aku kembali datang ke kota, membawa tumpukan catatan lembab dibasahi embun halimun salak
gumpalan-gumpalan amarah saling beradu dalam kata dan mata.
padahal kita hanya diburu kelaparan. menerka rimba belantara dengan mata orang kota
jasa dan raga bergerak dan diam, hanya demi mata yang biasa memandang segala dengan harta. mata yang biasa melekatkan segala pada benda-benda dan kemewahan
mengorbankan ratusan nyawa demi tahta fana
kita berdalih mendidik, tapi lihatlah jiwa malas tak mampu terdidik oleh malas dan malas-malas berikutnya
Ini kita, bukan mereka
kitalah orang-orang kota yang datang membawa kata. membawa harta, lalu meninggalkan sakit yang tak mungkin sembuh dengan kata singkat, kata-kata sekadarnya. kata-kata yang hanya syarat. kata-kata yang tak dimasak di dalam hati sampai hati mendidih dan mulut mengucapkan dengan penuh keprihatinan.
Ini kita, bukan mereka
kitalah orang-orang kota yang datang membawa kata membawa harta,
kemudian pergi meninggalkan sakit itu.
sakit yang hanya dirasakan oleh mereka yang hidup tanpa harta, mereka yang hidup dan menghidupi dengan segala benda yang juga hidup
mereka yang kita tumpangi, mereka yang kita manfaatkan untuk mata pencaharian
mereka yang kita makan
mereka yang kita kenakan
mereka yang kita jadikan tempat berlindung
mereka yang kita olok-olok sebagai tak berakal
mereka kita injak-injak
mereka yang kita remehkan kerusakannya
mereka yang kita tebang
mereka yang kita tindih dengan beton
mereka yang kita remehkan daya hidupnya
mereka yang dari dulu sampai sekarang kita usik kehidupannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H