di ruang ini aku melihat rindu-rindu yang menggumpal di langit-langit atapnya
terangin-angin oleh bunyi-bunyi retoris yang bertabrakanÂ
sesekali saling tangkapÂ
sesekali mengayun tawaÂ
dari dalam kurasakan begitu luas mecukupi berbagai suhu pikiran dan hangat perasaanÂ
dari luar orang-orang melihat sebuah bentuk dengan warna warni yang sudah hilang cahayanyaÂ
kasat mata memiliki sejarah memuncak tentang gelombang yang dihadapiÂ
tentang badai yang pernah ditembus tentang riangnya buah pikir yang mewarnai tiap dindingnyaÂ
kini, Â hanya kusamÂ
warna merahnya pudar menyoklatÂ
warna hitamnya luntur menjadi abu-abu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!