Mohon tunggu...
Salma Nabila Aswinda
Salma Nabila Aswinda Mohon Tunggu... Insinyur - Perencanaan Wilayah dan Kota - UNEJ 2019

191910501032

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menilik Faktor Penentuan Lokasi Pabrik Kopi Banaran Semarang

22 Maret 2021   03:27 Diperbarui: 22 Maret 2021   05:40 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Getas (https://ptpnix.co.id/kebun-getas/)

Disebut sebagai negara agraris, tidak mengherankan Indonesia memiliki sektor yang unggul dalam pertanian. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Bersama dengan sektor lainnya yang memberikan kontribusi besar pada PDB, seperti sektor industri, perdagangan, serta konstruksi dan pertambangan, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 15,46% pada kuartal II 2020.  Sektor pertanian tidak hanya berfokus pada tanaman pangan saja seperti padi dan palawija. Terdapat beberapa subsektor yang dimiliki sektor pertanian, diantaranya yakni tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sebagai salah satu subsektor pertanian, sektor perkebunan juga memberikan kontribusi yang positif terhadap PDB. Komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan produksi yakni kelapa sawit, kopi dan tebu.

Kopi merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan Indonesia yang memiliki cukup banyak permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu perkebunan penghasil kopi yang memiliki cukup banyak permintaan dari luar negeri yaitu Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdeling Assinan milik PT Perkebunan Nusantara IX. Perkebunan ini terletak di Jl. Raya Semarang -- Solo Km. 35 Kabupaten Semarang yang secara astronomis berada di antara 11014'54,7" -- 1039'33,3" Bujur Timur dan 73'57" -- 730'00" Lintang Selatan dengan luas 2.142,71 Ha. Pada perkebunan ini, tidak hanya tanaman kopi yang dikembangkan, namun juga tanaman karet.

            Tanaman kopi yang dikembangkan di Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdelling Assinan ini tidak hanya dipasarkan sebagai bahan mentah. Namun, PT Perkebunan Nusantara IX mengembangkan pula pola industri dari hulu ke hilir. Pada perkebunan ini terdapat industri pengolahan kopi yang disebut Pabrik Kopi Banaran. Pabrik Kopi Banaran ini merupakan pabrik yang telah dibangun sejak masa kolonial Belanda, yakni di tahun 1911. Pabrik yang memiliki luas 2-3 ha ini hingga kini masih beroperasi. Bahkan, permintaan produk dari luar negeri masih banyak diminta dari pabrik ini.

            Berdasarkan analisis teori lokasi menggunakan teori lokasi Weber yang menyatakan bahwa suatu lokasi industri dipilih atas prinsip minimalisasi biaya, pemilihan lokasi industri Pabrik Kopi Banaran ini sudah tepat. Teori Weber menyatakan bahwa dalam menentukan lokasi industri harus memperhatikan beberapa faktor seperti material, konsumsi, dan tenaga kerja yang dikaitkan dengan biaya transportasi. Pemilihan lokasi Pabrik Kopi Banaran ini jika dilihat dari faktor material, maka sudah sangat tepat. Hal tersebut dikarenakan lokasi pabrik ini berada dekat dengan sumber material kopi berasal yakni Kebun Getas. Kedekatan sumber material dengan lokasi pabrik tentu akan meminimalisasi biaya yang digunakan dalam pendistribusian material ke pabrik. Selain itu, jika dilihat dari faktor tenaga kerja, Pabrik Kopi Banaran ini juga sudah sesuai dengan teori Weber. Perekrutan tenaga kerja yang dipenuhi dari masyarakat di sekitar kawasan perkebunan menyebabkan biaya transportasi yang harus dikeluarkan pekerja sedikit, sehingga mobilitas mudah dilakukan.

Wisata Kampoeng Kopi Banaran (https://www.alinea.id) 
Wisata Kampoeng Kopi Banaran (https://www.alinea.id) 

            Letak perkebunan dan pabrik yang berada pada lokasi strategis, yakni pada segitiga emas jalan raya Bawen-Solo dapat menyebabkan peningkatan serta perluasan pasar. Dengan berada pada segitiga emas jalan raya Bawen-Solo, lokasi ini akan mudah dijangkau oleh masyarakat Semarang, Solo, Jogja maupun sekitarnya. Lokasi strategis ini kemudian dimanfaatkan oleh PTPN IX untuk mengintegrasikan perkebunan, pabrik kopi, serta agrowisata. Sebuah agrowisata dibangun pada kawasan perkebunan ini. Dengan adanya integrasi antara perkebunan, industri pengolahan, serta wisata tentu akan menambah minat masyarakat untuk berkunjung. Masyarakat tidak hanya dapat menikmati suasana perkebunan, namun juga dapat menikmati hasil olahan kopi. Letak perkebunan sebagai sumber material, pabrik kopi sebagai industri pengolahan, serta agrowisata sebagai pasar yang saling berdekatan dan terintegrasi menyebabkan minimumnya biaya yang dikeluarkan untuk proses pendistribusian, sehingga penentuan lokasi industri ini sesuai dengan teori lokasi Weber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun