Fenomena cancel culture semakin marak terjadi di era sosial media saat ini. Peristiwa di mana menghentikan dukungan atau memboikot seseorang ataupun kelompok karena dianggap melakukan kesalahan yang tidak menyenangkan atau merugikan. Tetapi, apakah cancel culture benar-benar sebuah hal yang tepat untuk memberikan efek jera atau justru menjadi wadah untuk melakukan perundungan?
Dalam banyak kejadian, cancel culture memiliki tujuan untuk memberikan sanksi sosial bagi seseorang yang melakukan hal yang tidak menyenangkan atau tidak etis. Namun, sering kali tindakan ini menjadi sebuah pembenaran untuk melakukan perundungan sebelum mengetahui fakta yang sebenarnya.
Cancel culture bisa menjadi sebuah tindakan untuk menuntut pertanggungjawaban sosial. Salah satu contoh kasusnya ialah perundungan di sekolah yang dilakukan oleh aktor terkenal di Korea, yaitu Kim Ji-soo. Saat tuduhan ini muncul, penggemar dari segala penjuru dan masyarakat di Korea menuntut dan memberikan tekanan pada aktor tersebut untuk melakukan pertanggungjawaban dan meminta penjelasan.
Setelah banyak pihak dari berbagai lapisan mendesak aktor Kim Ji-soo untuk berbicara kepada publik, akhirnya beliau mengakui kesalahan dan meminta maaf secara terbuka kepada korbannya. Tidak hanya itu, aktor yang berusia 30 tahun ini mundur dari proyek drama yang akan beliau bintangi.
Peristiwa ini menjadi gambaran bahwa cancel culture memiliki sisi positif yang bisa menjadi sebuah tindakan untuk mengoreksi perilaku yang salah.
Sisi Negatif Cancel Culture :
Sedangkan sisi negatifnya ialah, tidak sedikit orang yang menjadikan tindakan ini pembenaran untuk melakukan perundungan. Salah satu contoh kasusnya, kejadian yang menimpa aktor Kim Seon-ho. Pada tahun 2021, mantan kekasihnya membuat tuduhan bahwa beliau memaksa untuk melakukan aborsi dan berperilaku buruk sepanjang mereka menjalin hubungan asmara. Tuduhan ini menuai banyak kritik tajam dan dampak buruk kepada Kim Seon-ho. Reputasi baik yang selama ini beliau bangun hancur seketika, dikarenakan tuduhan yang tidak benar dan tidak sesuai fakta.
Peristiwa ini menjadi gambaran sisi negatif cancel culture yang di mana sering kali publik terburu-buru dalam menelan berita tanpa mencari tahu dulu bagaimana fakta yang sebenarnya.
Sebagai masyarakat dan pengguna sosial media, kita harus lebih hati-hati dalam menyikapi fenomena cancel culture ini. Pastikan terlebih dahulu bahwa komentar atau kritik yang akan kita sampaikan itu bertujuan untuk mengoreksi perilaku orang yang terbukti salah dan sudah mengetahui fakta sebenarnya. Bukan menjadikan wadah untuk kita melakukan ujaran kebencian yang tidak ada dasarnya.