Mudah Bersyukur VS Mudah Mengeluh
Pertanyaannya, Ya gimana mau bersyukur, hidup aja serba susah. Tentu bukan kesusahan yang disyukuri tapi seorang yang mudah bersyukur adalah seorang yang mampu melihat sekecil apapun dan bukan fokus pada kegelapan.
Kalau mindset berkecukupan tidak ditentukan dari jumlah kekayaan yang kita punya, lalu kebiasaan apa yang bisa kita lakukan untuk membangun mindset berkecukupan pada anak?
Rich mindset itu tidak mudah mengeluh.
Kalau contohnya dalam usaha, biasanya yang membedakan rich mindset dengan poor mindset adalah sekalipun menemui kegagalan, rich mindset akan mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut dan berusaha memperbaikinya. Sedangkan poor mindset akan sibuk mengeluh dan tak mau lagi berusaha. "Ya iyalah, ngga mengeluh modalnya masih banyak"
Hmm, kalua kita ngga bisa menyamai "modal uang"nya, masa ngga mau mengusahakan "modal bersyukur"nya dulu? Bukankah Allah menjanjikan akan menambah nikmat jika kita bersyukur? "Tapi, bukannya itu toxic positivity ya?"
Toxic positivity terjadi jika kita lompat ke afirmasi positif dengan mengabaikan perasaan yang sebenarnya dan tidak menggali makna dibalik hal yang terjadi.
Pernah mendengar proses healing dengan mensyukuri hal-hal kecil setiap harinya? Seseorang yang kesulitan mensyukuri hal-hal kecil umumnya hanya bisa memaknai kesuksesan-kesuksesan besar untuk disyukuri, padahal kita tidak selalu bisa mencapai kesuksesan-kesuksesan besar. Sehingga pada jangka panjang akan menimbulkan kecemasan "aku ngga pernah berhasil", "aku ngga bisa", "aku ngga berharga", dan sebagainya.
Dari mana hal tersebut terbentuk?