Mohon tunggu...
Salma Nasywa
Salma Nasywa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Yuhuhehe

Mahasiswa baru UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ekonomi Program Studi Perbankan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Abata

28 Mei 2022   11:55 Diperbarui: 28 Mei 2022   12:01 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo kembali lagiii teman -- teman disini aku akan menceritakan sosok yang berperan penting dalam perjalanan hidupku, seperti yang kita ketahui bahwa Al-Qur'an adalah pedoman hidup umat Muslim yang menjadi mukjizat pertama Nabi Muhammad SAW dan mempunyai segudang keutamaan bila membacanya. 

Seperti hadis Nabi Muhammad SAW yang mempunyai arti sebaik-baik kamu adalah orang yang beljar Al-Qur'an dan mengajarkannya. Nah sangat penting bukan meskipun membaca dan mempelajari Al-Qur'an bukan perkara yang diwajibkan tapi akan rugi sekali jika kita tidak membacanya.

Jika kita menyentuh Al-Qur'an pun tidak boleh sembarangan harus mempunyai wudhu dan berpakaian sopan, hal itu membuktikan bahwa Al-Qur'an itu sangat dimuliakan. Tidak terlepas dari itu semua seseorang yang belajar membaca Al-Qur'an pasti mempunyai proses untuk menjadikannya lancar dan fasih dalam membacanya. 

Jika ada orang yang belajar Al-Qur'an tentu ada yang mengajarkannya dong? Nah disini aku akan bahas sosok yang pertama kali mengajariku huruf hijaiyyah. Siapakah beliau? Yuk simak berikut.

Mengaji adalah kegiatan yang harus sudah dibiasakan sejak kecil, jika sore tiba banyak anak kecil berlarian menuju musholla untuk belajar membaca Al-Qur'an. Belajar membaca Al-Qur'an tentunya diawali dengan dasar huruf hijaiyyah dan pengenalannya juga pembagiannya. Guru mengaji pertamaku yaitu Bu Dhoni' yang sekarang sudah berumur tua sekali dan hidup sendiri.

Aku mengaji tidak jauh dari rumah hanya berjalan kaki aku kesana, mungkin memang tempat ngajiku tidak serame seperti TPQ pada umumnya mungkin hanya beberapa anak disana tidak sampai 30 anak. Sebenarnya didesaku ada TPQ yang terkenal dan mempunyai anak didik banyak juga mempunyai kurikulum untuk mengaji hingga ada ujiannya. 

Tetapi aku tidak mengaji disana karena aku ingat kata ayah ngaji itu tidak perkara bagus tidaknya tetapi niatnya. Bagiku ungkapan itu cukup benar, mengingat TPQ yang banyak anak didik itu menurutku membuat ustadzahnya tidak terlalu mengurusi perkembangan anak dalam membaca Al-Qur'an.

TPQ ku bernama TPQ Sabilul Muttaqiin, jika jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore aku bersiap -siap untuk mandi sholat lalu berangkat ngaji. Bu Dhoni' adalah pribadi yang sabar dalam mengajari anak didiknya beliau mempunyai suami bernama Pak Bas yang kadang juga ikut mengajar ngaji juga. 

Tidak hanya itu Bu Dhoni' juga mempunyai anak dan menantu yang juga mempunyai andil dalam mengajari ngaji yaitu Bu Us dan Pak Qasim. Pertama kali jika ingin belajar ngaji tentu tidak langsung belajar Al-Qur'an perlu adanya dasaran untuk mengenalkan lebih jauh Al-Qur'an. Biasanya TPQ -- TPQ ada yang menggunakan Iqra' ada juha yang menggunakan Yanbu'a untuk menunjang pembelajaran anak didiknya.

Aku dulu menggunakan Iqra' ketika pertama kali belajar membaca Al-Qur'an didalam Iqra' ada step atau tahapan tingkatannya yaitu dari Iqra' 1 hingga Iqra' 6. Teman seumuranku disana tidak cukup banyak hanya ada beberapa saja, tetapi itu saja sudah membuatku mempunyai perasaan untuk cepat -- cepat ngaji agar dapat bermain wkwk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun