Bagian #1
Dunia perguruan identik dengan figur guru cerdas secara science dan teknologi serta berperawakan normal seperti guru pada umumnya. Sama halnya dengan dunia musik, dominan para pemain musik memiliki fisik yang bagus, pendengaran baik, penglihatan tajam dan tubuh yang normal.Â
Hamid Basuki di balik low vision yang ia derita, namun semangat mendidik siswa SLB Bagian -- A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, luar biasa. Selain berprofesi sebagai seorang guru, Pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah 1976 ini pun punya ketertarikan terhadap dunia musik. Drum adalah alat musik andalannya.Â
Hamid mengalami low vision (gangguan penglihatan) sejak ia berusia satu setengah tahun.Â
"Awalnya (bayi) mata saya normal, tetapi tahun berikutnya (satu setengah tahun) penglihatan saya sedikit demi sedikit berkurang. Akhirnya, saya divonis tunanetra."
Setelah vonis tersebut Hamid bertumbuh sebagai anak disabilitas netra. Sejak itu ia sering merasa was-was saat berjalan. Ia takut terperosok ke gorong-gorong, terbentur benda-benda, seperti batu hingga terjatuh.
Anak ke 3 dari 5 bersaudara ini pun menyadari dirinya berbeda dengan anak-anak lain yang penglihatannya normal.
Walaupun mengalami low vision (gangguan penglihatan), sehingga hanya bisa membedakan antara hitam (gelap) dan putih (terang) ia berusaha ikhlas.
Perlakuan teman-temannya yang suka mencemooh, mencaci maki, dan menghinanya membuatnya menjadi kecil hati. Tidak jarang laki-laki yang memiliki hobi musik ini meratapi keadaannya.Â
"Bagaimana tidak sedih, teman-teman ada yang bertanya di depan saya, 'Orang yang mengalami low vision kalau makan dan minum melalui mata atau hidung ya? Ini jelas menghina saya," ungkap Hamid lirih.