Dalam konteks tata kelola TI, struktur pengambilan keputusan yang adaptif memiliki berbagai manfaat, antara lain:
a.Tanggapan Cepat terhadap Perubahan: Dengan struktur yang adaptif, organisasi dapat merespons dengan cepat terhadap perubahan teknologi atau pasar. Mereka dapat mengidentifikasi peluang baru atau mengatasi ancaman lebih efisien.
b.Inovasi: Struktur yang adaptif mendorong inovasi dalam penggunaan TI. Tim TI memiliki fleksibilitas untuk mencoba solusi baru tanpa terhalang oleh hambatan struktural yang kaku.
c.Pengambilan Keputusan yang Terdistribusi: Struktur adaptif sering melibatkan pengambilan keputusan yang terdistribusi. Ini berarti bahwa keputusan tidak hanya dibuat oleh satu kelompok tertentu tetapi melibatkan berbagai pihak yang relevan. Ini dapat meningkatkan kualitas keputusan.
d.Ketahanan terhadap Krisis: Struktur yang adaptif membuat organisasi lebih tahan terhadap krisis, seperti serangan siber atau perubahan tiba-tiba dalam kebijakan regulasi.
Studi Kasus: Perusahaan X
Mari kita tinjau sebuah studi kasus yang menggambarkan manfaat dari struktur pengambilan keputusan yang adaptif dalam tata kelola TI. Perusahaan X, yang beroperasi di industri teknologi yang berkembang pesat, memiliki struktur pengambilan keputusan yang sangat terdesentralisasi untuk TI. Mereka memberikan otonomi yang signifikan kepada tim TI mereka untuk menjalankan proyek-proyek inovatif tanpa perlu melibatkan proses birokrasi yang rumit.
Akibatnya, Perusahaan X dapat mengembangkan produk baru dengan cepat dibandingkan dengan pesaingnya. Mereka juga lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan tiba-tiba dalam regulasi industri. Sebagian besar kesuksesan ini dapat diatribusikan pada struktur pengambilan keputusan yang adaptif yang mendukung inovasi dan tanggapan cepat.
Tantangan dalam Mengimplementasikan Struktur yang Adaptif
Meskipun struktur pengambilan keputusan yang adaptif menawarkan banyak keuntungan, ada juga tantangan dalam implementasinya. Beberapa tantangan utama meliputi:
a.Kebutuhan akan Koordinasi: Struktur yang sangat terdesentralisasi dapat menghasilkan kurangnya koordinasi antara berbagai tim TI. Koordinasi yang buruk dapat mengakibatkan tumpang tindih, pemborosan sumber daya, dan konflik.