Kemajuan teknologi akan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini ditandai dengan adanya revolusi industri yang terus berkembang dari revolusi industri 1.0 hingga revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan di Jerman saat adanya Hannover Fair di tahun 2011.Â
Menurut Schlectendahl dkk (2015) definisi revolusi industri 4.0 lebih menekankan definisi kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi. Dimana lingkungan industri akan saling terintegrasi seluruh elemennya. Sehingga selalu terhubung dan mampu berbgai informasi satu dengan yang lain. (Prasetyo & Sutopo, 2018) Pengertian yang lebih teknis disampaikan oleh Kagermann dkk (2013) bahwa Industri 4.0 adalah integrasi dari Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri meliputi manufaktur dan logistik serta proses lainnya. Revolusi industri 4.0 ini juga hadir dalam sektor pertanian.
Revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat sejalan dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk. Revolusi industri 4.0 ini di Indonesia juga telah dikembangkan oleh Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk menambah produktivitas pertanian. Program -- program revolusi industri 4.0 yang dikembangkan oleh Kementrian Pertanian di Indonesia diantaranya yaitu  Smart irrigation, smart green house, telescoping boom sprayer, dan lain-lain.Â
Salah satu implementasi revolusi industri 4.0 pada sektor pertanian yaitu dengan pelaksanaan pertanian presisi. Pertanian presisi adalah sistem pertanian terpadu berbasis pada informasi dan produksi, untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan profitabilitas produksi pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan, spesifik-lokasi serta meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan (Whelan dan Taylor 2013). Pertanian presisi memiliki tujuan untuk mencocokkan aplikasi sumber daya  kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa diperlukan adanya peran perencana wilayah untuk dapat mengembangkan lahan pertanian presisi ini.
Untuk dapat menerapkan pertanian presisi ini maka perlu adanya teknologi yang dapat membantu memberikan peta informasi lahan. Peta informasi lahan ini didapat dengan meng-overlay beberapa peta seperti peta jenis tanah, peta kontur tanah, peta topografi, dan lain-lain. Yang mana data-data yang digunakan untuk membuat peta tersebut  perlu melalui pengolahan terlebih dahulu menggunakan beberapa implementasi teknologi spasial. Misalnya yaitu dengan GPS untuk menentukan koordinat kemudian diolah menggunakan software sistem informasi geografis seperti ArcGIS.
Perencana wilayah akan menganalisis hasil olahan data tadi yang kemudian akan menghasilkan informasi berupa informasi lahan. Dengan mengetahui kondisi lahan maka akan membantu petani untuk dapat menentukan sumber daya pertaniannya yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Adanya pertanian presisi ini maka akan memberikan impact yang positif bagi perencana wilayah.Â
Hal tersebut dikarenakan dengan adanya pertanian presisi ini dapat memberikan produktivitas yang tinggi di bidang pertanian. Yang mana jika produktivitas tinggi maka akan berdampak pada ekonomi regionalnya karena hasil pertaniannya berpotensi menjadi komoditas unggulan suatu daerah. Dengan adanya komoditas unggulan ini, perencana bisa mengembangkan wilayah tersebut dengan berdasarakan komoditas unggulan daerah tersebut.
Pertanian presisi tadi merupakan implementasi industri 4.0 yang dapat dibantu dengan pemanfaatan society 5.0. Dalam society 5.0, pilar-pilar yang terdapat pada industri 4.0 akan dikembangkan lebih lanjut. Seperti adanya big data dalam industri 4.0 yang kemudian akan dimanfaatkan pada society 5.0 untuk dapat memecahkan masalah yang ada. Hal tersebut tentu akan membantu perencana wilayah dalam mengolah data yang nantinya akan bermanfaat di berbagai sektor misalnya sektor pertanian dalam implementasi pertanian presisi.
Daftar rujukan
Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 13(1), 17. https://doi.org/10.14710/jati.13.1.17-26
Seminar, K. B. (2016). Sistem Pertanian Presisi dan Sistem Pelacakan Rantai Produksi untuk Mewujudkan Agroindustri Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, November. http://fateta.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/ORASI-GB-KUDANG.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H