Saat Almarhum Olga dan kawan-kawan tampil di televisi, suasana kamar jadi begitu hidup. Maklum, saya anak kosan yang masih merintis karir di ibukota. Bagi saya momen Ramadhan itu sangat terasa saat sahur, apalagi sahur menjadi terasa berbeda. Ayah dan Almarhum Mamah sering membangunkan saya, walaupun saya sudah dewasa pun rasanya tak sanggup untuk sekedar bangun dan mengumpulkan nyawan untuk makan. Rasanya ingin melewatkan begitu saja momen tersebut, pada saat itu. Rasanya mulut ini merancau antara ingin tidur dan tidak sahur. Lagi-lagi dengan sabar orang tau saya pun membangunkan sampai akhirnya saya tersadar dan betul-betul sadar.Â
Momen sahur ini barulah terasa berbeda dan sepi saat merantau di kota orang. Tetangga kos pun walaupun kenal, namun enggan untuk sekedar mengetuk pintu dan mengingatkan untuk sahur. Beruntung sekali hiburan sahur selalu menjadi betul-betul hiburan. Rasa rindu momen sahur dikampung itu seolah teralihkan dan berganti dengan tawa.Â
Bagi saya, hiburan sahur itu seperti teman yang mengingatkan untuk terus bangun sahur dan menikmati momen sahur meskipun sendiri di ibukota ini. Dan, saya bersyukur memiliki orang tua yang selalu mengingatkan anaknya untuk bangun sahur. Sahur itu bagi saya adalah pondasi utama untuk menghadapi puasa sepanjang hari. Dengan sahur yang cukup dan bergizi, puasa sehari penuh pun bukan hal yang mustahil.
Hiburan sahur itu sudah menjadi bagian dari hidup saya yang sampai kapan pun akan saya ingat selalu. Terima kasih Almarhum Olga dan kawan-kawan yang selalu menjadi teman terbaik pada saat sahur di kosan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H