Kalau ngomongin kepercayaan diri, beberapa orang mungkin ada yang mispersepsi dengqn definisi harga diri. Istilah pede yang Bu Elly Risman sampaikan juga untuk mempermudah pemahaman orang banyak.
Lalu apa bedanya percaya diri dan harga diri?
Percaya diri itu dipengaruhi oleh faktor eksternal. bisa berubah sesuai kondisi yang kita hadapi. Misal : ketika kita harus melakukan sesuatu yang kita belum kuasai, atau ketika kita baru pertama kali belajar sesuatu, baru memulai pekerjaan baru atau baru masuk ke lingkungan baru. bisa saja kepercayaan diri itu menurun. Tapi seiring kemampuan bertambah ya akan naik juga kepercayaan dirinya.
Sedangkan harga diri itu melekat, yang berasal dari pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang positif tidak tergantung dari baju yg dipakai, rumah yg dimiliki, atau pekerjaan yang dijalani. Harga diri yang positif berarti seseorang merasa berharga, optimis, memiliki self awareness yang baik sehingga mengenali kelebihan dan kekurangannya sebagai satu kesatuan yang utuh dan merasa memiliki peran atau merasa "berguna" dalam kehidupannya. Maka orang dengan harga diri yang positif tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal seperti pendapat orang lain, ada tidaknya reward atau pujian, bahkan ketika mendapat penolakan atau kegagalan pun tidak akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
Jadi, seseorang memang tidak harus selalu percaya diri terus. Justru insecure pada hal-hal yang belum dikuasai akan mendorong seseorang yang memiliki harga diri positif untuk optimis mencoba dan berlatih ketika ia membutuhkan kemampuan tersebut sehingga kepercayaan dirinya dapat meningkat di bidang tersebut.
Dan fondasi untuk seseorang bisa percaya diri adalah harga diri yang positif. Harga diri ini terbentuk dari penerimaan orang tua, termasuk feedback dari lingkungan utama dan orang-orang yang berpengaruh seperti guru, pengasuh pengganti jika ada, dll.
Apa saja yg dapat kita usahakan untuk membentuk harga diri yg positif pada anak?
- Beri apresiasi yang jelas untuk meningkatkan kesadaran diri anak. Deskripsikan yang kita lihat, bukan hanya "hebat", "pintar". Misal: "MasyaAlah, anak lbu sudah bisa pakai baju sendiri ya", "Terima kasih Nak, sudah mencoba belajar makan sendiri", "Wah kamu bisa menggambar ini ya. coba ceritakan ini apa?"
- Hindari kekerasan pada anak. Bullying (baik di dalam maupun di luar rumah) sangat berpengaruh terhadap harga diri seseorang. Jangan sampai kita adalah pelakunya di rumah. Dan korban kekerasan di dalam rumah, berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying. Bentuknya bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga kekerasan verbal melalui kata-kata yang mungkin kita tidak sadari, kekerasan psikologis yang membuat anak takut atau cemas berlebihan, merasa tidak berdaya, terlalu sering mengabaikan perasaannya, dan kekerasan seksual.
- Hindari terlalu sering mengkritik apa yang sedang dilakukan anak. Kita bisa contohkan caranya dan jelaskan pada lain kesempatan. Hal-hal seperti pakai baju terbalik, tumpah-tumpah ketika menuang air/makanan, keluar garis ketika mewarnai, sering menjatuhkan barang, dll khas anak usia dini bukanlah kemampuan yang bisa "diperbaiki" dgn kata2 kita tapi melalui aktivitas motorik yang beragam pada anak