari rambut sampai kaki. Menelisik wajahnya yang terkesan mirip seleberitis yang pernah ia saksikan di televisi. Ia amati dalam-dalam kali ini dari ujung kaki ke betisnya yang putih, menuju pahanya, seluruh tubuhnya hingga bermuara di wajahnya lagi. Seketika menelan ludah. Terbesit pikiran laki-laki pemilik hasrat yang wajar. Apa yang harus dilakukan. Bingung. Menengok ke kiri dan ke kanan. Melihat ke sekitar tidak ada bahkan sebatas tanda manusia melintas. Ia coba lihat lagi perempuan itu, lalu ia coba membangunkannya sambil menyentuh pangkal lengannya yang sejuk dan kenyal dirasa. Tentunya tetap tidak bangun juga. Ia sedikit menjauhi perempuan itu. Mengamati sekelilingnya, lagi-lagi terbesit hasrat, dalam gumam hatinya berkata: situasinya aman, tak terlihat apa-apa. Mungkin semua orang sedang lelap-lelapnya tidur. Saat ia mengamati kembali tubuh yang tergeletak itu, semakin dalam dan semakin jauh imajinasinya. Beberapa detik kemudian lantunan-lantunan penanda waktu subuh mulai terdengar dari jauh, terbawa sayupsayup angin yang kini terasa agak dingin. Menyadarkan pikirannya pada kondisi diri yang seorang penyapu jalan. Seorang lelaki agak tua, yang hanya sedang bekerja. Ia tidak pernah berbuat criminal sedikitpun semasa hidupnya. Lantunan bacaan puji-pujian semakin bertambah dari sumber yang lainnya, mengingatkan penyapu itu bahwa dirinya harus melanjutkan pekerjaannya yang hampir tuntas. Bahwa waktu bekerjanya sudah terlalu larut, mana ada penyapu jalan jam segini masih bekerja. Penyapu itu bergegas mencoba membuka pintu mobil dan mencoba memasukan tubuh wanita cantik yang hamper membuatnya khilaf itu.  Setelah berhasil Ia tutup pintu mobil itu. Dan berjalan menjauh.

Penyapu itu meninggalkan mobil sedan merah dan pemiliknya yang tidur di dalamnya. Berjalan menjauhi keduanya. Angin berhembus membawa wangi tanah di bawah mendung. Bersamaan pula suasana bimbang di hati si penyapu jalan. Jalanan masih juga sepi. Tak berubah sedikit pun. Kembali ia menengok ke  belakang  tidak ada seorangpun dilihatnya. Semakin jauh langkahnya semakin tak karuan perasaannya. Setelah sekitar lima puluh meter ia berhenti dan menghadapkan seluruh tubuhnya ke mobil merah itu. Sejenak diam, sebentar kemudain ia putuskan berjalan kembali pada mobil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun