Disana tidak hanya diajari pengenalan huruf hijaiyyah ada juga pembelajaran kita kosong bagi mereka yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur'an biasanya dipegang oleh Pak Qasim tidak hanya itu disana juga diajari memahami tajwid dalam Al-Qur'an aku dulu tidak terlalu suka dengan tajwid hehe. Disana juga aku diajari pengetahuan tetapi dalam bentuk lagu seperti sejarah Isra' Mikraj tetapi dilagukan, juga sholawat seperti sholawat nariyyah, sholawat fatih, sholawat tiib, sholawat munjiyat dan lainnya.
Disana aku ingat terdapat buku panduan do'a -- doa' surat surat penting dan sholawat yang dirangkum sedikit dan wajib dibawa ketika mengaji. Disana aku juga diajari tata cara sholat dan berwudhu. Kelihatan sepele memang tetapi ternyata mempunyai manfaat yang sangat banyak bagiku.Â
Bu Dhoni' dan Pak Bas selalu menunaikan sholat asahr berjamaah di musholla kecilnya itu, yang paling aku ingat jika biasanya Pak Bas tidak ada di rumah aku yang sudah di tempat ngajian disuruh sholat ashar berjamaah aku yang masih kelas satu atau dua saat itu memang terkadang belum lengkap menunaikan sholat dan masih males -- malesan jika disuruh sholat oleh orangtuaÂ
lalu Bu Dhoni' menyuruh menunaikan sholat ashar berjamaah kata beliau sholat berjamaah manfaat dan pahalnya lebih banyak daripada sholat sendirian. Dari ucapan itu saya juga mulai menyadari bahwa memang sholat itu sangat penting dan wajib tapi yaa namanya masih kecil paling ya sholat shubuh sama magrib hehehehe.
Bu Dhoni' jika pagi menjual sayur dirumahnya atau istilah jawanya yaitu lijo. Biasanya pagi buta Bu Dhoni' dan Pak Bas sudah berangkat ke pasar untuk menbelanjakan bahan untuk dijual. Hari demi hari tahun demi tahun berlalu, ketika aku sudah kelas 6 Pak Bas tidak lagi mengantarkan untuk belanja di pasar karena mugkin menurutku kekuatannyaÂ
Pak Bas tidak lagi stabil mengingat beliau yang sudah semakin tua. Â Hingga waktu aku lulus Madrasah Ibtiadiyah dan melanjutkan ke pondok pesantren, anak dan menantu Bu Dhoni' yaitu Bu Us dan Pak Qasim pindah ke Kalimantan untuk dinas disana. Dan dirumah hanyalah Pak Bas dan Bu Dhoni' yang semakin lama semakin tua.
Hingga mungkin ketika aku sudah Aliyah aku mendengar berita jika Pak Bas meninggal dunia, aku cukup sedih mengingat hanya Pak Bas yang menemani Bu Dhoni' seorang. Sebenarnya mereka mempunyai anak dan menantu juga yang tidak jauh dari rumahnya namun kan namanya tidak serumah dan sudah mempunyai keluarga pasti dalam menjaga Bu Dhoni' tidak bisa efisien.Â
Tetapi menurutku Bu Dhoni' perempuan yang cukup kuat menjalani hari -- hari biasanya dengan tetap mengajar ngaji dibantu menantunya yang ada didekat rumahnya dan tetap berjualan bahan makanan tetapi dibelanjakan oleh orang.
Itulah cerita awal pertama aku belajar mengaji dan mengenal sosok yang berguna bagi hidupku. Alhamdulillah kemarin ketika hari raya idul fitri aku sekeluarga dapat sowan ke kediaman beliau dan mendapati Bu Dhoni' masih sehat meskipun dalam berjalan mengalami sedikit kesusahan.Â
Kuucapkan banyak terima kasih untuk sosok yang telah mengajariku huruf hijaiyyah meskipun hanya satu huruf tidak lupa terima kasih untuk mama tercinta yang biasanya malam juga mengajariku mengulang membaca Iqra'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H