Jean Baudrillard, lahir 20 Juni 1929 di Paris dan wafat pada 6 Maret 2007. Baudrillard adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf kontemporer, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Prancis. Karya Baudrillard seringkali dikaitkan dengan pascamodernisme dan pascastrukturialisme. Baudrillard merupakan seorang teoritisi sosial pasca- struktural terpenting dalam lingkup tertentu pada 1980, Baudrillard dikenal sebagai Luhman baru atau teoritisi terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga posmodern. Baudrillard mempelajari bahasa Jerman di Universitas Sorbonne di Paris dan mengajar bahasa Jerman di sebuah lyce 1958-1966, Baudrillard juga pernah menjadi penerjemah dan terus melanjutkan studinya dalam bidang filsafat dan sosiologi. Pada tahun 1966 Baudrillard menyelesaikan tesis Ph.D-nya.
Tahun 1966 hingga 1972 Baudrillard bekerja sebagai Asisten Profesor di tahun 1972. Baudrillard menyelesaikan habilitasinya "L'Autre par lui- mme" dan mulai mengajar sosiologi di Universit de Paris-X Nanterre sebagai professor. Pada tahun 1986-1990 Baudrillard menjabat sebagai Direktur Ilmiah di IRIS di Universit de Paris-IX Dauphine, Pada awal kariernya Baudrillard dipengaruhi oleh "kritik kehidupan sehari-hari" dari Henri Levebre, beberapa penulis mengatakan ia juga banyak dipengaruhi oleh Nietzsche, Sigmund Freud, Jacques Lacan, Saussure, Levi Strauss, dan "revolusi mahasiswa" pada Mei 1968 yang menggulingkan tahta Presiden De Gaulle.
Penulis mengenal Teori Konsumerisme Jean dari jurnal yang berjudul "Praktik Masyarakat Konsumsi Online Dalam Perspektif Baudrillard". Menurut Baudrilland masyarakat konsumsi saat ini mengkonsumsi barang melalui keindahannya bukan pada kegunaannya, sehingga masyarakat tidak akan pernah puas dan mendatangkan rasa ingin mengonsumsi lagi dan lagi. Konsumerisme dalam kacamata Baudrillard, menyebabkan masyarakat terjebak dalam "sistem kebutuhan palsu". Realitas konsumsi pada masyarakat konsumerisme telah mengalami pergeseran yang sangat signifikan, karena mereka membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan (needs) melainkan pemenuhan hasratnya (desire). Pemenuhan hasrat ini sekaligus memberikan prestige bagi pemakainya.
Dalam pemahaman penulis, teori konsumerisme ini memandang masyarakat membeli barang sesuai yang ia inginkan, bukan sesuai yang ia butuhkan. Hal ini menyebabkan rasa yang tidak pernah puas dalam membeli suatu barang, jadi masyarakat akan terus membeli barang baru sesuai yang ia inginkan. Pemenuhan keinginan seseorang sekaligus memberikan prestige bagi orang tersebut, seperti saat ada pakaian bermerk dan tidak bermerk dengan kualitas sama, seseorang tersebut akan membeli pakaian bermerk dengan tujuan memenuhi keinginannya dan sekaligus memberi prestige pada dirinya. Akan muncul rasa bangga pada dirinya karena dapat membeli pakaian bermerk tersebut.
Contoh teori konsumerisme ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti seseorang yang selalu berpakain mengikut trend. Saat ini pakaian yang digemari adalah pakaian bermotif lucu jadi produsen akan memproduksi banyak pakaian lucu sehingga menjadi trend. Seseorang akan membeli pakaian tersebut hanya karena lucu, bukan karena ia membutuhkannya. Ia akan merasa selalu tidak puas dan menginginkan pakaian-pakain bermotif lucu yang sedang trend meskipun lemarinya sudah penuh dengan pakaian.
Sumber : Â Â
Santoso, A dkk. (2020). Biografi Tokoh-Tokoh Sosiologi Klasik sampai Postmodern. Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press.
Zuhdi, K dkk. (2021). Praktik Masyarakat Konsumsi Online Dalam Perspekti Baudrillard. Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 1(6), 681-687.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H