Sebagai fasilitator sekolah penggerak di Provinsi Sumatera Utara saya mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dengan para guru penggerak hebat. Mereka merupakan para guru hebat yang mampu melewati seleksi dan mampu mengikuti seluruh rangkaian proses pendidikan Calon Guru Penggerak. Berkesempatan mengenal sosok-sosok inspiratif tersebut sungguh sebuah kekaguman tersendiri bagi saya.
Menjadi guru penggerak bukanlah perkara mudah, berkesempatan menjadi bagian dalam Program Guru Penggerak membutuhkan semangat, kegigihan dan keinginan untuk belajar agar mampu mengajar lebih baik, dan diharapkan mampu memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Mendorong peningkatan keberanian, kepercayaan diri, jiwa kemandirian serta kepemimpinan para murid.
Menjalani proses sebagai guru penggerak membutuhkan jiwa filantropi. Pada sebuah buku berjudul Praktik Filantropi Sosial disebutkan asal kata filantropi yang diambil dari  bahasa Yunani yaitu philos yang berarti cinta dan anthropos yang bermakna manusia, maka filantropi dapat dimaknai sebagai tindakan yang mencintai sesama manusia disertai dengan dedikasi waktu, materi, ataupun tenaga untuk membantu orang lain. Tentu pada konteks Program Guru Penggerak jiwa filantropi para guru penggerak terpupuk melalui pengembangkan diri dan orang lain, menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid.
Salah satu pengalaman praktik filantropi sosial guru penggerak di Sumatera Utara lahir dari inisiatif kepala sekolah SDN 173136 Lumban Baringin Kabupaten Tapanuli Utara yakni Herta Sianturi yang telah berhasil menggagas komunitas belajar SIPOHOLON. Komunitas tersebut merupakan wadah untuk memfasilitasi belajar bersama sekelompok guru, tenaga kependidikan, dan pendidik lainnya yang memiliki semangat dan kepedulian yang sama terhadap transformasi pembelajaran.
Komunitas SIPOHOLON yang digagas ibu guru Herta Sianturi tidak hanya bergerak, namun juga telah menggerakkan para guru lainnya untuk saling berbagi praktik baik implementasi kurikulum mereka, saling membantu dalam upaya menciptakan perubahan lingkungan belajar di sekolah.
Komunitas SIPOHOLON kini tidak hanya bergerak untuk menjadi rumah untuk belajar bagi para guru di kabupaten tersebut, namun telah menggerakkan para guru dari lintas provinsi untuk berbagi pengetahuan kepada para pendidik di seluruh Indonesia.
Praktik Filantropi Sosial di kalangan guru penggerak telah menjadi tunas yang tumbuh mekar dan berkembang. Sosok guru penggerak inspiratif lainnya yang menjadi lokomotor berbagai praktik baik dengan sesama guru yakni Rosmalinda Ika Kesumawaty, Br.Kembaren, M.Pd guru penggerak di SMAN 17 Kota Medan. Beliau merupakan sosok guru yang menjadikan guru penggerak sebagai sebuah panggilan pengabdian.
Ketika berkomunikasi dengan beliau, saya dapat merekam gambaran ekspresif yang menyiratkan suatu kegigihan, keikhlasan, dan tekad kuat untuk selalu belajar dan berbagi bersama para guru di Program Guru Penggerak.
Beliau menceritakan banyak hal yang direfleksikan dari pengalaman berpartisipasi di Program Guru Penggerak. Salah satunya refleksi yang berkesan yakni berproses di dalam Program Guru Penggerak tersebut mengajarkan dirinya untuk menjadi guru yang selalu berbagi dengan rekan guru lainnya, saling menguatkan dan menggerakkan rekan sejawat agar berkolaborasi untuk menghasilkan perubahan yang lebih baik.
Wujud kolaborasi yang dibangun bersama para guru penggerak yakni melahirkan suatu karya buku berjudul "Agen Perubahan" yang memuat praktik baik para guru penggerak di Kota Medan.